Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.
Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mampu mematahkan semangat nya.
Penuh Drama yang menegangkan, mari ikuti Perjalanan Hidup Mafia Queen X Gadis Cupu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Di sini kita panggil Ara dengan sebutan Alea ya teman-teman, supaya tidak membingungkan.
Alea pun mulai menceritakan tentang kehidupan Ara, yang dibenci oleh keluarganya, serta mengenai Vania, anak angkat dari orang tua Ara.
"Jadi begini, Bang, Alea juga mau meminta bantuan kalian semua," ujar Alea setelah selesai mengungkapkan kehidupan yang ia jalani.
"Tolong soal apa?" tanya Darren sambil mengangkat alisnya.
"Jadi begini Bang, Alea curiga sama Vania, si anak angkat itu. Alea ingin meminta bantuan Varo untuk mencari tahu lebih banyak tentang Vania, termasuk kebusukan Vania yang ternyata jalang," jelas Alea.
"Oke, nanti gue bakal bantu cari tahu soal cewek itu. Siapa tadi namanya?" tanya Varo dengan wajah serius.
Saat berdiskusi, semua memang fokus dan serius, termasuk Azka, El, dan Nabila.
"Terus, apa rencana kamu setelah Varo dapat informasi soal cewek itu?" tanya Kenzo sambil melirik ke arah Darren.
"Tepat tiga minggu lagi itu hari ulang tahun sekolah. Di acara itu akan hadir semua orang, termasuk para orang tua juga. Jadi Alea ingin membuka semua kebusukan Vania di hari itu," jawab Alea kepada mereka semua.
"Oke, tenang saja. Nanti abang pasti bantuin," ujar Darren sambil mengelus kepala Alea yang duduk di sebelahnya.
"Makasih, Bang," ucap Alea lalu merebahkan diri di atas paha Darren, sementara Darren tetap mengelus puncak kepalanya.
"Ah, gue jadi ingat. Ini pasti alasan kalian bertiga pindah sekolah kan?" tebak Azka menyinggung Jessica, Risa, dan Nabila yang sudah pindah sekolah sebelumnya.
"Yap, tepat sekali. Sekalian pindah ke sana biar bisa dekat sama Alea," kata Jessica sembari memainkan rambut Nabila yang duduk lesehan di dekatnya.
"Oke, jadi besok kita juga bakal pindah ke sana ya, Bang?" tanya Azka pada Kenzo dan Darren.
Darren dan Kenzo adalah siswa kelas tiga SMA, sedangkan Varo, El, dan Azka ada di kelas dua bersama dengan Jessica, Risa, Nabila, dan Alea.
"Iya, besok kita pindah juga," jawab Kenzo.
"Oh iya, Alea lupa. Jangan panggil Alea lagi. Sekarang nama Alea adalah Ara. Jadi panggil Ara mulai sekarang ya semuanya," kata Ara kepada yang lain.
"Gue hampir lupa juga bilang ini. Besok kan kita pindah sekolah, kebetulan sekolah itu punya Ara. Selain itu, perusahaan AL Grup juga milik Ara," jelasnya lagi kepada mereka.
Buset, makin kaya aja lu, yang punya lu bahkan di urutan pertama, sedangkan AL cuma di urutan keempat, kata Azka sambil menggelengkan kepala.
Ini ya, tujuh turunan juga nggak bakal habis tuh kekayaan lo, Ra, timpal Varo sambil membayangkan betapa kayanya sahabatnya itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Akhirnya Ara pamit pulang kepada semuanya. Tak lama kemudian, Ara tiba di rumah dan langsung masuk ke dalam.
PLAK!
Ara mendapat tamparan keras dari ayahnya, Abraham. Rupanya, bukan hanya ayahnya yang berada di situ, tapi juga ada Bunda, Arga, Arka, dan Vania yang menyaksikan kejadian tersebut.
Dari mana saja kamu, hah? Bukannya pulang, malah kelayapan! Apa kurang yang saya kasih sampai-sampai kamu mau jadi seorang jalang? bentak Abraham dengan suara tinggi.
