Terjebak Cinta Istri Istri Kesepian

Terjebak Cinta Istri Istri Kesepian

Pesona Kang Martabak

Detik ini, di salah satu sudut kota, rintik hujan sedang mengguyur di kala petang sedang menjelang. Sebagian penduduk kota itu ada yang sudah berkumpul bersama keluarga, melepas lelah, setelah menjalankan aktifitas seharian sembari menunggu waktu tidur tiba.

Sebagian lagi, penduduknya ada yang baru saja mulai menjalankan aktifitasnya untuk mencari rejeki sesuai dengan jam yang biasa mereka lakukan.

Seperti beberapa pedagang di pinggir jalan, yang biasa membuka lapak mereka, ketika sore menjelang hingga tengah malam nanti atau bahkan bisa saja sampai pagi esok hari.

"Mas, aku martabak coklat keju ya?" ucap seorang pembeli kepada penjual martabak di salah satu sisi jalan sekitar satu jam setelah lapak itu dibuka.

"Baik, Bu, tunggu sebentar ya?" ucap si penjual dengan ramah dan dia melanjutkan tugasnya yang sedang membuat martabak milik pembeli lain.

Meskipun gerimis menerjang, tidak menyurutkan niat beberapa orang yang ingin menikmati makanan di pinggir jalan dan salah satu pedagang yang pembeli nampak berkerumun adalah pedagang martabak.

Sudah beberapa bulan terakhir ini, omset penjualan martabak di tempat itu terbilang naik secara signifikan. Banyak yang bilang karena rasanya yang enak.

Namun tak sedikit pula yang bilang, para pembeli sengaja datang ke lapak tersebut karena tertarik dengan salah satu penjualnya yang merupakan orang baru di sana.

Pedagang martabak tersebut sudah berjualan cukup lama dan pemiliknya sudah beberapa kali mengganti karyawannya dengan beragam alasan.

Di awal jualannya, martabak itu tergolong biasanya saja dan kadang malah mengalami sepi pembeli.

Namun, sejak kedatangan karyawan baru beberapa bulan belakangan ini, omset penjualan martabak di tempat itu mengalami kenaikan yang cukup pesat. Bahkan jika diperhatikan kebanyakan para pembelinya adalah kaum wanita.

Tak jarang pula, karyawan tersebut mendapat banyak godaan ataupun kenalan baru dengan beberapa pembeli yang iseng dan atau cari kesempatan agar dekat dengan karyawan tersebut.

"Mal, nanti malam, kamu main ps lagi nggak?" tanya si penjual martabak sekaligus sang pemilik usaha tersebut.

"Kayanya sih iya, Mas, udah janjian sama penjual angkringan dan nasi goreng tadi," jawab anak muda yang memiliki nama panggilan kamal. "Kenapa emangnya, Mas?"

"Nanti, tolong, sekalian nganterin pesanan buat Mbak Salma, dia pesan martabak empat porsi tapi minta dianter nanti jam dua belas malam," ucap si pemilik usaha.

"Loh, kok malam banget, Mas?" Kamal jelas kaget. "Mbak Salma itu rumahnya mana sih?"

"Di desa sebelah, nanti aku chat alamatnya," balas si pemilik usaha. "Dia lagi ada acara keluarga dan dia pesan martabak buat besok pagi disantap keluarganya. Dia minta pesanannya di antar nanti malam karena sat ini dia lagi ada acara. Biasanya sih kalau pesan pakai online."

Kamal pun mengangguk paham. "Ya udah, nanti sekalian aku antar, Mas" jawabnya tanpa rasa keberatan.

Nama panggilannya Kamal, dan usianya baru menginjak angaka dua puluh satu tahun lebih beberapa bulan. Meskipun berasal dari kampung, Kamal memiliki wajah yang bisa membuat lawan jenis tertarik kepadanya meski hanya sekali lihat.

Sebenarnya Kamal layaknya anak muda pada umumnya. Saka merokok, begadang atau menjalankan kegiatan anak muda pada umumnya.

Meski begitu Kamal masih bisa menjaga diri. Dia sadar betul kalau dia berasal dari keluarga yang biasa saja. Makanya, meskipun sekarang dia bekerja di tempat yang jauh dari daerah asalnya, Kamal harus bisa menjaga diri dan sikap agar tidak terlibat masalah yang cukup berat.

