Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan
Seperti dugaan Chen Lin, ada lima pria dewasa berkumpul mengelilingi bus. Mereka mengenakan pakaian tahanan yang robek di sana-sini. Wajah mereka keras, kasar, dan penuh niat buruk.
Pemimpin mereka adalah seorang pria tinggi besar dengan bekas luka panjang dari pelipis menurun ke rahang—Bos Ling. Luka itu membuat wajahnya menakutkan, bahkan sebelum dia membuka mulut.
Mereka dulunya adalah tahanan penjara, penjahat kelas berat. Tanpa kiamat, mereka tidak akan pernah melihat dunia luar seumur hidup.
Hari itu, kekacauan di penjara dimulai ketika seorang tahanan yang pergi ke toilet tiba-tiba lari keluar dengan wajah pucat.
“Z–zombie! Semua penjaga… mati! Pintunya terbuka!”
Bos Ling langsung tahu ini kesempatan emas.
“Keluar,” katanya pendek. “Kita pakai mereka sebagai umpan.”
Dan begitu saja, lima tahanan lain dikorbankan sebagai makanan zombie agar jalan mereka terbuka.
Kini, berdiri di depan bus tua yang tampak berkaratan dimana-mana, mata Bos Ling berkilat seperti binatang liar, dimatanya itu pasti bus yang bagus.
Dia melihat empat orang turun dari bus tadi—bersih, tidak seperti orang kelaparan, dan pasti banyak perbekalan didalamnya.
“Pas sekali,” gumamnya. “Kendaraan… perbekalan… .”
Anak buah pendek di sebelahnya bertanya pelan, “Bos… yakin di dalam bus itu ada banyak barang?”
Si gemuk yang berdiri di belakangnya langsung menampar kepala si pendek.
“Bodoh! Apa pun yang bos bilang pasti benar! Mereka pasti punya makanan!”
Pria berkepala plontos di belakangnya menghela napas tak sabar.
“Bos, cepat kita ambil. Orang-orang yang turun tadi keliatan lemah. Kalo kita gerak sekarang, bus ini punya kita.”
Bos Ling mendekat, tangannya menyentuh pintu bus.
“Pintu tua begini, harusnya gampang dibuka.”
Ia menarik gagang pintu dengan tenaga penuh.
KRAK!
Suara aneh terdengar—bukan pintu yang bergerak, tapi seperti energi yang memantul kembali ke arahnya. Bos Ling terpaksa mundur setengah langkah.
Plontos itu langsung menertawakan.
“Hahaha! Bos kaget tuh pintunya nyetrum ya?”
Bos Ling melotot, menendang betis anak buahnya itu.
“Kau pikir ini lucu? Pintu biasa tak mungkin seperti ini.”
Anak buah lainnya mencoba menekan jendela.
“Bos, kacanya tebal sekali… kayak kaca anti peluru.”
“Coba pecahin,” perintah Bos Ling.
Salah satu anak buah yang punya kemampuan fisik—otot lengannya menegang, uratnya menonjol, memukul kaca keras-keras.
DUAAAK!
Kaca tidak retak sama sekali.
Tapi si pria itu menjerit sambil memeluk tangannya yang entah bagaimana… seperti terpental mundur.
“Bos! Ini kaca apa?! Tangan saya kayak dipukul balik!”
“Jangan banyak bacot,” gumam pengguna logam. Tangan kanannya berubah menjadi bilah tipis berwarna perak. Ia menusukkan bilahnya ke celah pintu dan mencoba membelah engsel. Namun logam bus itu sama sekali tidak tergoyahkan—bahkan bilahnya memercik seperti terkena benda keras yang tak biasa.
ini semakin menarik dan membuat mereka semakin agresif.
Si gemuk langsung maju, mengeluarkan kemampuan anginnya. Angin berputar di telapak tangannya, membentuk pusaran kecil.
FWOOSSHH!!
Pusaran angin menghantam engsel pintu bus.
Suaranya keras. Debu berhamburan.
Tapi… pintu tidak bergerak sedikit pun.
“Bos… bus ini aneh,” gumam si gemuk sambil meludah. “Ini… bahkan kendaraan militer tidak sekuat ini”
Bos Ling kini menatap bus itu seperti melihat emas batangan.
“Semakin sulit dibuka… semakin berharga isinya.”
Anak buah pendek mengangkat tangan, wajahnya cemas.
“Bos… kita cari mobil lain aja? Saya nggak enak hati. Tadi saya lihat ada anak kecil di dalam bus itu. Kalo busnya sekuat ini… gimana kalo mereka bukan orang biasa?”
