NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:34.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Pesta pernikahan

Hari pesta itu datang dengan segala kemegahannya. Taman belakang rumah keluarga Argantara disulap menjadi lautan bunga putih dan lampu gantung kristal yang berkilau lembut di bawah sinar matahari sore. Musik lembut mengalun, tawa tamu-tamu undangan bercampur dengan aroma wangi mawar dan parfum mahal.

Arum melangkah perlahan di koridor menuju kamar, mengenakan gaun berwarna gading pucat yang dipilihkan khusus oleh Oma Hartati. Gaun itu sederhana tapi anggun, jatuh lembut mengikuti lekuk tubuhnya, memperlihatkan pesona lembut yang tak dibuat-buat. Rambutnya disanggul rapi dengan beberapa helaian kecil yang dibiarkan jatuh di sisi wajahnya, membuatnya tampak seperti sosok klasik yang muncul dari masa lalu.

Saat Arum tengah memastikan penampilannya di depan cermin, pintu kamar terbuka perlahan. Oma Hartati masuk dengan langkah tenang, membawa sebuah kotak beludru kecil berwarna merah tua di tangannya.

“Arum, kemarilah, Nak.”

Arum segera berbalik, menghampiri wanita tua itu dengan tatapan penuh hormat. Oma tersenyum hangat, meski ada bayangan emosi di matanya yang sulit diterjemahkan.

“Ini … hadiah dari Oma,” ucapnya lembut sambil membuka kotak itu.

Di dalamnya, terbaring sebuah kalung emas putih bertatahkan berlian kecil, dengan liontin zamrud di tengahnya yang memancarkan cahaya lembut. Arum menahan napas, matanya melebar.

“Oma … ini terlalu indah. Aku ... aku tidak pantas...”

Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, suara berat Reghan terdengar dari arah pintu.

“Itu kalung ibuku,” ucapnya datar, tapi tegas. “Beliau memakainya di setiap acara keluarga sebelum meninggal. Maya...” matanya melirik ke arah pintu, seolah menyebut nama itu dengan jijik, “tidak bahkan tak punya kesempatan untuk memakainya. Karena dia memang tidak layak.”

Arum terdiam, ucapannya membuat udara di kamar seolah menegang sesaat. Ia menunduk, lalu berkata pelan,

“Kalau begitu … mungkin sebaiknya Tuan yang menyimpannya. Itu kenangan keluarga, saya...”

Namun sebelum Reghan sempat menjawab, Oma Hartati sudah menyela cepat.

“Tidak, Arum. Kamu istrinya. Istri sah keluarga Argantara. Sudah sepatutnya kamu yang memakai. Anggap ini sebagai tanda kepercayaan Oma padamu, Nak. Jaga baik-baik, ya?”

Arum mengangguk pelan, tak sanggup menolak. “Baik, Oma.”

Oma tersenyum, menatap keduanya penuh makna sebelum berbalik meninggalkan kamar itu. Begitu pintu tertutup, hanya ada mereka berdua. Suasana hening menyelimuti ruangan.

Arum memegang kalung itu dengan hati-hati. “Saya akan menyimpannya dulu, nanti saya pakai sebelum...”

“Tidak perlu,” potong Reghan pelan. “Biar aku yang bantu.”

Arum tertegun, matanya langsung menatap ke arah pria itu yang duduk di kursi rodanya. Reghan menatapnya tenang, tapi ada sesuatu di balik tatapan itu, ketulusan, sekaligus sesuatu yang membuat jantung Arum berdebar cepat.

Perlahan, Arum duduk di kursi kecil di hadapan Reghan. Ia menunduk, membiarkan pria itu mengambil kalung dari tangannya. Jemari Reghan menyentuh kulit leher Arum saat mengaitkan pengait kecil di belakang, membuat napas wanita itu tertahan.

Udara di antara mereka tiba-tiba terasa berbeda. Napas Reghan menyentuh lembut di sela-sela rambut dan leher Arum, membuat bulu kuduknya meremang. Saat pengait kalung terpasang, Reghan tidak segera menarik tangannya. Ia menatap pantulan wajah Arum di cermin besar di depan mereka, wajah yang tampak bergetar antara gugup dan malu.

Lalu, dengan gerakan yang nyaris tak terdengar, bibir Reghan menyentuh sisi leher Arum. Hanya sekilas, tapi cukup untuk membuat wanita itu menahan napas dan menggenggam ujung gaunnya erat.

“Cantik,” bisik Reghan di telinganya, suaranya rendah, nyaris seperti desahan.

