NovelToon NovelToon
Tuan Muda Kami, Damien Ace

Tuan Muda Kami, Damien Ace

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Romansa / Persaingan Mafia
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ferdi Yasa

Mereka bilang, Malaikat ada di antara kita.

Mereka bilang, esok tak pernah dijanjikan.

Aku telah dihancurkan dan dipukuli, tapi aku takkan pernah mati.

Semua darah yang aku tumpahkan, dibunuh dan dibangkitkan, aku akan tetap maju.

Aku telah kembali dari kematian, dari lubang keterpurukan dan keputusasaan.

Kunci aku dalam labirin.

Kurung aku di dalam sangkar.

Lakukan apa saja yang kalian inginkan, karena aku takkan pernah mati!

Aku dilahirkan dan dibesarkan untuk ini.

Aku akan kembali dan membawa bencana terbesar untuk kalian.

- Damien Ace -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Terjebak Dengan Masa Lalu

Restoran ini memang diperuntukkan bagi pasangan. Dari luar saja sudah tampak romantis — temaram cahaya, bunga di mana-mana, dan wangi lembut yang melayang di udara.

Bahkan di dekat pintu masuk, tersedia deretan buket bunga untuk siapa pun yang ingin memberi kejutan pada pasangannya.

Darren termasuk di antaranya.

Setelah ratusan — atau mungkin ribuan — ajakannya yang ditolak, akhirnya malam ini Leana setuju. Untuk itu, dia sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari.

Dia tidak hanya melakukan reservasi. Dia menyewa seluruh area yang diinginkannya — tempat dengan pemandangan paling indah di restoran ini.

Di tengahnya ada kolam air mancur yang berkilau di bawah cahaya lampu gantung berpendar kuning, menciptakan suasana hangat yang lembut di mata.

Di panggung kecil, beberapa pria memainkan musik klasik. Bukan sekadar latar, tapi pertunjukan khusus untuk malam ini — untuk mereka berdua.

Leana menatap sekeliling dengan takjub.

Senyum perlahan terbit di bibirnya, lembut, nyaris tak terlihat. Mata yang biasanya dingin kini tampak hidup, dipenuhi cahaya hangat ketika melirik ke arah Darren di sisinya.

“Aku tidak tahu kalau kau menyukai musik klasik seperti ini,” ucapnya pelan, masih menikmati suasana.

Darren terkekeh kecil. “Kau pikir hanya karena aku punya bar, aku menyukai musik keras? Jika aku bisa memutar musik seperti ini di bar, mungkin aku sudah melakukannya.”

Padahal kenyataannya, tidak. Musik klasik bukanlah seleranya.

Dia terbiasa dengan dentuman keras, ritme cepat, dan suasana riuh. Musik lembut seperti ini justru membuatnya mengantuk. Tapi malam ini—dia memaksa telinganya menyesuaikan, demi Leana.

Dia tahu semua ini dari Kakek Liam.

Pria tua itu yang pertama kali berkata bahwa Leana adalah tipe wanita langka: elegan, klasik, tidak mengikuti arus zaman.

Bahkan mobil kesayangannya adalah mobil antik hasil lelang — dan di sanalah, di tempat lelang itu juga, Kakek Liam pertama kali melihatnya.

Sejak saat itu, Darren berusaha mempelajari segalanya tentang Leana. Hal-hal kecil, bahkan yang tampak remeh, seperti jenis bunga yang disukainya, atau musik yang membuat matanya tenang.

Malam ini, semua itu dia wujudkan. Dan meski dia harus menahan kantuk karena iringan biola yang terlalu lembut di telinganya, Darren tetap merasa puas.

Dia mengulurkan tangan dengan percaya diri, menunggu Leana merespons. Telapak tangannya terbuka — sebuah undangan diam.

Leana sempat ragu sejenak, tapi akhirnya menaruh tangannya di sana.

Darren menggenggamnya dengan lembut, membawa wanita itu berjalan menuju meja makan yang telah disiapkan khusus.

