Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku yang harusnya minta maaf!
"Ma, titip Kendra sebentar!" Lingga memberikan putranya pada Novita yang baru datang mendekat ketika mendengar keributan.
"Iya sana, kejar Safa. Dia pasti sedih sekali" Novita terlihat khawatir dengan menantunya itu.
Lingga langsung berlari untuk mencari keberadaan Safa yang katanya pergi ke toilet.
"Kalau tau mereka akan membuat keributan, Papa tidak akan mengundang mereka!" Indra tampak begitu menyesal.
"Maafkan aku Tir, aku telah menyakiti putrimu" Indra meminta maaf pada Tirta.
"Aku tidak papa Ndra karena aku tau ini memang sudah risikonya. Tapi yang aku pikirkan saat ini adalah perasaan putriku" Tirta tampak sedih memikirkan putrinya.
Sementara Safa tidak menuju ke toilet seperti yang ia katakan pada Lingga. Tapi dia berlari keluar, berdiam diri di taman yang sepi dan gelap. Dia menumpahkan tangisnya disana seorang diri.
"Hiks..hiks.." Isaknya sendirian.
"Aku sudah tau, aku tau semuanya. Cincin di jari manis itu, posisiku, dan isi hati suamiku sendiri, aku sudah tau. Tapi kenapa rasanya sesakit ini saat semua itu dijelaskan oleh orang lain? Aku sudah tau!! Aku tau!!" Safa memukul dadanya yang terasa begitu sesak.
Safa benar-benar menumpahkan air matanya tanpa takut ada orang yang akan melihatnya. Dia tak peduli Nyonya muda dari pemilik acara justru menangis di taman seorang diri. Tapi saat ini dia hanya ingin menumpahkan air matanya yang sudah tak bisa ia tahan lagi.
Penghinaan tadi, masih bisa Safa tahan karena Safa memang menikah dengan Lingga hanya demi uang. Tapi Safa tak mengira jika seseorang yang menjelaskan secara gamblang statusnya di hati Lingga justru membuatnya tak berdaya. Dia kesakitan seperti orang yang telah jatuh cinta setengah mati.
Safa mendongak karena ada seseorang yang mengulurkan sapu tangan kepadanya.
"Kak Juna?"
"Ambillah, dan hapus air matamu. Aku tau perasaan mu tapi tidak baik jika ada orang yang melihatmu dalam keadaan seperti ini"
Safa lantas mengambil sapu tangan itu dan menggunakannya untuk mengusap wajahnya yang telah banjir air mata.
"Tidak udah dimasukkan ke hati omongan mereka semua!" Juna telah duduk disamping Safa.
"Kak Juna dengar semuanya?"
Juna hanya mengangguk dengan pelan karena tadi dia memang berdiri tak jauh dari Safa dan Lingga namun karena banyaknya tamu undangan, Safa mungkin yak menyadarinya.
"Mereka mungkin masih merasa kehilangan putrinya. Apalagi melihat Lingga kini telah menikah dan mempunyai anak, pasti mereka ingat dengan putri mereka yang sudah meninggal. Kalau masalah Dila dan Mamanya tadi, mereka memeng seperti itu orangnya. Selalu saja memandang rendah orang lain. Keluarga kami sudah hafal dengan mereka. Jadi jangan pikirkan lagi" Juna berusaha untuk menghibur Safa.
"Aku juga tidak tau kenapa aku menangis seperti ini Kak, padahal aku sudah tau semua yang dikatakan mereka itu benar" Safa masih sesenggukan meski tak lagi mengeluarkan air matanya.
"Mungkin kamu sudah jatuh cinta sama Lingga, makanya perasaan kamu terluka"
Safa menoleh ke arah Juna yang kini menatapnya dengan senyum lembut dan berusaha untuk menutupi rasa kecewanya.
Saat ini Juna sudah menyadari perasaan Safa pada Lingga. Tapi apa mungkin dia menyerah dengan perasannya pada Safa?
