Kerja, kerja, kerja, itulah slogan Sky kini. Hanya dengan begitu Sky bisa menekan kerinduannya pada Vanilla yang kian menggebu.
Setelah hari cukup larut, barulah Sky bersiap pulang ke apartemennya. Semenjak bekerja, Sky memang memilih tinggal sendiri di apartemen yang tidak begitu jauh dari perusahaan yang dipegangnya. Namun karena beberapa hari yang lalu Gustav baru saja kembali dari luar negeri, Sky pun menerima ajakan Bryan untuk bertemu di sebuah club malam langganan mereka. Sudah lama mereka tidak bertemu. Gustav memilih mengawali karirnya di luar negeri mengikuti permintaan sang ibu, sedangkan Bryan sibuk dengan pekerjaannya yang juga di kota lain. Meskipun mereka sudah lama tidak bertemu, tapi persahabatan mereka tetap terjalin dengan baik. Hanya komunikasi saja yang tidak selancar saat mereka masih sama-sama duduk di bangku universitas. Mereka hanya sesekali menyapa bila ada waktu senggang ataupun ada yang ingin dibahas.
"Hello brother, apa kabarmu?" sapa Gustav pada Sky. Mereka saling beradu kepalan tangan sama sebagai salam persahabatan.
"Aku baik," jawab Sky singkat.
"Ck, aku heran, kapan aku bisa mendengar mu lebih banyak bicara," omel Gustav kesal.
"Jangan salah, orang seperti Sky memang sedikit bicara, tapi ia akan lebih banyak mende sah saat bercinta," olok Bryan tanpa filter.
Sky memicing tajam, sementara Gustav tergelak mendengarnya.
"Kau sepertinya hafal sekali mengenai masalah bercinta."
"Tentu saja, aku memiliki banyak kekasih, dari yang pendiam sampai yang berisik. Jadi ... "
"Berhenti membahas mengenai hal seperti itu," desis Sky. Tapi Bryan justru acuh tak acuh.
"Ck, kenapa? Ah, iya, kau kan masih perjaka tingtung, jadi kau merasa takut tiba-tiba nuklir mu bangun dan ingin meledak, tapi tidak memiliki tujuan peledakan, begitu kan?" seloroh Bryan membuat Gustav tergelak kencang.
"Kau benar sekali, Bryan. Padahal mencari tujuan peledakan itu mudah. Lihat, di sekitar kita saja sejak tadi sudah banyak pasang mata yang memperhatikan. Mereka tampak cantik dan seksi. Aku yakin, hanya butuh satu jentikan jari Sky, para perempuan itu akan melemparkan dirinya dengan senang hati," timpal Gustav yang langsung diacungi jempol oleh Bryan.
"Aku bukan laki-laki seperti kalian yang bisa asal memasuki perempuan," desis Sky setelah menenggak minumannya dengan sekali tegukan.
"Ya, kau memang lelaki setia. Masih menunggu Vanilla, right?" Bryan menyeringai.
"Vanilla. Astaga, aku baru ingat. Sky, beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan Vanilla. Lebih tepatnya bukan bertemu, tapi melihat," ujar Gustav yang langsung mendapatkan atensi dari Sky. Ia bahkan langsung memfokuskan perhatiannya pada Gustav.
"Ck, setelah menyebut nama Vanilla, ekspresimu langsung berubah drastis. Seakan ada emoticon love di matamu," seloroh Bryan yang langsung mendapatkan lemparan pemantik rokok dari Sky.
"Awwwrgh ... Kau ... " Namun saat melihat sorot mata tajam Sky membuat Bryan langsung merapatkan bibirnya. Ia tahu, Sky sedang mode serius saat ini.
"Dimana? Dimana kau melihat Vanilla?" desak Sky.
"Di Milan Malpensa Airport."
"Milan?" gumam Sky terkejut. Pantas saja ia tidak menemukan keberadaan Vanilla di Prancis, sebab gadis itu justru berada d Milan, Italia.
Sky lupa, Vanilla memiliki cita-cita menjadi seorang designer. Vanilla sendiri yang pernah menceritakannya. Meskipun acuh tak acuh, tapi Sky mendengar dan mengingatnya dengan jelas. Hanya saja, ia terlalu bodoh untuk memikirkannya. Milan merupakan salah satu kota mode Italia yang tak terbantahkan dan salah satu kekuatan mode terbesar di dunia. Jadi sangat wajar bila Gustav bisa melihat Vanilla berada di sana.
"Apa kau tahu tujuan penerbangannya?"
Gustav menggeleng, "aku tidak tahu. Yang pasti, tujuannya bukan kembali kemari, tapi pergi ke negara lain."
"Kau serius?"
"Apa aku seperti sedang berbohong? Tunggu sebentar, aku memiliki fotonyo. Aku diam-diam mengambil fotonya. Vanilla tampak makin cantik saja," ujar Gustav sambil tersenyum lebar. Wajah Sky seketika menekuk masam saat mendengar Gustav memuji Vanilla.