Dengan sopan, dia menarikkan kursi untuknya. Gerakannya hati-hati, seolah Leana adalah sesuatu yang rapuh dan berharga — sesuatu yang bisa pecah hanya dengan satu sentuhan kasar.

Pelayan datang setelah Darren melambai, menyajikan menu yang sudah ia pesan satu per satu.

“Aku harap kau tidak memiliki kriteria khusus dalam hal makanan,” katanya pelan, “Karena aku memesan semuanya tanpa bertanya padamu. Tapi jika ada yang tidak bisa kau makan, aku akan menggantinya.”

Leana menggeleng, ekspresinya melunak. “Aku tidak memilikinya.”

“Itu bagus.” Darren tersenyum kecil. “Kau harus mencoba semuanya. Restoran ini punya juru masak yang luar biasa.”

Leana tersenyum samar, sudut bibirnya terangkat. “Aku pikir kau sudah berpengalaman dalam hal kencan.”

Nada suaranya ringan, tapi ada gurat godaan di sana — seolah ia tengah menakar kejujuran Darren.

Darren hampir tersedak oleh pertanyaan itu.

Jika saja dia jujur, dia akan mengatakan bahwa dulu, memang pernah.

Dia pernah mencoba mengajak Eve ke sini — sebelum semua yang terjadi dengan Noah, sebelum wanita itu memilih jalan yang berbeda.

Namanya tak pernah menjadi pilihan di hati Eve. Bahkan setelah bercerai dengan Noah, Eve justru menjadi milik Alex, bukan dirinya.

Kenangan itu masih menyisakan getir yang samar.

“Itu karena banyak orang yang merekomendasikan tempat ini,” ujarnya, memilih berbohong halus. “Kadang aku memesan makanannya untuk dibawa pulang kalau sedang malas memasak. Setidaknya aku masih punya alasan tidak datang ke sini sendirian.”

Leana tidak menanggapi. Ia hanya mengangkat garpu, mengambil sepotong daging dan memasukkannya ke mulut.

Daging itu lembut, berminyak, dan matang sempurna — rasa yang nyaris membuatnya tersenyum tanpa sadar.

Melihat ekspresi itu, Darren menghela napas lega. Ia ikut mengambil garpu dan mulai menyantap makanannya.

Namun pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Kata-kata Noah terngiang di kepalanya — jika kau menyukainya, katakan saja.

Tapi apakah sesederhana itu?

Apakah Leana akan mengerti? Apakah wanita yang tenang dan sulit ditebak itu akan menerimanya?

Beberapa kali Darren mencuri pandang ke arahnya, mencoba merangkai kalimat di kepala.

Oke. Itu tidak sulit. Hanya tinggal mengatakan kalau dia menyukainya.

Ia menelan ludah keras-keras, lalu memberanikan diri membuka suara, “Lea, aku ….”

Suara itu terhenti.

Aku apa?

Kenapa hanya untuk mengatakan “aku menyukaimu” terasa seperti menelan duri? Kata itu macet di tenggorokannya, tak mau keluar.

Leana sudah mengangkat kepala. Matanya yang teduh menatapnya, menunggu lanjutan kalimat itu.

Dan sialnya, semakin ia menatap mata itu, semakin sulit Darren berbicara.

“Aku ….” Darren menggantung kata-katanya lagi.

Leana sedikit memajukan kepala, kedua alisnya terangkat tinggi, menunggu kelanjutannya.

Darren menelan ludah, dadanya sesak.

Lalu, tanpa berpikir panjang, kata-kata itu terlepas begitu saja. “Bisakah kita menikah?”

Suasana berubah canggung dalam sekejap.

Leana tidak langsung bereaksi. Ia hanya menatapnya dalam diam, seolah masih menunggu penjelasan.

“Maksudku … ya, aku tahu kita baru saling mengenal.” Darren terbata. “Tapi aku sudah memilihmu. Aku ingin kau jadi calon istriku. Aku menginginkanmu, Lea.”

Namun Leana tetap diam. Tatapannya lembut, tapi tajam — seperti sedang menembus isi hati Darren.

“Lea, setidaknya katakan sesuatu,” ucap Darren akhirnya, hampir memohon.