"Jangan terkejut seperti itu, aku bisa melihat dari sorot matamu kalau kamu sudah mencintainya" Tanpa sadar tangan Juna terangkat untuk mengusap pucuk kepala Sasa yang sudah tak tertutup kerudung lagi. Kerudung putih Safa itu sudah terlepas dan hanya melingkar di lehernya.
Apa yang Juna lakukan itu ternyata dilihat oleh Lingga yang baru saja sampai di taman. Pria itu tampak mengatur nafasnya yang memburu. Mungkin karena sejak tadi berlari untuk mencari keberadaan Safa.
Pria itu mendekat pada Istri dan juga sepupunya yang sedang duduk bersebelahan. Yang pertama kali Lingga lihat adalah wajah sembab milik Safa. Air mata juga belum sepenuhnya kering di wajah yang kini tampak berantakan itu.
"Kau di sini Kak?"
Pertanyaan Juna membuat Safa menolah. Dia terkejut karena Lingga juga menyusulnya ke sana.
"Ayo kembali ke kamar!" Ajak Lingga pada Safa tanpa mempedulikan Lingga.
"Biar dia di sini dulu Kak. Dia perlu menenangkan hatinya karena hinaan orang dan juga karena ulah mantan calon mertua mu itu!" Juna kesal dengan Lingga yang ingin membawa Safa pergi darinya.
Dia masih ingin lebih lama dengan Safa dan juga menghiburnya.
"Dia bisa menenangkan diri di kamar. Tidak di tempat ini yang bisa dilihat orang lain. Apalagi berduaan denga pria lain, apa yang akan dikatakan orang kalau melihat kalian berdua?"
"Mereka tidak akan mengatakan apapun karena mereka tau kalau kau dan kau itu sepupu, jadi otomatis Safa juga sepupuku!" Juna tak mau kalah sama sekali.
"Kak, benar apa kata Mas Lingga. Terima kasih sudah menemaniku, aku naik dulu!"
"Tapi Safa..."
Safa hanya menggeleng untuk mencegah Juna yang ingin menahannya lagi. Juna pun pasrah melihat Safa kini pergi bersama Lingga.
Sepasang suami istri itu juga tampak saling diam. Safa berjalan di depan Lingga, dan Lingga hanya mengikuti langkah Safa tanpa mengeluarkan sepatah kata pun semenjak dari taman tadi.
"Kendra dimana Mas?" Akhirnya Safa membuka mulutnya, dia juga merasa bersalah karena meninggalkan putranya begitu saja.
"Ada sama Mama, biar dia sama Mama dan Suster dulu"
Safa hanya mengangguk bertepatan saat pintu lift terbuka. Mereka juga kembali diam sampai masuk ke dalam kamar mereka.
Safa langsung melepas kerudungnya, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
"Aku minta maaf"
Safa langsung berhenti, dia tentu saja terkejut karena mendengar Lingga meminta maaf padanya.
"Untuk apa?" Safa tak mau memutar tubuhnya menatap Lingga.
"Aku tidak tau kalau Mami dan Papi akan datang, aku minta maaf untuk semua yang Mami katakan tadi. Aku..."
"Bukannya semua yang Mami kamu katakan itu benar Mas?" Jawab Safa dengan berani.
"Aku memang menikah dengan mu hanya sebagai pengganti Syifa yang seharusnya menikah sama kamu, aku ini hanya Ibu dari anakmu. Aku tau dihatimu juga selalu ada Syifa dan aku juga sudah tau kalau cincin yang kamu pakai memang cincin pertunangan kamu dengan Syifa. Justru aku yang minta maaf sama kamu karena kamu harus repot-repot mencari ku yang tiba-tiba merasa sakit hati dengan ucapan mereka, padahal semua itu sesuai dengan kenyataan"
Setelah mengatakan itu semua, Safa langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sepertinya keputusannya untuk kembali ke kamar bersama Lingga adalah keputusan yang salah karena dia justru kembali merasa sakit di dalam hatinya.
sekarang lingga yg akan berjuang untuk mengejar cinta dari safa lagi
nyesekkkk akuuuu