Nama pemilik usaha tempat kerja Kamal adalah Deni, atau yang akrab dipanggil Mas Deni oleh Kamal. Dia sudah cukup lama jualan di daerah tersebut. Bahkan, Deni juga mendapat pendamping hidup di sana dan sekarang sudah memilliki anak laki-laki berusia lima tahun.

Deni dan Kamal juga sebenarnya masih ada hubungan keluarga. Alasan Kamal mau ikut jualan, karena selain membutuhkan uang, Kamal juga ingin belajar menjadi penjual martabak agar kelak kalau sudah ahli, dia ingin membuka usaha sendiri sesuai yang dia cita-citakan selama ini.

Hingga waktu terus merangkak maju, kini waktu sudah menunjukan kalau Mas Deni dan Kamal harus menutup lapak jualannya. Mereka memang biasa tutup jam dua belas malam, meskipun kadang bahan utama untuk jualan, masih ada sisa.

"Mending kamu langsung antar pesanan aja, Mal," ucap Deni kala kamal sedang membantunya menutup lapak jualan "Biar lapak, aku aja yang beresin."

Kamal mengangguk dan dia melangkah menuju bungkusan plastik berisi empat kardus martabak. "Ini benar alamatnya, Mas?" tanya Kamal saat dia memeriksa ponselnya untuk memastikan kembali alamat yang tadi dia dapat dari bosnya."l

"Iya, di situ juga ada nomer ponselnya kan? Nanti telfon orangnya aja kalau udah dekat," jawab Deni sambil terus merapikan lapaknya. "Jangan lupa bawa mantel, takutnya nanti malah hujan gede."

"Udah ada di motor kok, Mas," jawab Kamal yakin. "Ya udah, Mas, aku berangkat dulu."

"Ya, hati-hati," balas Deni. Kamal mengiyakan sembari melangkah menuju motor yang terparkir tak jauh dari lapak jualannya. Tak lupa juga Kamal pamit kepada dua temannya yang tadi janjian mau main ps bersama setelah jualan.

Kenalan Kamal itu sama-sama pedagang dan lapak jualan mereka saling berdekatan. Meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda, Kamal dan teman-temannya itu menjadi akrab karena mereka sering berinteraksi hingga terjadi pertemanan yang akrab

Kamal melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Meskipun dia sadar, kalau ,rintik hujan kembali mengguyur kota itu, Kamal sama sekali tidak mengenakan mantelnya. menurut, hujan saat itu hanya sebatas rintik kecil. Jadi cukup menggunakan jaket dan helm saja sebagai pelindung.

"Di sini apa yah?" gumam Kamal kala motornya baru saja melewati sebuah gapura. "Mending aku telfon orangnya dulu." Kamal pun langsung menghubungi nomer yang tertera di pesan yang dia terima dari Mas Deni

Tak butuh waktu lama, kamal langsung menanyakan alamat pastinya begitu dia mendapat respon dari si pemesan martabak. Begitu informasinya sudah cukup jelas, panggilan pun berakhir dan Kamal kembali melajukan motornya.

"Gila, sepi banget," gumam Kamal kala laju motornya memasuki sebuah area sesuai petunjuk. "Namanya juga tengah malam, pasti orang-orang udah pada tidur," gumanya lagi dan Kamal pun memelankan laju motornya sambil matanya memperhatikan beberapa rumah, hingga akhirnya dia menemukan rumah yang dituju.

Sesuai perintah, Kamal kembali menghubungi pemesan martabak dan begitu mendapat respon, Kamal langsung diberi petunjuk untuk masuk saja karena gerbang tidak dikunci. Kamal pun mengiyakan dan dia segera melangkah, meninggalkan motornya di tepi jalan.

Begitu sampai di depan pintu, Kamal langsung mengetuk pintu rumah tersebut dan tak butuh waktu lama, pintu rumah pun terbuka. Di saat si pemilik rumah menampakan diri, mata Kamal seketika melebar dengan apa yang dia saksikan di hadapannya.

Terpopuler

Comments

Apriyanti

Apriyanti

aku mampir thor
lanjut 🙏

2025-10-15

1

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

pake lingerie kayaknya nih 😆

2025-10-15

1

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

tengah malam😆😆😆
ngeronda apa 🤣

2025-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!