Apa Tuan lupa kalau Tuan tidak pernah menafkahi saya seperti seorang ayah kepada putrinya? Saya bekerja sendiri mencari uang untuk hidup saya. Jadi jangan bicara seolah-olah Tuan yang memenuhi kebutuhan saya.
Saya hidup sendiri. Saya sudah tidak memiliki orang tua ataupun saudara. Jadi jangan bertingkah seolah-olah Tuan adalah ayah saya, balas Ara dengan tatapan dingin ke arah Abraham.
Tatapan kasih sayang di mata Ara untuk Abraham kini benar-benar hilang.
Dan lo, gue tahu pasti lo yang udah ngomong nggak benar. Tapi nggak apa-apa karena lo yang udah memulai. Jadi tunggu aja... Ingat ya, main sama gue itu taruhannya nyawa lo, sahut Ara sambil menyeringai dan menunjuk Vania.
Semua orang bergidik melihat seringai mengerikan dari Ara, termasuk Vania yang kini tampak gemetar ketakutan.
Oh iya, saya lupa. Hapus saja saya dari keluarga Anderson. Saya juga akan menghapus nama belakang Anderson dari identitas saya. Saya tidak mau lagi menyandang marga Anderson karena saya bukan lagi bagian dari keluarga ini, ujar Ara sebelum bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.
DEG.
Maafkan Ayah, Nak. Lagi-lagi Ayah menyakitimu, batin Abraham penuh sesal atas perkataan Ara. Di sisi lain, Bunda sudah menangis tersedu karena ucapan putrinya. Mereka merasa kembali melukai hati Ara.
Sialan, kenapa Ara makin menyeramkan, sih? pikir Vania di dalam hati.
Sementara itu, Ara yang sudah berada di kamarnya mulai membersihkan diri untuk segera tidur.
Setelah selesai, Ara langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, melepas penat sambil memulai perjalanannya menuju alam mimpi.
Keesokan paginya, Ara sudah bangun dan hampir selesai bersiap untuk pergi ke sekolah. Hari ini adalah hari yang spesial karena teman-temannya akan pindah ke sekolah yang sama dengannya, termasuk Bang Darren dan Bang Kenzo.
Sambil menyapukan lip balm ke bibirnya, Ara tersenyum kecil, merasa puas dengan penampilannya dan berbisik, "Sempurna."
Ara segera turun ke bawah. Sampai di ruang makan, ia melihat keluarganya sedang menikmati sarapan bersama. Tanpa bergabung, Ara menuju dapur untuk berpamitan pada Bi Ina.
"Bi, Ara berangkat dulu ya," kata Ara sambil mencium punggung tangan Bi Ina dengan sikap hormat.
"Eh, Non Ara nggak sarapan dulu?" tanya Bi Ina khawatir.
"Nggak, Bi. Nanti Ara sarapan di sekolah aja bareng teman-teman. Ara berangkat dulu ya," jawab Ara sambil tersenyum.
"Ya sudah, hati-hati ya Non. Jangan ngebut di jalan," pesan Bi Ina sembari menggenggam tangan Ara.
"Iya siap, Bi," jawab Ara sambil memberi salam hormat ala tentara yang membuat Bi Ina tertawa kecil melihat kelakuannya.
Ara pun berpamitan lagi dan melangkah keluar rumah. Saat melintasi keluarga yang sedang sarapan, suasana terasa dingin karena mereka hanya memandangnya tanpa sepatah kata. Jelas terlihat perbedaan hangatnya interaksi Ara dengan Bi Ina dibandingkan sikapnya terhadap keluarga sendiri. Setelah itu, Arga, Arka, dan Vania juga pamit meninggalkan rumah. Sementara Abraham langsung berangkat menuju kantor.
Setibanya di sekolah, Ara memasuki gerbang dengan gaya khas ala dirinya sambil disertai kedatangan tiga motor sport dan dua mobil mewah yang mengikutinya. Kehadiran mereka tentu mencuri perhatian setiap siswa yang ada.
