Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Menasehati
“Larisa! Yang bener aja dong! Kok nggak ngabarin suami kamu? Setidaknya kabari dia, mau datang atau tidak itu terserah nya. Lagian suamimu masih peduli denganmu, akan lebih baik kabari dia. Atau hubungan kalian akan semakin renggang,” nasehat Anin.
Larisa menunduk, merasa bersalah. “Aku… baiklah! Aku akan memberitahunya, ku harap dia tidak akan datang!” Larisa mengambil ponselnya, mengirimkan pesan pada suaminya.
Anin mengangguk, melihat apakah Larisa benar memberitahu suaminya. “Sudah!” Larisa memperlihatkan layar ponselnya.
“Aku rasa dia akan datang, kalaupun tidak sekarang mungkin nanti setelah semua pasiennya selesai. Dia lebih sibuk daripada kita berdua, jadi wajar saja jika dia selalu pulang malam.”
Anin meraih tangan Larisa. “Dengar, kita seorang dokter. Mengobati dan menyembuhkan pasien sudah menjadi tugas kita. Apalagi suamimu seorang dokter spesialis organ dalam, dia lebih sibuk dari kita. Tentunya pekerjaannya lebih berat dari kita. Apapun masalah kalian berdua, bicarakan bersama selagi bisa. Jangan seperti hubunganku yang tidak pernah ada pembicaraan sama sekali.”
“Anin…”
Anin menyeka air matanya yang akan jatuh. “Sudahlah, aku juga akan bercerai dengannya dan akan fokus untuk membantu pasien yang membutuhkanku.”
“Anin… kamu serius mau bercerai dengannya? Apa kamu tidak ingin membicarakannya? Cari tau apa alasannya dia bersikap acuh tak acuh seperti ini padamu. Pasti ada alasannya, kita juga sudah mencari tahu jika dia tidak memiliki kekasih. Apa kamu tidak merasa aneh?”
Anin terdiam, ia memang merasa aneh dengan Raksa. Bahkan saat ia ingin menyentuhnya untuk membantu, dengan sangat tegas Raksa menolaknya.
“Aku tau, aku sudah beberapa kali bertanya. Tapi tidak ada tanggapan sama sekali, dia memilih untuk pergi tanpa memberikan penjelasan.”
Larisa menatap Anin dengan tatapan yang sendu. Ia tidak tau siapa suami sahabatnya, jika ia tau, sudah dipastikan akan melabraknya dan memintanya penjelasan atas sikapnya pada sahabatnya.
“Kalau begitu, biarkan aku yang bicara dengan suamimu! Kita perlu penjelasan untuk masalah ini. Lima tahun, itu bukan waktu yang singkat. Dan kamu masih bertahan hingga sekarang, apa kamu tidak ingin mencari jawabannya? Dan apa tanggapannya saat kamu meminta cerai?” Larisa melihat Anin dengan wajah yang penasaran.
“Dia tidak mengatakan apapun,” ucap Anin lalu memalingkan wajahnya.
“Boleh aku tanya sesuatu? Jika kamu tidak ingin menjawabnya tidak apa.” Anin mengangguk.
“Apa kamu mencintainya? Kamu bertahan selama lima tahun pasti ada alasannya juga bukan?”
Anin diam membisu, memang benar Anin mempunyai alasannya sendiri. Entah kenapa hati kecilnya selalu mengatakan agar tidak pergi meninggalkan Raksa.
Tapi sekarang ia sudah tidak bisa lagi untuk menahan sikap acuhnya. Ia menginginkan hidup normal layaknya pasangan suami dan istri. Bukan seperti orang yang baru saja mengenal satu sama lain.
“Apa kamu mau memberitahu alasanmu. Aku tidak memaksa, jika kamu bersedia, aku akan mendengarkannya.”
“Jujur aja aku tidak tau apa yang membuatku bisa bertahan selama ini. Aku hanya mengikuti kata hatiku. Aku sendiri juga bingung dengan diriku sendiri. Aku tidak bisa menerima sikapnya selama ini, tapi aku tidak mengerti kenapa aku bisa bertahan dengan hubungan yang sama sekali tidak layak untuk disebut suami istri.” Anin kembali menyeka air matanya.
“Karena nyatanya, itu tidak pernah terjadi. Dan ya, pernikahan ini juga terjadi karena aku menolongnya, dan berakhir dinikahkan oleh warga karena dikira sedang berbuat mesum. Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi.”
