Plakkk ...
Setelah Vanilla tersadar dari keterpakuannya, ia pun segera mendorong tubuh Sky dengan keras lalu menamparnya.
"Sky ... aku membencimu!" pekik Vanilla yang kecewa. Entah kecewa karena apa. Kecewa karena Sky sudah membohonginya atau karena Sky sudah menciumnya atau karena sebab lain.
Dengan berderai air mata, Vanilla pun segera menuju pintu dan membuka kuncinya. Ia pun bergegas keluar dari sana, melangkah panjang menuju taksi yang sejak tadi menunggunya sesuai instruksi Vanilla sendiri agar tidak kemana-mana dan masuk ke dalam mobil.
"Vanilla, jangan pergi! Dengarkan penjelasanku terlebih dahulu!" teriak Sky, tapi Vanilla tak menghiraukannya. Ia justru meminta sopir segera melajukan mobilnya.
Sky berlari cepat hingga ke sisi pintu mobil. Ia mengetuk-ngetuk kaca mobil agar Vanilla mau membukanya.
"Vanilla, please, dengarkan aku! Dengarkan penjelasanku! Vanilla, aku mohon, jangan tinggalkan aku lagi! Aku mencintaimu, Vanilla. Aku sangat mencintaimu! Aku mohon, jangan pergi!"
Tapi Vanilla yang sedang berkeras hati, tanpa memedulikan teriakan Sky, ia justru meminta sang sopir segera melajukan mobilnya.
"Tapi nona ... "
"Kataku jalan, ya jalan!" pekik Vanilla yang sudah kehilangan kontrol emosinya.
Sang sopir merasa kasihan dengan Sky, tapi ia hanyalah seorang sopir jadi ia hanya bisa menuruti permintaan Vanilla dan segera melajukan mobilnya.
Sky menjerit dan meraung, tapi Vanilla tidak menggubrisnya sama sekali.
Hati Vanilla sebenarnya bergetar saat mendengar kata-kata Sky tadi. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata cinta itu dari bibir Sky yang biasanya berkata ketus padanya.
"Mengapa ... mengapa baru sekarang kau mengatakan cinta padaku, Sky? Mengapa? Mengapa tidak sebelumnya saat hatiku masih mendamba mu? Jujur, hati ini masih terpaut padamu. Tapi semua sudah terlambat. Ada laki-laki lain yang sudah bersiap melamar ku, mana mungkin aku mengecewakannya setelah apa yang ia perbuat selama ini demi membuatku kembali tersenyum. Maafkan aku, Sky. Semua sudah terlambat. Semoga kau bisa mendapatkan penggantiku yang lebih baik."
Vanilla terisak. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Matanya mengembun. Dipegangnya bibirnya yang masih terasa kebas akibat cumbuan Sky yang begitu bergairah. Meskipun awalnya Vanilla menolak, tapi setelahnya ia menikmati. Apalagi ini merupakan ciuman pertamanya.
Dulu, sewaktu remaja, Vanilla pernah membayangkan Sky lah yang akan mengambil ciuman pertamanya. Dan Sky pula yang akan menjadi pemiliknya seutuhnya. Namun sayang, impian tinggallah impian. Sebentar lagi ia bukan hanya akan dipersunting oleh Henry, tapi ia juga akan segera menikah dengannya. Tapi setidaknya, Vanilla telah mewujudkan satu impiannya, yaitu memberikan ciuman pertamanya pada laki-laki yang sejak kecil sudah mencuri hatinya. Meskipun ia tidak bisa menjadi milik laki-laki itu, setidaknya ada satu kenangan yang tercipta diantara mereka.
Vanilla memejamkan matanya, "terima kasih atas cintamu yang entah sungguh-sungguh atau hanya bualan belaka itu. Terima kasih, setidaknya aku memiliki kenangan bisa mendengar ungkapan cinta itu dari mulutmu sendiri."
...***...
Hari sudah mulai siang, tapi hingga jarum jam menunjukkan hampir pukul 12 siang, Sky tak kunjung melihat kedatangan Vanilla. Padahal biasanya ia sudah datang pagi-pagi sekali. Sky pun rela datang pagi-pagi sekali, melewatkan sarapannya hanya demi bisa segera bertemu dengan Vanilla dan berbicara berdua dengannya sebelum ia pulang malam ini.
Sky duduk dengan gelisah di tempat khusus karyawan bersantai dengan pandangan terus terarah ke pintu ruangan Vanilla.
Jam makan siang sudah lewat. Bahkan perut Sky sudah perih bukan main karena ia bukan hanya melewatkan sarapannya, tapi juga entah sudah berapa cangkir kopi yang ia tenggak untuk menemaninya menanti kedatangan Vanilla. Hingga jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, Sku yang sudah kehabisan kesabarannya pun menghampiri Carina.
"Carina, em ... nona kemana? Mengapa ia belum datang? Tadi juga dia tidak menghubungiku untuk dijemput. Ditelepon juga tidak diangkat, memangnya nona tidak ke mari? Bukannya malam ini dia akan pulang?"
Carina membenarkan letak kacamatanya, kemudian melirik Sky.
"Kau tidak tahu kepulangannya dipercepat? Mungkin saat ini nona sudah berada di pesawat," ujar Carina yang sontak meluluhlantakkan harapan Sky. Tungkainya sontak melemas. Ia tidak pernah menyangka Vanilla pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya. Untuk kedua kalinya Sky merasa benar-benar hancur karena kepergian Vanilla yang tiba-tiba. Ia pikir, setelah menantinya selama 2,5 tahun, ia akan mendapatkan harapan untuk kembali padanya. Tapi ternyata, Vanilla tidak menginginkannya lagi. Vanilla sepertinya sudah tidak mengharapkannya lagi, bahkan mungkin ia benar-benar membencinya.
