 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadaan Tak Terduga
Kamal terpaku di depan pintu. Matanya hampir tak berkedip, kala menatap pemandangan indah yang tersaji di depan matanya.
Di saat bersamaan, secara tibat-iba hujan yang tadinya hanya rintik-rintik mulai menandakan akan lebih deras dari saat ini. Seketika itu juga Kamal tersentak kala mendengar hujan yang mulai bertambah deras.
"Loh, hujan langsung deras," suara sang pemilik rumah juga cukup membantu Kamal tersadar dar bengongnya "Motornya mending dimasukin teras aja, Mas," sosok bersuara lembut itu sontak memberi saran yang cukup masuk akal.
"Iya, Mbak. sebentar, ini martabaknya," Kamal segera menyerahkan dua bungkus plastik yang dia tenteng lalu bergegas mengamankan motor yang dia bawa de dalam teras rumah itu.
"Langsung masuk aja ya, aku ambil uang dulu," sang pemilik rumah kembali bersuara dan Kamal hanya mengiyakan sambil memarkirkan posisi motor yang pas.
Setelah itu dia pun bergegas masuk ke dalam rumah yang nampak sepi dan bercahaya remang-remang di ruang tengahnya.
"Loh, kok berdiri?" si pemilik rumah kembali datang dengan penampilannya yang langsung membius tatapan pria lajang itu. "Duduk dulu," titahnya dan kamal mengangguk sambil tersenyum canggung.
Kamal mencoba mengalihkan perhatian ke arah lain karena pemandangan yang tersaji di depan matanya, membuat otaknya langsung berpikir kotor.
Entah karena lupa atau memang sengaja, pemilik rumah itu mengenakan pakaian tidur yang cukup seksi dan agak terbuka, yang dikenal dengan nama lingeri.
Meski pakian yang digunakan wanita itu ditutupi dengan pakaian lain di bagian luarnya, namun tetap saja bagian dalamnya tertampang begitu jelas karena pakaian luarnya haya kain tipis dan tidak dikancing.
Tercetak dengan jelas belahan yang tertera di bagian dada serta dua benda kembar yang nampak begitu bulat dan kenyal karena sebagian benda kembar itu terjerat pakaian yang cukup ketat.
Belum lagi area pangkal paha yang nampak menggoda untuk diusap, menbuat mata Kamal kesusahan untuk menghindari pemandangan indah yang amat sangat disukai jiwa laki-laki.
"Ini martabak coklat kacang keju semua kan?" suara wanita pemilik rumah seketika memecah pikiran Kamal yang sedang membayangkan hal berbau nakal akibat dari apa yang dia pandang.
"Iya, Mbak," jawab Kamal agak gugup
Sebagai pria yang normal tentu saja Kamal tidak bisa menepis otaknya untuk berpikir kotor, begitu menyaksikan pemandangan yang menggoda jiwa lelakinya.
"Jadi totalnya berapa? Soalnya baru kali ini aku pesan minta diantar langsung," ucap si pemilik rumah yang katanya biasa dipanggil Mbak Salma.
"Tiga puluh lima ribu kali empat, Mbak, jadi seratus empat puluh ribu," jawab Kamal berusaha bersikap wajar meski hatinya bergejolak tak karuan.
Mbak Salma tersenyum lantas dia menyodorkan dua lembar uang seratus ribu. Kamal menerima uang tersebut dan dia merogoh sakunya lalu mengeluarkan dompet yang dia bawa.
"Waduh, Mbak, ada uang pas nggak? Kembaliannya kurang tiga puluh," Kamal agak kaget waktu mengetahui isi dompetnya yang hanya ada tiga puluh ribu saja.
"Bentar ya?" Salma kembali bangkit dan langkahnya membuat Kamal terus menatapnya dan sesekali Kamal juga menelan ludah dan geleng-geleng kepala.
"Sial, isi celanaku menegang," gumam Kamal agak kesal. "Untung aku pakai celana ketat. Kalau cuma pakai kolor, bisa bahaya ini."
Tak butuh waktu lama Salma kembali lagi dan kali ini dia menyodorkan uang lima puluh ribu. "Kembaliannya buat kamu aja, buat bensin," ucapnya.
"Makasih, Mbak," Kamal mengembalikan selembar uang seratus ribu dan menerima uang lima puluh ribu. "Ya udah, Mbak, kalau begitu saya pamit."
