•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Di sini lah Viona berada, di sebuah butik ternama di pusat kota bersama Michael yang duduk di samping nya menunggu pemilik butik menyiapkan beberapa koleksi gaun dan jas yang ia punya.
Keduanya sama-sama diam, tak ada satupun dari mereka yang berniat memulai sebuah pembicaraan. Hingga akhirnya dari arah pintu terdengar suara dua orang wanita yang tengah cekikikan.
Viona dan Michael menoleh saat merasa familiar dengan suara wanita yang memasuki butik.
"Eh, Mah.. Tan.. kalian di sini juga?" Tanya Viona sembari bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Amora dan Klara.
Viona tampak tersenyum lebar karena merasa mempunyai teman dan tidak hanya berdua dengan tembok berjalan. Berbanding terbalik dengan Michael yang tetap bertahan dengan wajah datar tanpa ekspresi yang dimiliki nya.
"Iya dong sayang, kita berdua harus mastiin kalo kalian memilih gaun dan jas yang sempurna buat tampil di hari-H nanti" jawab Amora semangat.
Viona memutar bola matanya malas, ibunya ini memang selalu semangat jika menyangkut pernikahan Viona.
"Gaun dan jas nya sudah di siapkan. Kalian ingin mencobanya sekarang?" Tanya pemilik butik menghampiri mereka semua.
"Eh jeng Shindi, gimana kabarnya jeng? Udah lama kita gak ketemu" sapa Amora pada pemilik butik yang ternyata teman sosialitanya.
"Eh kalian udah dateng, Alhamdulillah kabar saya baik jeng, gimana sama kabar kalian? Kalian sekarang jadi jarang kumpul-kumpul sama yang lain" balas Shindi.
"Alhamdulillah kita juga baik. Ya masalahnya masih sama sih kayak dulu, suami kita gak ngizinin kumpul. Maunya ngikut sama dia terus, iya gak?" Jawab Klara sambil meminta persetujuan dari Amora.
Amora mengangguk membenarkan.
Michael yang merasa waktunya telah terbuang sia-sia segera berdehem mencoba mengalihkan atensi semua orang yang berada di sana.
"Eh iya, sampe lupa sama pengantin nya. Gara-gara ketemu temen sih jadinya lupa sama tugas hehe.." ucap Shindi.
"Ya udah yuk, kita ke ruang ganti. Kalian pilih-pilih dulu gaun nya. Nanti kalo udah nemu yang cocok baru nyari jas, biar bisa nyesuain sama gaun yang dipakai sama mempelai wanita nya" ajak Shindi.
Keempat nya pun mengangguk menyetujui. Mereka lalu berjalan menuju ruang ganti yang di tunjuk oleh Shindi.
Sesampainya di ruang ganti, mereka langsung di suguhkan oleh beberapa gaun pengantin yang tampak indah dengan warna yang di dominasi oleh warna putih. Karena memang Viona memesan agar gaun yang akan di kenakan nya nanti berwarna putih.
Viona, Amora dan Klara langsung berjalan mendekati deretan gaun yang sengaja di pajang di depan ruang ganti untuk menilai gaun-gaun nya.
Sedangkan Michael langsung duduk di sofa yang di sediakan oleh pihak butik. Ia tinggal menunggu Viona keluar dari ruang ganti dan memberi penilainya.
Viona tampak berjalan perlahan memutari deretan gaun di hadapannya dengan tatapan berbinar. Ia suka dengan semua model yang ada di hadapannya. Dari mulai yang bergaya klasik sampai modern kini ada di hadapan nya.
Namun gaun-gaun yang di lihatnya memiliki model yang menampilkan beberapa bentuk tubuhnya, dan Viona tidak suka bila ia memakai pakaian seperti itu.
Bukan tidak suka sih sebenarnya, hanya saja ia malu. Apalagi nanti pasti banyak kerabat-kerabat nya yang akan menghadiri acara pernikahan nya.
Saat sedang asyik memilih, tatapan Viona jatuh pada sebuah gaun yang tampak simple.
(kalian bayangin aja lah ya gaun nya sesuka kalian. Author gak bisa nge-deskripsi-in, susah soalnya Nge deskripsi-in nya. Hhee)
"Mah, Tan, aku mau cobain yang ini boleh?" Tanya Viona berbalik menatap Amora dan Klara dengan penuh harap.
"Boleh banget sayang. Kalo kamu mau cobain semua koleksi gaun di sini juga boleh kok" jawab Klara.