Deru suara mesin motor pun menggema:
BRUMMMM
BRUMMMM
BRUMMMMM
BRUMMMMMMM
"Ya ampun, Ara makin keren aja deh! Apalagi temen-temennya!" seru seorang siswa A yang terkesima.
"Iyaaa bener banget! Mana makin cantik lagi si Ara. Kayaknya nggak pernah cape ya jadi cantik terus!" sahut siswa B setengah bercanda.
Komentar-komentar semacam itu terus berdatangan dari para murid yang terpukau dengan pemandangan "klub selebriti dadakan" itu. Tak lama kemudian, geng Bruiser juga tiba di area sekolah. Kehadiran mereka kembali mengundang riuh teriakan histeris, apalagi dari murid-murid perempuan.
Sementara itu, Ara dan keempat sahabatnya masih berada di area parkiran menunggu kehadiran Bang Darren dan Bang Kenzo. Ara sebelumnya juga sudah memberitahu Manda agar tidak banyak bertanya saat mereka muncul nanti.
Tak berapa lama, lima motor sport keren lainnya memasuki area parkir dan berhenti di dekat tempat Ara berdiri bersama teman-temannya. Kehadiran motor-motor itu membuat penghuni sekolah penasaran karena benda tersebut belum pernah mereka lihat sebelumnya. Semuanya mulai bertanya-tanya, mungkinkah ada murid baru lagi?
Di sisi lain, geng Bruiser memperhatikan dengan saksama siapa saja orang bersama Ara, terutama pada pengendara lima motor yang baru masuk itu.
Tak lama kemudian, para pengendara baru itu turun dari motor mereka dan melepas helm. Seketika, suasana semarak dengan sorakan terkejut sekaligus kagum karena ketampanan para pendatang baru tersebut. Darren melangkah ke arah Ara setelah melepas helmnya. Sambil tersenyum manis, ia menatap Ara dengan lembut.
"Morning, princess abang," ujar Darren seraya mengelus kepala Ara dengan penuh kehangatan.
Lagi-lagi, para siswa hanya bisa menahan rasa iri, memandangi senyum manis Darren yang menawan hati semua orang di sekitar.
Ara mencium pipi Darren, membuat mereka terkejut atas tindakan spontan Ara tersebut.
"Ini buat adek abang, spesial abang masakin," kata Kenzo sambil menyerahkan kotak bekal kepada Ara.
"Makasih abang, sayang abang banyak-banyak, cup," jawab Ara ceria seperti anak kecil sambil mencium pipi Kenzo.
Ara memang sering bersikap seperti anak kecil ketika bersama Darren dan Kenzo. Namun, sikapnya akan berubah drastis menjadi seperti iblis saat berhadapan dengan lawannya. Ia juga cenderung datar dan dingin terhadap orang yang tidak akrab atau baru dikenalnya.
"Oh iya, Manda, kenalin ini Bang Darren sama Bang Kenzo, abangku. Terus ini tiga curut, Azka, Alvaro, sama Elvino," ucap Ara memperkenalkan teman-temannya kepada Manda.
Manda pun menyalami mereka satu per satu. Awalnya, Manda mengira mereka adalah pacar-pacar Ara, namun ternyata mereka adalah abang-abangnya. Dia merasa senang melihat bagaimana semua orang di sekitarnya tampak menyayangi Ara.
"Yuk, abang, biar Ara antar ke ruang kepala sekolah," kata Ara sambil menggamit lengan Kenzo dan Darren hingga dirinya berada di tengah-tengah mereka.
Manda, Nabila, serta Azka berjalan mengikuti di belakang Ara, sedangkan Jessica, Risa, Varo, dan El berada paling belakang. Setelah mengantar mereka ke ruangan kepala sekolah, Ara kembali ke kelas bersama teman-temannya.
Ternyata Kenzo dan Darren berada di kelas yang sama dengan geng Bruiser. Sementara itu, Varo, El, dan Azka sekelas dengan Ara.
Gimana guys, Ara si mafia udah pindah sekolah. Kita panasin dulu aja abang kandung Ara, gimana menurut kalian?
Sebelum kebusukan Vania terbongkar, mending kita main-main dulu, ya guys.