Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Suamiku Sebenarnya?
"Huuufftt..." Alena menghela nafas kasar. Dia tidak menyangka malam ini dirinya dan Devano telah sah menjadi suami dan istri. Setelah acara akad selesai, Pandu dan Lilis segera membawa anak menantunya pulang.
Pandu dan Lilis tidak mau para tetangga semakin menyudutkan Alena dan Devano. Apalagi keluarganya Wawan. Dari awal sampai sekarang mereka terus saja tiada henti menghinanya.
"Ayah.. Bunda.." Setelah selesai mandi, Alena dengan pakaian piyama nya mendekat ke arah kedua orang tuanya duduk.
"Ada apa nak? Kok kamu kayak lesu gitu.." Tanya Lilis dengan Nada yang lemah lembut. Sebelah tangannya mengusap kepala sang putri.
"Ayah sama Bunda percaya kan sama Alena.. Alena dan Bang Devan gak ngelakuin apa yang mereka tuduhkan.." Lirih Alena dengan kepala menunduk. Pandu tersenyum, Bukan membela sang anak, Tapi sebagai seorang ayah, Pandu yakin anaknya tidak akan melakukan hak yang tak terpuji semacam itu.
"Kami percaya kok sayang.. Bunda sama Ayah yakin kamu gak mungkin melakukan hal mesum seperti yang mereka tuduhkan. Kami juga yakin kalau suami kamu itu pria yang baik.. Tapi udahlah gak perlu di bahas lagi.. Mending sekarang kamu ke kamar temenin suami kamu.." Alena mengangguk lalu beranjak. Tujuannya saat ini adalah ke kamar menemani sang suami.
Sementara itu, Di kamar Alena yang terbilang sempit. Devano menghubungi seseorang. Pria itu terlihat sangat serius.
"Besok Devano akan pulang dengan membawa istri dan kedua mertua Devano. Devano mau Mama sama Papa siapkan semuanya.. Karena mulai besok Devano akan membuka identitas Devano yang sesungguhnya.." Ucap Devano kepada orang yang tak lain adalah Mamanya.
"Itu baru anak Mama.. Kamu harus bisa buktikan kalau kamu itu anak orang kaya. Enak aja anak Mama Loli di katain kismin! Memangnya mereka itu siapa? Sekaya apa mereka sampai anak Mama di katain miskin.. Ih dasar orang tidak tahu diri.. " Marah Mama Loli di seberang sana. Bayangkan saja putra satu-satunya yang tampan cetar membahana di katain miskin..Orang tua mana yang terima.
"Udah sekarang Mama urus semuanya ya.. Jangan lupa, Masak yang banyak..
"Okey sayang...
Ceklek..
Devano menoleh setelah mendengar suara pintu di buka. Devano segera mematikan sambungan teleponnya bersama sang Mama.
"Bang belum tidur?" Devano tersenyum. Merangkul Alena dan duduk di tepi ranjang.
"Masih belum mengantuk.." Alena menatap sang suami.
"Bang Devano gak betah ya, Tidur di kamar ini? Maaf ya, Bang.. Kamar Ale kecil, Mana sempit lagi.." Alena menunduk, Dia merasa tidak enak kepada sang suami. Meski katanya Devano adalah orang sederhana tapi tetap saja dia merasa malu.
Devano merebahkan tubuhnya di tas kasur empuk itu. Mungkin karena kasurnya masih baru. Kedua tangan Devano terentang menghadap langit-langit kamar.
"Sini..
"Hah?"
"Sini.. Tidur di lengan Abang.." Alena seperti orang linglung. Jantungnya berdetak tak karuan.
"Kok bengong.. Ayo sini..." Dengan ragu akhirnya Alena ikut menyusul sang suami. Alena tidur di sebelah Devano dengan lengan kekar pria itu sebagai bantal.
Devano tersenyum sembari merengkuh tubuh mungil itu. Alena terkejut, Kepalanya medongak menatap sang suami.
"Kenapa kamu minta maaf sih.. Harusnya Abang yang minta maaf. Maaf karena Abang cuma ngasih mahar dua puluh lima ribu aja.. Tapi Abang janji, Abang akan rayakan pernikahan kita dengan mewah.." Devano mengecup pucuk kepala Alena membuat wanita itu tercengang.
"Udah sekarang kita tidur yuk.. Besok Abang mau ajak kamu, Ayah sama Bunda ke suatu tempat..
" Kemana?
"Ke rumah Abang lah.. Kemana lagi.." Devano semakin merengkuh tubuh kecil mungil itu. Tak ada malam pertama, Mungkin karena keduanya belum berpikir kesana.
****
Di rumah Wina dan Wawan. Mereka tertawa bersama. Mereka menertawakan Alena yang menikah hanya di beri mahar dua puluh lima ribu saja.
"Hahaha..Sumpah deh ya, Perut aku sampai sakit ngetawain ini.. Dua puluh lima ribu.. Haha..
"Mereka itu keluarga miskin.. Gak mungkin tiba-tiba kaya raya.. Kalo udah di takdirkan miskin ya, Miskin lah.. Sampai dapat menantu pun miskin juga.. " Ujar Wawan dengan tawanya yang menggelegar di ruangan itu.
