Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
"Kau harus pergi sekarang juga, sebelum matahari muncul. Jika tidak, Helena pasti akan tahu," ucap Ferdinan masih bergelung di dalam selimut bersama Lusiana, mereka tak mengenakan sehelai benang pun.
Malam hampir tiba di penghujungnya, ia tak ingin siapapun memergoki Lusiana yang keluar dari ruang kerjanya.
"Aku tidak mau, aku masih mau di sini bersamamu. Memang kenapa jika Helena tahu? Dia tidak akan melakukan apapun kepadamu, bukan? Kau suaminya," sahut Lusiana tanpa tahu malu.
Ferdinan mendengus, disusul decakan lidahnya yang terdengar kesal di saat Lusiana mengeratkan pelukan. Ia menahan geram, mencoba untuk tidak marah atas kebodohan wanita itu.
"Walaupun aku suaminya, aku sudah berjanji kepadanya tidak akan melanggar aturan di rumah ini. Sudahlah, untuk saat ini sebaiknya kau tidak melawan Helena sampai kondisi wanita itu kembali seperti dulu. Setelah itu, kau bisa berbuat semaumu di rumah ini," rayu Ferdinan sembari menggamit hidung Lusiana.
Wanita itu tersipu, tersenyum penuh semangat. Ia membayangkan saat dirinya menjadi nyonya di rumah itu. Bebas melakukan apa saja, menghukum siapa saja.
"Janji jangan terlalu lama. Aku tidak bisa menahan diri," katanya sedikit beranjak dari tubuh Ferdinan.
Tatapan mereka beradu, sangat lama. Ferdinan mendekat, memagut bibir Lusiana dengan rakus.
"Sebaiknya kau pergi sekarang. Ingat, berhati-hatilah!" ucap Ferdinan setelah melepas ciuman.
Lusiana beranjak, memunguti pakaiannya satu per satu. Ia kenakan dengan terburu-buru dan pergi secara perlahan. Langit masih gelap, tapi kokok ayam sudah terdengar saling bersahutan. Ayam jantan milik Pak Darma yang ditempatkan di belakang kebun.
"Sepertinya masih sepi, belum ada orang bangun. Baguslah!" gumamnya pelan di saat lampu rumah belum ada satu pun yang menyala. Tanda penghuni rumah masih terlelap di alam buaian.
Buru-buru kakinya melangkah, menuruni anak tangga dan menuju dapur untuk pergi ke rumah belakang. Namun, tepat di saat kakinya menyentuh lantai pertama, lampu rumah menyala.
Helena duduk di sofa, memegang cangkir teh dengan elegan. Di sampingnya berdiri tiga orang pelayan termasuk Lina dan pelayan yang memergokinya semalam. Lusiana menoleh, membelalak sempurna kedua matanya. Napasnya tercekat di tenggorokan, apalagi saat melihat tatapan tajam dari ketiga pelayan itu.
"Nona Lusiana!" Helena meletakkan cangkir teh di atas meja, gerakan tangannya yang gemulai nan anggun membuat siapa saja terpesona. Dia wanita berkelas.
Ia menoleh, menatap Lusiana sambil tersenyum. Pembawaannya yang tenang justru membuat hati Lusiana ketar-ketir.
Sialan! Apa mereka yang sudah mengadukan aku kepada Helena? Awas kalian!
Helena beranjak, melangkah pelan mendekati wanita itu. Matanya yang coklat memindai tubuh Lusiana dari atas hingga bawah. Ia mencibirkan bibir melihat lingerie yang dikenakan wanita simpanan suaminya itu.
"Bukankah seharusnya Nona Lusiana berada di rumah belakang? Mengapa bisa ada di rumah utama? Kau melanggar aturan?" selidik Helena dengan nada pelan, tapi tegas.
Lusiana gugup, tertunduk gelisah. Ia berpikir keras mencari alasan, dan Helena masih menunggunya.
"Apakah Bu Lina tidak memberitahu aturan di rumah belakang?" tanya Helena lagi semakin membuat Lusiana cemas.
Ia menggigit bibir, meremas jari jemari menekan rasa gugup yang melanda hati.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya sudah mengatakan semua aturan di rumah belakang kepadanya, tapi tuan yang memanggilnya untuk bekerja. Semalam tuan bahkan datang ke rumah belakang menjemput langsung Nona Lusiana," jawab Lina apa adanya.
Lusiana mendongak dengan mata terbelalak. Tak mengira kepala pelayan itu menjelaskan kejadian semalam. Matanya berputar menatap Helena yang tersenyum tajam.
"Panggil tuan ke sini!" titahnya tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Lusiana yang pucat pasi.
Tidak! Apa yang akan dia lakukan?
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