Arum tak sanggup menjawab. Ia hanya memejamkan mata sesaat, mencoba mengabaikan degup jantung yang semakin keras di dadanya.

Musik klasik menggema lembut di taman belakang keluarga Argantara sore itu. Langit berwarna jingga keemasan, memantulkan cahaya indah ke permukaan air mancur yang menjadi pusat dekorasi. Bunga mawar putih, lilin kristal, dan tirai tipis yang menjuntai dari kanopi membuat suasana pesta terasa seperti dari dunia lain anggun, sempurna, dan mahal.

Para tamu bergaun glamor berbaur, berbincang dalam nada sopan dan tertawa kecil. Di antara keramaian itu, Tuan Argantara duduk di kursi kehormatannya bersama Maya, sang istri kedua. Wajah pria itu terlihat puas, seolah pesta ini menjadi bukti keberhasilan keluarga Argantara menjaga reputasi dan kekuasaan mereka.

Di sisi lain, Oma Hartati duduk di antara para undangan penting, wajahnya tenang namun matanya tajam, mengamati setiap gerak-gerik keluarga itu.

Di barisan depan, Reghan hadir dalam kursi rodanya, mengenakan setelan jas hitam sempurna, rambutnya disisir rapi. Ia terlihat tenang, meskipun tatapan matanya menusuk ke arah altar tempat Alena berdiri bersama Elion.

Di sebelahnya, Arum berdiri diam, mengenakan gaun lembut berwarna gading dan kalung leluhur yang berkilau di bawah cahaya lampu taman. Lalu, momen yang ditunggu pun tiba, pertukaran cincin. Musik berhenti. Semua mata tertuju pada pengantin.

Alena tampak ragu sejenak saat cincin di tangannya bergetar, tatapan matanya mencari arah Reghan, hanya sekilas, tapi cukup untuk membuat napas Arum tertahan. Namun, tatapan tajam Elion segera menegakkan tubuh Alena kembali. Ia tak punya pilihan. Dengan senyum yang tampak terpaksa, Alena mengulurkan tangannya, dan cincin itu pun melingkar sempurna di jari manisnya. Tepuk tangan menggema, para tamu bersorak kecil.

Namun, di tengah keriuhan itu, Reghan hanya duduk diam. Rahangnya mengeras, kedua tangannya menggenggam kuat pegangan kursi rodanya. Matanya dingin, tapi di dalamnya menyala bara yang tak bisa disembunyikan.

Arum yang berdiri di sampingnya menatap wajah Reghan, mencari sesuatu, sisa cinta, mungkin. Tapi yang ia temukan hanya tatapan kosong yang menolak mengakui rasa sakitnya sendiri.

Ketika Elion menunduk, mencium bibir Alena di depan semua tamu, Reghan memalingkan wajahnya pelan, tapi Elion sempat menatap ke arahnya dengan senyum sinis. Tatapan itu jelas berkata, “Sekarang dia milikku.”

Reghan tetap diam, tapi genggaman tangannya semakin kuat hingga kuku jarinya memutih. Ia berusaha menahan diri, namun sesuatu dalam dirinya seperti mulai retak. Setelah prosesi resmi, Elion dan Alena turun dari altar untuk menyapa para tamu dan klien penting. Keduanya tampak bahagia di depan kamera, meski Alena sesekali mencuri pandang ke arah kursi roda Reghan yang tak jauh dari sana.

Di meja sisi kanan taman, menara gelas tinggi berisi minuman bersoda berkilau berdiri anggun. Alena berdiri dekat sana, sementara Elion mendekat dengan langkah tenang. Namun dalam gerakan kecil yang nyaris tak terlihat, tangan Elion menyenggol kaki meja itu sedikit, cukup untuk membuat struktur gelas itu goyah.

Arum, yang tengah mengatur pelayan di sisi kiri taman, melihat gelas-gelas itu mulai bergetar dan bergerak tak stabil, dia langsung berlari, berteriak kecil,

“Alena, minggir!”

Namun semuanya terjadi terlalu cepat, menara gelas itu runtuh, pecahan kristal berhamburan di udara, disusul teriakan para tamu.

Beberapa gelas menghantam lantai, sebagian menimpa kepala Alena hingga ada luka kecil di pelipisnya. Darah menetes samar. Tapi yang membuat semua orang terkejut adalah sosok Arum yang juga berada di bawah reruntuhan pecahan kaca itu, mencoba melindungi.