Gustav lantas menyodorkan foto Vanilla yang sempat ia ambil. Saat melihat foto Vanilla, tak dapat Sky ingkari, apa yang Gustav katakan tadi memang benar. Vanilla kini tampak makin cantik, berkelas, juga dewasa. Sky lantas mengirim foto tersebut ke ponsel miliknya. Setelahnya, ia segera menghapus foto-foto Vanilla di ponsel Gustav, berikut sampahnya agar tidak dapat Gustav pulihkan lagi.
"Hei, kau, kenapa kau menghapus foto-foto Vanilla?" jengkel Gustav.
"Kau dilarang menyimpan foto Vanilla. Hanya aku yang boleh. Ingat itu!" jawab Sky acuh tak acuh membuat Gustav rasanya ingin sekali meremas wajah tampan Sky dengan kedua telapak tangannya.
Namun sayangnya, Gustav hanya berani membayangkannya saja. Untuk melakukannya, Gustav tentu saja tidak berani. Sky bukanlah orang sembarangan. Gustav masih menyayangi nyawanya. Sedikit banyak, Gustav tahu siapa keluarga Sanches. Bahkan hampir semua orang di negara mereka mengetahuinya. Ayahnya pun juga pernah memperingatkannya agar tidak macam-macam dengan keluarga Sanches. Bagaimanapun, ayahnya pun mengetahui bagaimana sepak terjang keluarga itu saat ada yang hendak menyakiti keluarga dan orang-orang terdekatnya. Ayahnya berharap ia terus berteman baik dengan Sky.
"Ck, posesif," ejek Gustav kesal. Padahal dia yang mengambil foto Vanilla diam-diam, tapi justru Sky yang menyimpannya dan menghapus semua foto tersebut dari ponselnya. Bahkan sampahnya pun bersih tak bersisa.
Sky tersenyum lebar.
'Pergilah yang sejauh mungkin, Vanilla-ku sayang. Sebab mulai sekarang, aku akan berjuang untuk menemukanmu. Sampai jumpa lagi, Sayangku,' gumam Sky sambil menatap lekat foto Vanilla yang makin membuat dadanya berdebar.
...***...
Sementara itu, di belahan dunia lain, Vanilla masuk ke sebuah bangunan yang cukup besar dan terdiri atas dua lantai. Gedung itu akan dijadikan cabang butik Vanilla di Indonesia setelah mendirikan beberapa butik baik di negaranya, maupun di beberapa negara lain yang pernah disinggahinya.
"Bagaimana persiapannya?" tanya Vanilla pada asisten pribadinya.
"Persiapan pembukaan V Boutique sudah hampir 70% rampung. Tinggal kita menentukan model yang akan nona gunakan untuk launching nanti."
Vanilla menganggukkan kepalanya, "kerja bagus. Tolong cari informasi model-model asal negara ini. Seperti biasa, aku akan menggunakan model lokal asal negara dimana butikku dibangun. Sebenarnya tidak perlu terfokus dengan model profesional, kau juga bisa mencari informasi mengenai influencer atau artis yang sedang naik daun. Tapi bukan naik daun karena sensasi, oke? Aku benci seseorang yang naik ke atas karena sensasi ataupun skandal. Aku ingin seseorang yang bersih dari skandal," tukas Vanilla menjelaskan.
Carina mengangguk paham. Ia memang baru bekerja dengan Vanilla selama kurang lebih satu tahun, tapi Carina sudah tahu apa yang Vanilla suka dan tidak suka.
"Saya mengerti, Nona. Apa ada yang lain nona?"
"Masalah konsumsi?"
"Seperti instruksi Anda, menunya terdiri atas menu western, Asia, dan lokal."
"Good job. Kau memang selalu dapat aku andalkan, Carina."
"Terima kasih atas pujiannya, Nona. Senang bekerja dengan Anda."
"Aku pun senang bekerja denganmu. Semoga kita bisa selalu saling bekerja sama dengan baik," ucap Vanilla sambil menepuk pundak Carina.
Saat sedang menginstruksi orang-orang dalam menyusun segala sesuatu untuk menyempurnakan butiknya, ponsel Vanilla pun berdering. Seketika wajah Vanilla tersenyum lebar melihat siapa yang menghubunginya.
"Hai ... "
"Hai juga, Vanilla. I miss you so much."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Hkumnmu blm slsai y sky,mskpun km bs mnemukn vanilla blm tntu jg dia mau dkt2 sm km....scra kn htinya udh lma trluka krn skpmu dlu....
jd,slmt brjuang....
2023-11-04
2
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
wahhhh sky...kek nya vanilla sdh berpaling nich.... selamat berjuang kau sky.... wkwkwkwk
2023-11-04
1
Lisa Icha
mungkin kah itu Earth yg menghubungi Vanilla kerna pria itu yg dekat dgn nya sedari kecil
2023-11-04
1