Salma mengangguk sembari melempar senyum. "Kamu bawa mantel nggak? hujannya deres banget tuh," ucapnya.
"Bawa, Mbak," jawab Kamal, lalu dia bangkit dan kembali pamit, kemudian dia melangkah menuju pintu. Salma pun mengkuti dan wanita itu hanya memperhatikan Kamal dari ambang pintu.
"Loh, mantelnya mana?" Kamal kaget, begitu membuka jok motor, ternyata mantelnya tidak ada. "Perasaan tadi pagi udah di sini?"
"Kenapa, Mas?" melihat sikap Kamal yang agak aneh, si pemilik rumah pun menjadi penasaran.
"Ini, Mbak, mantelku nggak ada, kayanya ketinggalan," jawab Kamal jujur.
"Walah, kok bisa? Mana hujannya deres banget lagi," balas Salma, "Mending masuk aja dulu deh, biasanya kalau hujan deras, cuma sebentar."
"Nggak usah lah, Mbak, mau diterjang aja," tolak Kamal halus.
"Jangan gitu, nanti kalau ada apa-apa sama kamu bagaimana?" balas Salma. "Nanti aku yang nggak enak jika terjadi apa-apa sama kamu. Udah, sini masuk dulu, nunggu hujan reda."
"Aduh tapi, Mbak," Kamal pun langsung dilema.
"Udah, nggak usah pakai tapi, masuk aja, sini," paksa Salma. "Takutnya nanti malah ada begal."
Kamal pun akhirnya pasrah. Dia kembai masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang tak menentu.
Di saat Kamal baru saja mendaratkan, pantatnya di atas kursi, dia kembali dikejutkan dengan sesuatu yang terjadi mendadak.
"Loh, lampunya mati," pekik Salma kebingungan. "Aduh, ponselku ada di kamar lagi."
Seakan mengerti keadaan, Kamal langsung merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan ponsel terus menyalakan senter yang ada di ponselnya.
"Wah, pengertian banget," Salma nampak senang. "Bisa anterin ke belakang enggak, ambil lilin sekaligus bikin minum buat kamu."
Kamal tersenyum tipis dan dia mengangguk samar. "Ayok, mbak."
Keduanya lantas bangkit menuju dapur. Kamal menggunakan cahaya ponsel sebagai penunjuk jalan hingga mereka akhirnya sampai di dapur.
Di dapur, kamal terus memandangi si pemilik rumah. Kadang dia juga mengalihkan pandangannya ke arah lain agar otaknya tidak berpikiran nakal karena pakaian yang dikenakan pemilik rumah benar-benar meresahkan.
"Kok cuma menyalakan satu lilin, Mbak?" tanya Kamal basa-basi, agar tidak terlalu canggung. "Yang lain emang nggak kegelapan?"
"Yang lain?" bukannya menjawab, Salma malah melempar pertanyaan yang membuat Kamal agak kaget.
"Ya keluarga yang lain? Mereka kan pasti juga butuh lilin," jawab Kamal jujur.
Salma lantas tersenyum. "Mana ada keluarga lain? Aku tuh tinggal sendirian, tahu, Mas," jawab wanita itu dengan entengnya.
"Hah!" Kamal sontak kaget. "Sendirian. Mbak? Terus, kok bisa pesan martabak banyak banget?"
"Buat keluargaku," jawab Salma santai. "Keluargaku lagi pada kumpul di rumah budeku dan aku memilih pulang dulu. Besok baru ke sana lagi."
"Oh," Kamal mengangguk paham.
"Yuk kita ke depan. kamu tolong bawa lilinnya ya?" Pinta Salma.
"Iya., Mbak," balas Kamal. "Lilinnya mending dimatiin dulu ya, Mbak, dinyalain nanti aja pas di depan."
"Oke," balas Salma. Wanita itu berbalik badan, hendak mengambil nampan untuk membawa dua gelas kopi. Namun hal tak terduga kembali terjadi. Salma tiba-tiba terpeleset dan hilang keseimbangan.
"Ahh." tanpa sengaja, tangannya meraih jaket yang dikenakan Kamal dan menariknya, hingga mau tidak mau Kamal ikut goyah dan keduanya lantas terjatuh bersamaan dalam posisi yang membuat jantung Kamal berdegup kencang.
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