"Ya udah, Vio mau nyoba yang ini ya Tan" ucapnya pada Shindi yang sedari tadi menunggu Viona memutuskan pilihan nya.
"Kalo gitu tante mau minta pegawai Tante buat nyiapin gaunnya di ruangan ganti" balas Shindi.
Shindi kemudian memanggil beberapa pegawai perempuan nya dan memasukan gaun yang di pilih Viona ke ruang ganti.
"Oh iya, kamu hak usah nunjukin gaun nya ke Michael ya, biar jadi kejutan pas akad" ujar Amora memberi tahu.
"Kenapa gitu?" Tanya Viona heran.
Padahal kan biasanya kalo fighting baju pengantin harus minta pendapat calon mempelai pria nya. Lah ini kok malah gak boleh di tunjukkin ke calon?.
"Biar Michael nya penasaran. Jadi dia gak sabar menanti hari akad karena mau liat kamu pake gaun pengantin" jawab Klara dengan senyuman manis nya.
"Ayo Viona, kita coba gaunnya" ajak Shindi menghampiri mereka yang masih asyik mengobrol.
Viona menoleh ke arah Shindi dan menganggukkan kepalanya mengiyakan.
"Aku masuk duli ya" pamitnya pada Amora dan Klara yang tengah duduk menunggu tepat di depan ruang ganti.
"Eh kalo Om Mic nunggu nya di mana?" Tanya Viona saat ia teringat akan calon suaminya yang sedari tadi tidak menunjukkan wajah datarnya.
Amora dan Klara tersenyum jail memandang Viona yang menatapnya dengan tanda tanya besar di atas kepalanya.
Bukan apa-apa sih, cuman ia penasaran kemana perginya pria dingin itu.
"Duh, yang muali perhatian.. khawatir ya sama Michael? Takut Michael nya di gondol cewek-cewek yang ada di sini?" Goda Klara.
"Kamu tenang aja sayang, Michael ada di depan. Gak bakalan ada yang ngambil kok. Kalo ada cewek yang ngedeketin palingan nyalinya langsung ciut liat mukanya yang kayak tembok china" lanjut Klara dengan di akhiri dengan kekehan kecilnya.
"Ish, aku kan cuman nanya. Udah ah aku masuk dulu, babay" ujar Viona sembari berjalan riang mengikuti Shindi menuju ruang ganti.
Saat Viona masuk ke dalam ruang ganti yang lumayan besar, ia di sambut oleh beberapa pegawai wanita dan gaun yang sudah di siapkan.
Dengan segera Viona mengenakan gaun tersebut dengan bantuan pegawai dan di awasi oleh Shindi, sesekali Shindi juga memberikan arahan pada pegawainya untuk membantu Viona mengenakan gaun nya.
Setelah selesai, Viona memandang dirinya sendiri pada kaca full body yang tersedia di ruang ganti tersebut.
"Wih.. Bagus banget" gumamnya sembari tersenyum lebar.
"Ayo, kita tunjukkan sama ibu dan mertua kamu" ajak Shindi.
Viona mengangguk dan mulai berjalan perlahan ke luar ruangan untuk menemui Amora dan Klara dengan dua wanita lain yang membantunya membawa ujung gaun.
"Mah, Tan" panggilnya saat melihat Amora dan Klara yang tengah asyik mengobrol dan tak menyadari kedatangan nya.
Amora dan Klara sontak menoleh ke arah Viona. Keduanya langsung tersenyum lebar memandang Viona yang tampak sangat cantik dengan gaun yang di kenakan nya.
"Wahh.. cantik banget sih menantu Bunda ini" ucap Klara memberi pujian pada Viona.
Klara dan Amora bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Viona yang masih berdiri dengan gaun membalut tubuhnya.
"Cocok gak di badan aku?" Tanya Viona.
"Cocok banget sayang. Kamu keliatan lebih elegan, gaun nya juga gak terlalu ribet tapi gak ngurangin kadar kemewahannya" jawab Amora.
Viona tersenyum. "Ya udah Viona ngambil yang ini aja deh. Gak perlu nanya Om Mic juga kan?" Ujarnya.
Mereka mengangguk mengiyakan ucapannya Viona.
Shindi pun mengajak Viona untuk berganti baju lagi, karena tadi Viona mengatakan ia akan pergi ke studio foto untuk melakukan foto prewedding. Jadi Viona ingin proses pemilihan gaun nya di percepat.
Setelah Viona mengganti bajunya kembali dengan baju yang tadi ia kenakan saat pergi kesini, Amora Klara dan Viona segera keluar menghampiri Michael yang duduk di sofa depan dengan ponsel di tangan nya.
