Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24# Sesilia Gunawan
"Eval gue buka." mereka melingkar dengan rasa canggung dan jauh lebih senyap dari kemarin.
"Sal, sampai dimana progress kita di hari ke 3 ini?"
"Sudah cukup jauh kok Jae, lebih cepat dibanding progress. Jadwal sudah terbentuk,---" Salsa membacakan hasil evaluasi proker KKN 30, kemudian Bianca, ia menjelaskan hitungan pengeluaran dan anggaran.
Disusul Rani yang mengabsen logistik. Tak lupa ia menanyakan sejauh mana kesiapan Andara dan Sesil.
"Oke." Diantara rasa cenat-cenut itu, otaknya kembali berputar, akan dibawa kemana nasib KKN 30 yang tentunya akan dibayangin keberhasilan KKN 21.
"Kapan jadwal kita science camp SD?"
"Minggu ini, Jae."
Jae kembali mengangguk, lalu ia kembali memikirkan langkah pertama dan seterusnya demi memaksimalkan waktu, "Zoom meet sama pak Sulaeman tepat di proker ke 7, setidaknya harus ada hasil nyata. Dan kita sudah dapat. Pubdok?"
Dara mengangguk, "ready."
"Rapat proker gue cukupkan, tapi ngga ada yang boleh angkat pan tat dulu..."
"Gue ngga mau ada masalah yang ngga selesai diantara kita, itu bakalan berpengaruh sama kinerja, proses proker dan hasil."
Tapi, baik Bianca atau Rani yang tadi meledak-ledak kini diam, persis tikus kejepit.
"Ada yang mau diledakan lagi, Ran? Biar Bianca denger semuanya, terus ngga ada lagi uneg-uneg yang bakalan mengganjal proses pembelajaran dan memaafkan?" tanya Jae digelengi Rani yang membuang muka.
"Lo, Bi?"
Bianca menunduk dan kembali meminta maaf berkali-kali. Rani terlihat mendengus sumbang.
"Udah?" tanya Jae diangguki Bianca yang dimana Salsa merangkul dan mengusap-usap punggungnya.
"Boleh gue ngomong lagi sekarang, ya?"
Kini tatapan dingin Jae melunak pada Rani, "Lo selalu bisa gue andalkan, Ran. Apapun kalo orangnya Lo, gue selalu bisa percaya, termasuk urusan Bianca. Tapi tolong kurangi sikap--- yang apa-apa Co-op Abang lo. Gue tersinggung, kalo Lo begini...ini kelompok kita. Apapun masalahnya, kurangnya, atau ketidaknyamanannya, kita yang buat, kita yang ciptakan. Bukan berarti gue melarang, itu hak Lo...toh bang Mahad Abang Lo, tapi Ran...Lo paham kan?" tanya Jae membuat Rani menatap lurus dengan sorot lebih redup dari tadi.
"Ini tujuannya KKN, bukan sekedar kita mengabdi ditengah-tengah masyarakat doang, justru...kampus sedang mengarahkan kita, masyarakat dan desa ini sedang membimbing kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, mampu bekerja sama, kompak, dan menekan ego masing-masing.
"Dunia kerja yang nyata....kalo baru KKN aja udah emosian, ngga bisa mentolerir sifat dan pribadi anggota tim, gimana Lo mau masuk dunia kerja dan bermasyarakat? Bahkan seorang bos, CEO pun...belajar menekan ego dan tenang diantara tekanan."
"Dan Lo, Bi...semua orang punya masalah pribadi, yang mungkin aja lebih berat malah dari yang Lo alami...tapi Bi, bersikap tenang, berpikir dengan otak dingin itu sangat penting. Tolong profesional, bukan buat siapa-siapa kok, Bi...tapi buat diri lo sendiri juga...Lo mesti pikir baik buruknya ke depan."
"Gue yakin Lo pandai memperhitungkan, Lo akan lebih paham dari orang lain bagaimana ke depannya, hanya karena sikap yang mungkin ngga Lo pikirin kemarin itu, atau Lo anggap sepele dan ngga penting itu....imbasnya fatal. Olah perasaan lo dulu jangan bertindak impulsif begini yang bisa rugiin orang lain dan diri Lo sendiri."
Seusai eval malam Jae tutup, baik Bianca atau Rani tak ada lagi yang berbicara. Keduanya tidur paling ujung ke ujung memberikan space untuk Jae, Salsa, Andara dan Sesil. Bahkan terkesan mojok. Yang satu sambil mainan ponsel dan kembali berkaca-kaca, Lalu yang satu, ia sudah menyumpali telinganya dengan headset seperti biasa sambil memejamkan matanya.
Jae duduk di teras depan dengan membawa laptop dan segelas susu jahe diantara jaket tebal dan kaos kaki. Tak lupa inhaler selalu setia menemani sejak awal sampai di hari ketiga ini. Ia menyenderkan kepalanya di tembok, sedikit mendongak ketika lelehan air mata mengalir di ekor matanya.