Mendengar pengakuan Anin, baik dari sisi Anin dan juga suami Anin. Larisa berpikir jika hubungan mereka lebih rumit dari yang ia pikirkan.
Satu pertanyaan yang muncul, apakah keduanya memiliki rasa satu sama lain? Jika tidak, mana mungkin bisa bertahan selama ini.
“Pernahkah kamu berpikir jika suamimu itu mencintaimu?”
Anin langsung menatap Larisa dengan tatapan terkejut. Ia tidak pernah menyangka jika sahabatnya itu akan mengatakan pertanyaan yang sama sekali tidak pernah ia dengar sebelumnya.
Bahkan, untuk terlintas dalam pikirannya pun tidak ada sama sekali. Dan bisa-bisanya Larisa bisa berpikir seperti itu.
“Lar?! Serius kamu menanyakan hal itu? Apa yang membuatmu bisa berpikir jika Raksa mencintaiku?”
“Ohh? Jadi namanya Raksa? Setelah sekian lama akhirnya kamu menyebut namanya di depanku,” potong Larisa saat Anin menyebutkan nama suaminya.
“Sudah kubilang jangan bahas dia! Aku sudah membuat keputusan, dan itu artinya aku akan berpisah dengannya,” tegas Anin.
“Baiklah, jika kamu mau bercerai silahkan saja. Aku sahabatmu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi, menurutku akan lebih baik kamu cari tau kenapa dia masih bertahan dengan hubungan pernikahan kalian, apalagi sikapnya yang tidak peduli. Satu hal lagi, dia juga tidak berselingkuh. Dia tidak peduli denganmu, tapi juga tidak menyakitimu. Bukankah itu aneh?" ujar Larisa.
“Menurutku dia mencintaimu, tapi ada suatu hal yang tidak bisa ia katakan padamu. Saranku, kamu harus mencari tahu apa alasannya. Jangan gegabah dalam mengambil keputusan, atau akhirnya kamu yang akan menyesalinya," imbuh Larisa yang memperingatkan Anin.
Sikap Raksa pada Anin sangatlah ganjal, jika Raksa tidak menyukai Anin dan bersikap seperti itu sangat wajar. Mungkin itu caranya agar Anin membenci lalu meminta cerai dengannya.
Namun, saat Anin meminta cerai, kenapa Raksa hanya diam tidak menanggapinya sama sekali. Bagi Larisa ada sesuatu yang harus dibicarakan Anin dengan Raksa.
Anin diam termenung, semua pertanyaannya yang dipendamnya saat ini kembali berputar dipikirannya. Rasa ingin tahunya kian membesar setelah mendengar saran dari Larisa.
“Aku sangat ingin bicara dengannya. Membahas semua keluh kesahku karena sikapnya padaku. Tapi, Raksa selalu menolak. Aku tidak punya kesempatan bahkan sebelum bertanya.” Sorot mata Anin mengarah pada Larisa yang juga melihat ke arahnya.
“Saranmu sudah aku coba, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali aku mencoba untuk bicara dengannya. Apa kamu punya cara agar Raksa mau bicara denganku? Ck! Tidak mungkin jika kamu memiliki cara. Kamu sendiri aja tidak bisa mengatasi permasalahanmu dengan suamimu, apalagi masalahku.”
“Cih! Jangan meragukanku! Aku hanya kesal dengan Bima karena dia tidak bisa menepati janjinya. Hanya itu, apa itu salah?” sungut Larisa yang tidak terima dengan tuduhan Anin.
“ya ya ya, terserah kau saja. Jangan bahas apapun lagi, karena aku sudah tidak bisa mempertahankan hubungan ini dengannya. Tapi jika kamu punya solusi, mungkin saja bisa menjadi bahan pertimbanganku. Itupun jika solusinya layak untuk dipertimbangkan.”
Larisa mendengus kesal mendengarnya, tidak sepercaya itukah Anin pada Larisa, sehingga tidak mempercayainya.
“Kenapa? Apa kamu tidak percaya denganku jika aku mempunyai solusi yang tepat untukmu?”
“Tentu saja! Selagi kamu masih belum mengatakannya, aku tidak akan percaya. Kalaupun kamu sudah mengatakannya, belum tentu juga aku akan percaya. Apa kamu tidak ingat kenapa sekarang aku tidak mudah percaya denganmu?” Anin menatap tajam ke arah Larisa yang langsung mengalihkan pandangannya.
“Itu—
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,