“Aku tidak bisa,” jawab Leana pelan.

Darren menatapnya dengan kecewa. Ia meletakkan garpu dan pisau di meja, tubuhnya condong ke depan.

“Katakan padaku. Apa yang membuatmu tidak bisa menerimaku? Apa aku kurang meyakinkan? Atau karena kau memang tidak menyukaiku?”

Leana menatapnya lama sebelum menjawab, suaranya tenang tapi penuh makna.

“Apa kau sudah yakin dengan perasaanmu padaku, Darren? Apa kau menginginkanku karena kau mencintaiku … atau karena kau ingin merasakan kebahagiaan yang sama seperti orang yang kau cintai dulu?”

Darren terdiam. Ia tahu arah pembicaraan itu — dan nama Eve langsung muncul di pikirannya. Tapi kenapa? Bukankah ia sudah merelakan wanita itu bersama Alex?

“Melupakan seseorang yang pernah kau cintai dengan tulus tidak terjadi dalam semalam,” lanjut Leana lembut. “Kau mungkin bisa berkata kau sudah merelakannya. Tapi jauh di dalam hatimu, kau masih menyimpan perasaan itu — bahkan tanpa kau sadari.”

Ia menunduk sesaat, lalu kembali menatap Darren. “Seperti saat Eve bersama Noah. Kau mencintainya, tapi juga merelakannya bersama pria lain. Namun ketika hubungan mereka hancur, perasaanmu muncul kembali, bukan? Kau sempat berpikir untuk merebutnya dari Alex. Jika takdir sedikit berbelok, aku yakin kau akan melakukannya.”

Leana menarik napas panjang, suaranya terdengar getir. “Masalahnya, Darren, kau tidak pernah benar-benar belajar mencintai wanita lain. Karena selama ini kau belum selesai dengan masa lalumu.”

“Leana, aku tidak lagi mencintainya …,” bantah Darren cepat.

Leana tersenyum tipis, tapi ada luka di balik senyum itu.

“Tidak, Darren. Kau hanya belum mengerti perasaanmu sendiri. Maaf, aku tidak bisa mencintai seseorang yang masih terikat pada bayang masa lalunya. Aku tahu kau berusaha keras — memberikan apa yang aku suka, menyesuaikan dirimu demi membuatku bahagia. Tapi itu bukan cinta, itu hanya pembuktian.”

Ia berdiri perlahan, suaranya semakin pelan tapi tegas. “Aku menghargai usahamu. Tapi aku tidak bisa menerimamu dalam keadaanmu yang sekarang. Karena jika aku jatuh cinta, aku akan menjatuhkan diriku sejatuh-jatuhnya. Dan aku tidak akan sanggup melihat seseorang yang kucintai membagi perhatiannya pada wanita lain — bahkan jika itu hanya di masa lalu.”

Leana tersenyum pahit, menatap Darren sekali lagi — lalu berbalik, melangkah pergi.

Sementara Darren hanya bisa duduk terpaku, menatap kursi kosong di hadapannya, dengan dada yang terasa hampa.

Darren menelan semua kepahitan ini. Ada sesuatu yang terasa sakit di dalam hatinya, tapi dia sadar itu bukan karena penolakan dari Leana. Melainkan … apa yang diucapkan wanita itu tadi.

Tunggu, bagaimana Leana tahu bahwa dia sempat memiliki obsesi untuk merebut Eve dari Alex?

Ah, Pria Tua itu pasti mengatakan banyak omong kosong pada Leana.

Darren kembali dengan perasaannya yang berantakan. Di saat yang sama, ponselnya berdering. Eve memanggilnya.

“Ya, Eve?”

“Bagaimana dengan tadi? Apa kau sudah memastikannya ke penjara dan melihat Miranda secara langsung?”

Suara ini ….

“Aku … bisakah kita bertemu? Jika kau tidak sibuk. Ada hal yang perlu aku bicarakan padamu.”

***

1
Dheta Berna Dheta Dheta
😭😭😭😭
Idatul_munar
Gimana ayah nya tu..
Arbaati
hadir Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!