Dada Sky bergemuruh hebat. Rasanya ingin sekali Sky mendekat kemudian menghajar laki-laki yang sedang duduk berdua sambil menatap mesra wanitanya tersebut. Kesal, amat sangat kesal. Bahkan makanan yang sudah dipesannya pun tak tersentuh sama sekali. Ia hanya sibuk menenggak air mineral dan kopi yang entah gelas ke berapa yang dipesannya.
"Akkkh, sial! Apa mereka sudah menjalin hubungan?" gerutu Sky dengan sorot mata tajam tak henti-henti menatap ke meja Vanilla. Vanilla yang merasakan tatapan tajam di belakangnya, sontak menoleh. Namun Sky dengan cepat mengangkat daftar menu hingga menutupi wajahnya saat Sky menyadari Vanilla hendak menoleh ke arahnya.
"Kenapa?" tanya laki-laki yang menemani Vanilla makan siang.
"Ah, tidak apa-apa. Hanya saja ... "
"Hanya saja kenapa?" tanya laki-laki itu seraya mengerutkan kening.
"Ah, bukan apa-apa. Jadi berapa lama kau akan berada di sini?"
"Sampai urusan pembukaan butikmu selesai. Setelahnya, aku ingin bertemu dengan daddymu, boleh?"
Vanilla yang sedang mengaduk es krimnya pun segera mengangkat wajahnya, "apa tidak terlalu cepat?"
Laki-laki itu menggeleng, "ini sudah 2 tahun, Vanilla. Setidaknya aku ingin mengikatmu agar kau selalu ingat kalau kau sudah menjadi milikku," tukasnya seraya menatap lekat Vanilla.
Vanilla terdiam sejenak, kemudian mengangguk.
"Baiklah. Nanti aku akan menyampaikannya pada mommy dan Daddy," ucap Vanilla seraya tersenyum lembut.
Meskipun ada sedikit keraguan, tapi benar apa yang laki-laki di hadapannya ini katakan, harus berapa lama lagi ia menunggu. Vanilla rasa memang ini saatnya ia melangkah ke jenjang yang lebih serius. Ia sudah menjalin hubungan dengan laki-laki ini selama 2 tahun. Tak mungkin kan ia selalu menggantung hubungan dengannya. Tak ada lagi yang bisa ia harapkan dari Sky. Vanilla pikir Sky pun sudah berbahagia dengan kehidupannya.
Sejak dua setengah tahun yang lalu, Vanilla sudah memupuskan segala harap dan impiannya pada Sky. Meskipun tak mudah bahkan terkesan sulit, tapi ia selalu berusaha dan berusaha. Oleh sebab itu, ia menyibukkan dirinya, selain dengan berkuliah, ia juga terus mengembangkan usaha butiknya. Bahkan demi memupuskan rasa itu, ia pun menjalin hubungan dengan laki-laki di hadapannya ini. Awalnya memang ia menjadikan laki-laki itu sebagai pelampiasan, tapi sikap lembut dan penuh perhatian laki-laki itu mampu meyakinkannya kalau tak masalah menjalin hubungan tanpa cinta. Ia yakin, rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Terlebih sikapnya tak pernah mengecewakan Vanilla sama sekali.
Laki-laki itupun tersenyum lebar. Ia segera meraih kedua telapak tangan Vanilla dan mengecupnya berulang kali. Ia benar-benar bahagia karena keinginannya untuk memiliki wanita di hadapannya kini perlahan mulai terwujud.
Berbanding terbalik dengan perasaan laki-laki yang merupakan kekasih Vanilla itu yang sedang berbahagia, di meja belakang, Sky benar-benar marah. Seakan ada bom atom yang meledak tepat di relung hati dan jantungnya. Apalagi saat laki-laki itu mencium tangan Vanilla. Tangan wanita yang laki-laki itu klaim sebagai miliknya kini justru sedang digenggam dan dicium laki-laki lain. Hati Sky benar-benar sakit. Bahkan matanya sudah memerah bagai darah.
Tak tahan melihat kemesraan yang terpampang di hadapannya, Sky pun segera berlalu. Tak lupa ia membayar dahulu pesanan yang makanannya tak tersentuh sama sekali itu. Ia tidak menuruti perintah Vanilla yang mengatakan akan membayar pesanannya. Setelah selesai membayar, ia menghampiri mobil Made yang terparkir tak jauh dari posisi mobilnya.
"Made," panggil Sky. Made yang sedang merokok tersentak melihat keberadaan Sky.
"Ya, tuan."
"Boleh bagi rokoknya?"
"Hah!"
"Rokok?" Sky menggestur ke arah rokok yang terselip di jarinya.