Michael mengangkat pandangannya saat mendengar suara langkah bersahutan menghampiri nya.
Di lihatnya Viona yang berjalan di antara Amora dan Klara yang mengapit nya. Keningnya mengernyit saat menyadari Viona tidak memakai gaun pengantin.
Klara yang menyadari tatapan putranya segera memberikan senyuman lalu berujar, "gaunnya rahasia, biar jadi kejutan buat kamu pas akad."
Michael yang mendengarnya memutar bola matanya malas, merasa jengah dengan hal-hal yang di lakukan oleh ibunya.
"Ouh ya, kalian kan mau photo prewedding abis ini. Kalian pergi berdua aja ya, kita gak mau ganggu pengantin yang lagi mau berduaan soalnya" ucap Amora mengingatkan.
"Apa sih Mah" Viona melemparkan protes saat mendengar ucapan Amora.
"Ya udah, kita duluan" pamit Michael sambil berjalan mendahului Viona.
Viona yang melihat Michael berjalan meninggalkan nya segera berjalan cepat mengejar Michael.
"Dah Mah, Tan!" Teriaknya sambil berjalan.
Amora dan Klara hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Michael dan Viona yang berbanding terbalik.
\=°°°•°°°\=
"Oke, kita langsung mulai aja dengan gaya yang pertama" ucap Photographer pada Michael dan Viona.
Mereka pun mengangguk mengiyakan dan berjalan menuju tempat yang sudah di siapkan.
Sang photographer mengarahkan Viona agar duduk di sebuah kursi tunggal dengan posisi tubuh hadap depan dan kaki di silang. Satu tangannya di simpan di sisi pinggang dan satu lagi di gunakan untuk menutup mulutnya agar terlihat seperti menutup tawanya.
Michael sendiri berdiri di belakang viona dengan tangan memeluk Viona dengan tubuh yang agak condong ke depan.
Photographer segera mengambil poto tatkala di rasa posisinya sudah pas.
Beberapa gaya telah di dapatkan, photographer yang menangani mereka terus saja mengusap dadanya agar tak terlalu emosi pada pasangan Michael dan Viona.
Bukan apa-apa, hanya saja mereka terlihat sangat kaku. Bahkan untuk berpelukan saja ia harus turun tangan memposisikan tangan Michael yang terlihat kaku, dan jangan lupakan Viona yang sedari pemotretan pertama terlihat sangat canggung.
Apalagi wajah Michael yang tak dapat di cairkan. Mimik wajahnya terap datar tanpa ekspresi, sekalipun Michael mencoba tersenyum, senyumnya tampak aneh karena kaku. Mohon di maklumi saja lah ya.. ia kan manusia tembok yang tak pandai berekspresi.
Pemotretan yang biasanya hanya membutuhkan waktu paling lama dua jam, kini menjadi tiga jam karena pasangan kali ini sangat kaku dan canggung.
"Ini berapa gaya lagi sih? Kok lama banget" tanya Viona yang sudah mulai merasa lelah.
"Satu gaya lagi kok. Tapi kakaknya harus ganti baju" jawab Photographer.
Viona mengangguk. Tak lama datang rekan kerja sang photographer dengan satu set gaun dan kemeja.
"Ini kak, ini buat kakak dan ini buat calon suaminya" ujarnya memberikan barang bawaannya pada Viona.
Viona tersenyum dan mengambil alih gaun dan kemeja nya. Lalu memberikan kemeja pada Michael.
Viona segera beranjak untuk mengganti bajunya di toilet, begitupun dengan Michael.
Kini Viona mengenakan dress hitam panjang tanpa lengan berwarna hitam yang menambah kesan elegan. Jangan lupakan belahan gaun hingga paha sehingga memperlihatkan sebagian pahanya yang putih mulus.
Sementara Michael sendiri mengenakan celana bahan berwarna hitam yang dikombinasikan dengan kemeja hitam. Lengan kemejanya sengaja di gulung hingga siku sehingga memperlihatkan lengannya yang terlihat kekar dan keras. Jangan lupakan juga dua kancing kemeja atasnya yang sengaja di buka memperlihatkan sebagian dada kerasnya hingga menambah kesan sexy dan manly.
Photographer mengarahkan meraka untuk berdiri saling berhadapan.
Awalnya keduanya biasa saja, namun mereka terkejut saat photographer mengarahkan meraka untuk saling memeluk dan berc!uman.