Dengan segera ia menekan itu dengan jemarinya.
Sesil keluar ikut duduk di samping Jae.
"Belum selesai, Jae?" tanya nya digelengi Jae yang menarik resleting sampai atas.
"Gue masih bingung nyusun kata-katanya, udah kekuras otak gue hari ini." Jawab Jae.
"Udah *nyemilin* obat?" tanya Sesil diangguki Jae, "kayanya efek obat juga ngga sih? Otak gue berasa kaya udah mimpi?" kekehnya.
Sesil tertawa renyah, "tidur gih, Jae. Lo tuh cape...badan dan otak Lo sudah berjuang sangat hebat hari ini, kasih mereka istirahat biar besok bisa berjuang hebat lagi." Jae menyunggingkan senyum tipisnya lalu menyesap lagi susu jahenya.
"Selama gue kuliah di kampus UNJANA, baru gue temukan pribadi setangguh lo. Cewek kuat tangguh tidak tergoyahkan dan segala yang hari ini gue liat....emang ngga salah kita vote Lo jadi kordes, bangga banget gue."
Jae menggeleng sambil mendengus geli.
"Tapi Jae, setangguh-tangguhnya orang, Lo akan tetap butuh tempat untuk bersandar dan berbagi cerita. Itu bukan hal memalukan kok, manusiawi...karena Lo bukan robot. Lo punya hati..."
"Hm." Jae mengangguk setuju.
"Lo ngga harus cerita ke gue kok. Atau sama siapapun mungkin makhluk hidup yang memiliki mulut untuk menyela atau meladeni Lo bicara. Karena tidak semua manusia itu mau dikasih saran kritik, solusi atau sekedar disela. Ada yang kadang hanya butuh di dengar aja, karena secara tidak langsung dengan meledaknya uneg-uneg itu, masalah yang ada di kepala mengalir tanpa permisi...."
"Apalagi untuk tipe Lo ini, yang gue tebak...Lo akan lebih percaya diri sendiri untuk apapun. Secara otomatis mindset Lo akan memikirkan jalan keluarnya sendiri dengan segala baik buruk dan resiko yang siap Lo tanggung."
Jae kembali menyunggingkan senyuman, "keliatan banget gue egoisnya, ya Sil?"
Sesil menggeleng, "oh engga. Cuma...sikap Lo ini kadang bikin sebagian orang minder, saking Lo bisa menyimpan masalah sendiri dan selesain sendiri, lo kaya ngga butuh orang lain. Padahal....bukan begitu, Lo hanya belum bisa percaya orang lain akan bisa kasih solusi sesuai sama yang Lo mau."
"Ya." Jae akui itu.
Sesil tersenyum memandang ke arah langit yang gelap, "gue cuma bisa bilang sama yang nantinya jadi pasangan Lo. Siap-siap bro, yang bakalan Lo kejar ini bukan cewek sembarangan...tapi cewek tangguh yang apapun bisa sendiri. Bahkan mungkin ngga perlu Lo buat menyelesaikan masalahnya. Jadi rival Lo sebenarnya adalah kekeras hatiannya seorang Jaekawa Ayu." kekeh Sesil.
"Jadi, gue mesti gimana Sil?"
"Jangan terlalu kencang mengikat diri Lo sendiri. Kenapa Allah menciptakan manusia tidak cuma satu? Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, Jae...makhluk yang akan selalu ketergantungan pada manusia lain..."
"Nah...pake tuh otak dan kemampuan menyelesaikan lo itu untuk menilai siapa saja orang yang patut untuk ada di sekitar Lo. Pernah memberi luka, itu manusiawi....justru karena hal itu, kemampuan Lo akan semakin terasah untuk memilah milih yang layak."
Jae menatap ke arah laptop, namun jelas bukan sedang membaca kembali hasil ketikannya.
"Masuk yuk, udara malam ngga bagus buat yang batuk flu." Sesil mengusap lengan Jae. Jae mengangguk tak menyadari jika secara tak langsung ia sudah menjawab pertanyaan Sesil tentang masalahnya, yang---Sesil sempat melihatnya menitikan air mata. Jika ia, sedang memiliki masalah kepercayaan terhadap orang lain, *pasangan mungkin*.
"Sil...waktu gue ngigo, apa Lo tau gue ngigo apa?" tanya nya membuat Sesil menghentikan sejenak langkahnya di gawang pintu, Sesil tersenyum menyungging, "tenang aja, rahasia lo aman kok Jae."
Jae semakin dibuat risau, "iya apa? Emangnya gue ngigo apa?"
.
.
.
.
duh gemes sama Bianca aku tuh
waktu di KKN 21 aku gemes sama senja sekarang ada bianca😍😍😍