"Ah, i-iya, tuan. Ini," Made pun menyodorkan kotak rokok ke arah Sky beserta koreknya. Sky pun segera mengambil sebatang dan membakar ujungnya. Lalu ia menghisap dalam-dalam asap rokok tersebut dan dalam hitungan detik, kepulan asap putih mengudara. Sky bukanlah seorang perokok, tapi saat pikirannya sedang kacau sesekali ia akan menghisap batangan bernikotin tersebut dengan ditemani minuman beralkohol, membuatnya setidaknya dapat sedikit tenang. Namun tak mungkin kan saat ini ia meminum minuman tersebut. Bagaimanapun, keselamatan Vanilla yang utama baginya.
Namun setelah dua batang rokok berakhir, rasa kesal Sky tak kunjung mereda. Ia tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Namun melihat Vanilla diperlakukan seperti itu oleh laki-laki lain sontak saja membuatnya rasa terbakar. Hingga ekor matanya menangkap sosok Vanilla yang berjalan keluar restoran, Sky pun segera membuang rokok ketiganya ke lantai dan menginjaknya hingga padam. Lalu ia mengeluarkan mini earphone dan segera menghubungkannya ke ponsel. Sky segera melakukan panggilan ke Made agar mereka selalu terhubung.
Setelah selesai, Sky pun segera berlari ke arah mobil Vanilla yang terparkir. Tepat saat sudah berada di samping pintu mobil, Sky pun segera membukakan pintu untuk Vanilla.
"Kalau begitu, aku kembali ke butik dulu. Masih banyak yang harus aku kerjakan," ujar Vanilla lembut.
Sky rasanya de Javu mendengar suara lembut Vanilla yang dulu pernah ditujukan untuknya. Namun kini kelembutan itu justru ditujukan pada laki-laki lain. Hati Sky bagai ditusuk-tusuk belati. Rasanya begitu menyakitkan. Kalau ia tahu, akhirnya akan semenyakitkan ini, takkan pernah Sky bersikap dingin, datar, dan juga abai. Ia pasti akan memperlakukan Vanilla dengan lembut dan penuh perhatian.
"Baiklah. Sampai jumpa malam nanti. Bye honey," ujar laki-laki itu sembari memberikan kecupan hangat di dahi Vanilla membuat tangan Sky seketika mengepal erat.
Vanilla pun segera masuk ke dalam mobil setelah membalas ucapan laki-laki itu. Sky segera menutup pintu sambil melirik tajam laki-laki yang masih berdiri menunggu mobil Vanilla berlalu dari hadapannya.
Laki-laki itu mengerutkan kening. Ia sadar Sky saat ini sedang menatap tajam dirinya. Namun laki-laki itu tidak begitu menggubrisnya. Ia pikir Sky mungkin cemburu melihat dirinya bisa mendapatkan Vanilla. Bagaimanapun, Vanilla begitu cantik, jadi wajar bila sopirnya pun sampai jatuh hati. Yang penting, dirinya lah yang menjadi pemenang dari sekian banyak laki-laki yang mencoba mendekati Vanilla.
Sky pun segera masuk ke dalam mobil. Ia mengetuk dashboard sebagai isyarat agar Made mulai menjalankan mobilnya. Melihat mobil Made yang sudah berjalan keluar, Sky pun mengikuti.
"Kembali ke butik, Nona?" tanya Sky dengan suara datarnya membuat Vanilla seketika tersentak dengan suara yang kian familiar di telinganya.
"I-iya," jawab Vanilla terbata.
Tiba-tiba jantung Vanilla berdegup kencang. Ia tak pernah merasakan degup sekencang ini saat bersama laki-laki lain. Hanya Sky seorang saja yang bisa membuat jantungnya memompa hebat. Bahkan dengan kekasihnya saat inipun, Vanilla tidak pernah merasakannya. Namun anehnya, ia justru merasakan degup itu saat mendengar suara dingin sopir pribadi yang baru dipekerjakannya hari ini.
'Sebenarnya aku kenapa? Kenapa suara itu bisa membuat jantungku berdebar hebat seperti ini? Astaga, tidak mungkin kan aku tiba-tiba jatuh hati pada sopirku sendiri?' batin Vanilla bertanya-tanya. Bahkan kini degupan itu kian terasa hebat di dalam sana saat matanya kembali bersirobok dengan netra Langit di depan sana.
Vanilla pun segera memalingkan wajahnya. Ia tak ingin Langit menyadari perubahan ekspresinya saat ini. Vanilla mencoba menghela nafasnya dalam-dalam untuk menetralisir degupan jantungnya yang menggila.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Suherni Erni
Bacanya skip dlu,,ternyata vanilla tolol juga malah pacaran sm yg lain..udah mau serius lagi..tolol ngga cinta makasain.
2023-11-23
0
Yuli Purwati
lanjut....
2023-11-16
0
lindsey
lha kenapa jadi vanilla yang marah2 dengan sikap sky?sampe harus ga mau ketemu sky lagi. emang kamu siapanya sky? pacar bukan istri bukan . pake kudu harus ninggalin sky segala , sikap sky kan emang dingin cuek datar. tar klo udah betul2 ketemu sama sky dan liat sky udah berubah lebih sayang kekamu baru kamu nyesel kburu nikah sama pria lain
2023-11-09
2