Suasana seketika menjadi panik, dan di tengah semua kekacauan itu, Reghan bergerak. Refleks, tanpa berpikir panjang, pria itu berdiri dari kursi rodanya. Gerakannya tegas, cepat, seolah kekuatan itu memang tak pernah hilang. Dia menerobos kerumunan dan menarik tubuh Alena ke pelukannya, melindunginya dari pecahan terakhir yang jatuh.

Semua orang terdiam, bisik-bisik mulai terdengar dari berbagai arah.

“Dia … berdiri?”

“Bukankah Tuan Reghan lumpuh?”

“Ya Tuhan, apa dia berpura-pura selama ini?”

Oma Hartati menatap cucunya dengan mata melebar, antara syok dan lega. Tuan Argantara bangkit dari tempat duduknya, menatap pemandangan itu dengan ekspresi sulit ditebak.

Sementara itu, Arum hanya terpaku di tempat, darah menetes di pelipisnya. Dalam hatinya, hanya satu hal yang bergema, Ia mengira Reghan akan datang menyelamatkannya. Tapi pria itu justru memeluk Alena.

“Elion!” Reghan berteriak keras, wajahnya tegang. “Cepat! Bawa mobil! Kita ke rumah sakit sekarang!”

Elion melangkah pelan mendekat, dan di bibirnya terbit senyum dingin yang penuh kemenangan. Ia menatap Reghan sekilas, menyadarkan pria itu, bahwa kebohongannya kini telah terbongkar di depan semua orang.

Arum menunduk pelan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk tamu.

“Jadi begini, akhirnya…”

Arum, menatap Reghan menggendong Alena membawa Alena pergi dari semua kerumunan, dengan di ikuti Elion ke arah mobil. Sedangkan, Arum berlahan berdiri sendiri, menatap kepergian dua pria dan satu wanita yang terluka. Tak ada satupun yang tahu dengan kondisinya saat itu, dia pun berlalu pergi meninggalkan kediaman Argantara untuk pertama kali setelah tahu lukanya juga tak ringan, kakinya sedikit pincang, tetapi dia mencoba tegar.

'Awalnya aku iri melihat hidup Arum, namun ternyata dia hanya menjadi pengganti di hati pria yang tak selesai dengan masa lalu,' batin Asyanti anak dari orang tua angkatnya.

1
Kar Genjreng
😭😭mengapa nasib Arum sengsara sekalii menikah di jual buat menutup utang budi,,,, yang beli orang kaya tapi cacat begitu. suaminya sembuh ternyata punya masa lalu yang masih dan segala keruwtanya ko Yo tega bgt
Ma Em
Semoga ada jalan terbaik untuk pengobatan Revano TDK perlu ada pengorbanan dari siapapun yg penting Revano bisa diobati dan sembuh , semoga ada jln yg terbaik dan Arum juga Reghan bisa menerimanya demi kepentingan Revana jgn egois .
Eridha Dewi
klo regan nikah lagi dengan perempuan lain aku gak mau baca thor
A.M.G
🤧🤧🤧
A.M.G
bagus lah kau mau tangung jawab
A.M.G
helo lu yang gak tangung jawab reg
Mineaa
Haahhh jangan sampai Reghan punya anak dari wanita lain selain arum....
dah lah Reghan kamu aja yg donorin...
paling koma setahun.....biar situ yang gantian di rawat sama arum.....
A.M.G
no comen
A.M.G
gak rela arum balikan 🤧
A.M.G
mampos
A.M.G
heleh katanya lu cinta arum prettt . emang bener ya klo belom selsai dengan orang lama .. kasian orang baru .. rum ayo pergi yang jauh buat reghan hancur
A.M.G
heleh arum gak kaya Elena yang mudah berpaling cuma karna lumpuh mengatal sama laki laki lain🤭
A.M.G
elion lu harus sadar diri ...jadi curiga jagan jagan dia ikutan terlibat atas lumpuhnya reghan
A.M.G
jagan luluh dulu rum
A.M.G
god job rum
Quinza Azalea
next
A.M.G
dih maksud lu apa reg... sakitnya nembus sini gimana dengan arum
iqha_24
hadeeh.. berat amat sii syaratnya, jgn sampai Reghan punya anak lagi dengan Arum
A.M.G
semangat
Ariany Sudjana
sekedar membantu boleh, tapi kalau berharap reghan kembali dengan Arum, jangan mimpi. sudah cukup penderitaan Arum karena sikap reghan yang tidak bisa tegas dan juga keluarganya reghan yang toxic
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!