"Eh, Tapi kamu udah ngerekam kan pas Alena di grebek tadi?" Tanya Wina kepada sang putri. Senyum di wajah Dilla pudar seketika.
"Gimana mau ngerekam Bu..Ibu tahu sendiri, Ponsel aku mati dari sore. Pas mau di isi malah disini juga mati lampu.. Gimana mau ngerekam.." Wina menghela nafas panjang.
"Yah.. Padahal kalo di rekam, Pasti seru deh.. Terus di posting biar semua orang tahu..
"Tapi ya gapapa lah Bu.. Yang penting sekarang, Alena udah jelek di mata warga sini..
"Iya kamu bener..
.
.
.
Pagi harinya. Matahari mulai naik secara perlahan. Devano datang dengan membawa beberapa paperbag di tangan. Dengan senyum manisnya, Devano duduk diantara keluarga barunya.
"Nak.. Ini apa? " Tanya Lilis. Wanita itu penasaran dengan apa yang di bawa oleh menantunya ini.
"Sekarang Bunda dan Ayah ganti baju ya.. Karena setelah ini, Devan mau ngajak kalian pergi ke rumah Devano.. Orang tua Devano katanya mau ketemu.." Devano juga menatap sang istri.
"Kamu juga ya, Sayang.. Ganti baju. Karena kedua orang tua aku udah nungguin kita.." Lilis meraih pakaian yang ada di dalam paperbag tersebut. Begitupun dengan Pandu, Mereka saling pandang lagi. Pasalnya pakaian yang akan. mereka pakai bukan pakaian biasa.
"Bang.. Ini kok bajunya bagus-bagus sih.. Abang beli di mana?" Di beri pertanyaan semacam itu, Devano hanya tersenyum.
"Nak.. Ini pakaian keliatannya mahal banget.. Kamu beli dimana? Terus ini masih pagi loh?
"Iya Bang.. Abang..
"Ssstt.. Kamu bawel banget sih. Udah sekarang kalian pakai ya.. Mobilnya udah nungguin di depan.." Semua yang ada di sana melongok. Dan benar saja, Ada mobil sport mewar terparkir di depan rumahnya.
"Abang nyewa mobil itu dimana? Kok keren banget.." Alena masih penasaran.
"Ayah, Bunda.. Sekarang kita siap-siap yuk.." Mau tak mau Pandu dan Lilis pun ganti baju. Meski sebenarnya mereka juga penasaran dari mana dapatnya menantu mereka pakaian mahal ini. Mengingat pekerjaan Devano saja hanya seorang montir. Mas kawin yang di berikan kepada putrinya semalam saja hanya dua puluh lima ribu rupiah.
Kini semuanya telah siap. Alena sangat cantik dengan penampilannya. Pakaian dress berwarna biru laut di bawah lutut berlengan seperempat. Untuk Devano sendiri, Pria itu mengenakan kemeja dengan warna yang sama seperti dress yang di kenakan istrinya. Lengannya di gulung hingga siku membuat penampilan Devano begitu tampan dan bekarisma. Pakaian yang di kenakan Ayah Pandu dan Bunda Lilis tak kalah mewah.
Devano mengajak mereka semua untuk keluar. Mereka kembali di buat terkeju dengan adanya dua pria tinggi besar berpakaian serba hitam.
"Tuan..." Kedua orang pria itu membungkuk hormat.
"Aku ingin menyetir sendiri.." Ucap Devano. Dengan sopan salah satu dari mereka menyerahkan kunci mobil sport mewah itu kepada sang Tuan.
"Buka pintunya..
"Baik Tuan.." Mereka mempersilahkan Tuan dan Nonanya masuk, Sementara di pintu belakang mempersilahkan Ayah Pandu dan Bunda Lilis.
Meski dalam hati sempat bertanya-tanya. Alena dan kedua orangtuanya memilih diam saja. Berada di dalam mobil ini sungguh rasanya nyaman sekali.
"Sekarang kita berangkat. " Alena mengangguk. Sebenarnya di otaknya sudah banyak pertanyaan yang akan dia layangkan untuk suaminya ini. Tapi Alena masih menahannya.
Mobil mewah tersebut melaju dengan kecepatan sedang. Hingga mobil yang di kendarai Devano memasuki gerbang tinggi yang menjulang lalu berhenti tepat di samping kolam ikan dengan air mancur yang indah.
Alena kembali di buat terpana. Ayah Pandu dan Bunda Lilis tak kalah terkejutnya. Di depan sana, Sebuah bangunan besar nan mewah bak istana kerajaan Eropa.
"Bang.. Ini? Ini rumah siapa??
"Iya nak Devan.. Ini rumah siapa? Besar sekali?" Devano tersenyum.
"Ini rumah Devan Yah, Bun.. Dan sebentar lagi akan jadi rumah Alena juga..." Alena menatap sang suami dengan tatapan yang entah..
"Ya Allah.. Siapa suamiku ini sebenarnya??
.
.
.
TBC