Bos Ling langsung mencekik kerah bajunya.
“Justru karena mereka bukan orang biasa, bus ini pasti harta karun.”
Ia mendorong anak buahnya ke belakang sambil tertawa rendah.
Bos Ling mendekat sambil mengangkat tangannya. Petir biru tipis melompat-lompat di antara jarinya.
“Geser. Biar kubakar kuncinya.”
Ia menyentakkan listrik ke panel pintu.
ZRAK!
Tapi pintu itu tidak terbuka. Malah listriknya dipantulkan, hampir mengenai dua anak buahnya.
“Brengsek, ini bus sialan dari mana?” umpat pengguna angin sambil menepis debu.
Lima pria itu saling pandang, Bos ling tersenyum sinis "Ini semakin menarik"
Dia berkata perlahan dengan mata dingin "Kalo begitu, hanya satu solusinya. Mari kita tunggu mereka"
Mereka bukan orang baik—mereka dulunya adalah pembunuh bayaran, bandit, pemerkosa. Tidak ada yang bisa mencegahnya jika dia ingin sesuatu. Bahkan jika dia harus membunuhnya!
Tiba-tiba terdengar suara lembut dari arah belakang mereka.
“Permisi… menunggu kita?”
Kelima orang itu menoleh bersamaan.
Chen Lin berdiri paling depan, ditemani tiga orang lainnya dibelakang: Jin Rang berdiri dengan wajah datarnya, Wen Tao berdiri dengan kepala diangkat dan penuh kesombongan, sedangkan Mei Yiran memandang mereka dengan tajam.
Bos Ling melihat hanya ada dua pria dewasa ditimnya.
Ia tersenyum meremehkan.
“Kalian datang tepat waktu… serahkan bus ini secara sukarela atau kau akan tahu akibatnya!”
Setelah berbicara, ia mengangkat tangan kanannya, memunculkan kilatan-kilatan listrik kecil yang berdesis tajam di sekeliling kulitnya.
Namun yang paling membuat suasana mengeruh bukan ancaman itu—melainkan tatapan kotor dari tiga pria di belakangnya. Mata mereka jelas-jelas menyapu ke tubuh Chen Lin dan Mei Yiran tanpa rasa malu sedikit pun. Tatapan yang membuat udara seketika terasa lebih busuk daripada mayat zombie.
Mei Yiran menegang, wajahnya pucat namun pandangannya dingin. Gelang hijau ditangannya bereaksi halus, seolah ikut marah..
Jin Rang berkata dengan dingin “Tatapan itu hilang, atau kubakar matamu.”
Suara Jin Rang rendah dan berbahaya.
Namun mereka hanya tertawa.
Berbeda dari yang lain, Chen Lin tampak paling tenang. Ekspresinya datar, namun sorot matanya gelap.
heh, Chen Lin tersenyum geli.
Chen Lin menghela napas pelan. “Sayangnya… kalian tidak kami izinkan.”
Dia berkata dengan bercanda “Kalau mau nyuri bus… pastikan kalian bisa membukanya dulu.”
Ucapan itu membuat wajah Bos Ling merah padam.
“KURANG AJAR! Maka rasakan akibatnya!”
Ia mengayunkan petir ke arah Chen Lin.
“MATI!”
Chen Lin tersenyum miring, dia mengangkat tangannya dengan santai, mengumpulkan uap air di udara dengan kekuatan kontrolnya.
Jumlahnya memang tidak banyak—namun cukup untuk menebarkan kabut tipis yang menyelimuti area di depan mereka.
BRZAAK!!
—butiran cahaya biru keunguan menghantam kabut.
Namun bukannya meledak mengenai Chen Lin, petir itu malah menyebar dan pecah ke segala arah, seperti diceburkan ke kolam air yang tenang.
Bos Ling terbelalak.
“M—membelokkan seranganku?”
Wen Tao memekik kagum.
“WOW! Bro! Itu keren banget! darimana kau mempelajarinya?!”
Chen Lin mengangkat alis, tampak sangat puas dengan diri sendiri.
Dia berkata dengan bangga “Hei… aku mempelajarinya dengan santai. Tidak menyangka ternyata berhasil.”
Mulut Wen Tao berkedut keras.
Nada pamer itu terlalu jelas.
...****************...
Ayo-ayo jangan lupa tinggalkan jejak dan tiketnya agar bisa segera meluncur, swuuush