"Oh ya, nona bilang hari ini adalah hari terakhirmu bekerja, jadi nona memintaku memberikan gajimu. Tapi nanti ya, sekarang aku sedang benar-benar sibuk."
Carina memang benar-benar sibuk. Ia diminta segera menyelesaikan pekerjaan di sini sebelum dilimpahkan ke orang kepercayaan Vanilla yang sengaja dipilih untuk menghandle V Boutique cabang Bali tersebut.
Namun tujuan Sky kesana bukanlah untuk uang, melainkan mendekati oleh Vanilla. Mengetahui Vanilla-nya sudah pergi, Sky pun pergi begitu saja dari sana. Tak peduli lagi dengan hal yang lainnya.
...***...
Hari berganti dengan begitu cepat, akhirnya hari yang disebut Vanilla pun tiba. Yaitu hari kedatangan Henry dan orang tuanya. Henry dan keluarganya dijamu dengan amat sangat baik oleh keluarga Axton. Bahkan hari pernikahan antara Henry dan Vanilla pun telah disepakati bersama.
Vanilla tersenyum saat bertemu dengan keluarga Henry, tapi dalam hati ia justru menangis. Ingatannya terus tertuju pada Sky yang menurut Carina sudah menghilang tiba-tiba tepat di hari keberangkatan Vanilla ke negaranya.
Ingin rasanya Vanilla berlari dari sana dan menemui Sky, tapi Vanilla bukanlah perempuan yang egois. Bukankah ini permintaannya sendiri yang ingin mempercepat proses pernikahannya, tanpa perlu acara pertunangan lagi.
"Vanilla, kenapa kau sejak tadi murung? Ada apa? Apa kau ada masalah?" tanya Henry. Saat ini mereka sedang duduk berdua di taman kediaman Axton.
Vanilla tersentak, kemudian menoleh ke arah Henry.
"Ah, tidak. Aku tidak ada masalah apa-apa."
"Kalau tidak ada, kenapa mau murung? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
"Aku hanya ... aku hanya sedang gugup. Ya, gugup. Aku tidak menyangka, sebulan lagi kita akan menikah," ujar Vanilla yang sebisa mungkin menutupi kegelisahannya. Apalagi saat bayang-bayang Sky makin memenuhi hati dan pikirannya. Cumbuannya tempo hari, nyatanya mampu mengganggu kewarasannya. Vanilla jadi semakin merindukan Sky. Bahkan rasa cumbuannya masih tertinggal dan Vanilla ingin sekali merasakannya lagi.
Tiba-tiba tangan Vanilla digenggam Henry. Vanilla lantas menoleh, dipandanginya wajah Henry yang sepertinya sedang menatap lekat ke arahnya.
"Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?"
Henry menggeleng, tangannya justru terulur menyentuh bibir Vanilla.
"Boleh aku ... "
Vanilla bingung. Belum sempat ia merespon, Henry justru lebih dahulu mendekatkan wajahnya. Sebenarnya Vanilla ingin membiarkan saja Henry menciumnya, berharap ia bisa menghapus jejak Sky di bibirnya. Namun Vanilla justru reflek menghindar saat jarak mereka sudah nyaris tak bersisa.
"Hanny, ada adikmu," ujarnya berkilah. Beruntung di saat yang bersamaan, Hanny muncul di taman sehingga itu bisa ia jadikan alasan untuk mengindari ciuman Henry.
"Ah, sepertinya aku datang di waktu yang salah. I'm so sorry," ujar Hanny memasang wajah bersalah.
"Tidak, kau tidak perlu merasa bersalah, Hanny. Kami tidak sedang melakukan apa-apa," ujar Vanilla berusaha meyakinkan.
"Baguslah. Aku tadi sudah cemas sekali." Dengan santainya, Hanny kini duduk di antara Vanilla dan Henry. Pribadi Hanny yang ceria membuat suasana yang sempat menegang kembali mencair. Hanny terus mengajak kedua berbicara. Ia juga secara pribadi meminta dirinya menjadi Bridesmaids pasangan itu di hari pernikahan nanti.
Sementara itu, Sky yang mengetahui pernikahan Vanilla dan Henry akan diadakan dalam waktu satu bulan lagi, tak dapat menutupi kekecewaannya. Ia benar-benar frustasi saat ini. Ia juga belum mendapatkan informasi apapun mengenai Henry yang bisa ia jadikan senjata untuk membatalkan rencana pernikahan keduanya.
"Aaaargh, Vanilla, Vanillaaaaa ... Apa tak ada sedikitpun kesempatan untukku menjadikanmu milikku? Aku mohon, Vanilla, jangan menikah dengan laki-laki itu. Vanilla, aku mencintaimu, Vanilla. Aku merindukanmu. Vanilla ... " racau Sky frustasi.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
daroe
sabar ngit,
bukti keluar disaat yg tepat.
hanny jg ngga akan Terima illa di sosor henry, jadi aman terkendali 😄
2023-11-16
1
Yuli Purwati
lanjut.....
2023-11-16
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳☠ᵏᵋᶜᶟ♋ɳҼCђαηᏦ͢ᮉ᳟ᶥⁱᵒⁿ
kayak nya ada sesuatu antara henry& hanny
2023-11-16
0