Allasca After With You

"Kau kenapa, Ka?" Nick panik saat sadar, jika teman sekaligus atasannya menunjukkan gelagat tidak baik-baik saja.

Di belakang, Allasca tampak bersandar dengan mata terpejam, bahkan terlihat menghela napas dalam-dalam, walau kemudian napas itu berderu kasar seperti sedang kesulitan mengatur iramanya.

"Alergi dan OCD mu kambuh?" tanya Nick.

Tadinya, Viera tak ingin peduli pada pria dingin yang dahulu sering menolak cintanya bahkan memilih menikahi Pingkan yang dianggap lebih sempurna darinya.

Namun, sumpah dokter yang pernah Viera ucap saat lulus sarjana kedokteran di Millers university membuat Viera menoleh dan reflek meraih Oxycan; oksigen murni dalam kemasan kaleng, dari laci di belakang jok.

Selama ini alat bantu pernapasan itu lah teman perlindungan setia saat Allasca mendapatkan serangan alergi mendadak.

Viera juga bergegas menarik sarung tangan ala medis untuk keamanan Allasca. Karena dia tahu, dia salah satu orang yang selama ini sering membuat kakak angkatnya alami OCD.

Bukan tanpa alasan kenapa Allasca bisa menderita automysophobia. Bermula dari respon tubuh yang selalu menolak debu, kuman, kotor dengan gatal-gatal ruam di kulit, sesak napas dan mata berair-nya.

Inilah yang akhirnya membuat Allasca enggan untuk menyentuh hal-hal yang dia anggap tidak higienis. OCDnya dipicu dari alergi yang Allasca miliki.

Bisa dilihat bagaimana Allasca mengeluarkan pucat yang disertai mata merah. Dan sialnya masih tetap terlihat tampan berwibawa di saat-saat genting seperti ini.

Mungkin fobia bisa disembuhkan dengan terapi mental tapi tidak dengan alergi debu, kotor, kuman. Efek paparan ini tetap perlu penanganan medis yang sesuai.

Usai membuka oxycan, Viera bergegas mengulur nebulizer mask dari kaleng ke hidung Allasca. Dan, sedikit demi sedikit pria itu menghirupnya dengan tenang.

Allasca paham sekali, tahapan apa saja yang harus dia lakukan di saat begini. Bahkan, Nick pun lebih paham dari atasannya tersebut.

Nick mengulur pil yang biasanya dikonsumsi Allasca saat dalam kondisi darurat seperti ini kepada Viera. Kemudian dia suapkan pada mulut Allasca dengan sarung tangannya.

Nick juga memberi kode agar sopir sedikit memelankan laju mobil. Cukup lama, Allasca bergelut dengan kecemasannya, ia bisa bernapas lega setelah penanganan pertama.

"Sudah lebih baik kah?" Detik itu juga, Allasca menatap wajah cemas Viera. Suara yang dia dengar untuk pertama kalinya setelah kemarin hanya bisa menangis dan tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Sudah dikatakan, hubungan mereka memang tidak baik-baik saja sejak Allasca menolak Viera untuk yang terakhir kalinya. Tepatnya di satu bulan sebelum Allasca menikahi Pingkan.

"Sudah lebih baik." Viera terlihat lega, walau kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah jendela di sisi wanita itu.

"Hufff..."

Allasca melonggarkan syal miliknya, menata napas yang cukup berisik. Allasca pikir, hari ini hari terakhir ia bernapas setelah begitu banyak hal yang dia lalui tanpa sanitizer.

Melihat kondisi Allasca, syukurlah Nick lega pada akhirnya. "Kau pasti menyentuh sesuatu yang tidak higienis kan? Tolong jangan lagi-lagi lakukan itu, aku tidak enak kalau harus menjadi CEO karena kau meninggal."

Ah Tuhan, Allasca sedang kambuh. Dan, Nick memikirkan jabatan. "Kita percepat saja mobilnya, aku mau cepat sampai."

Laki-laki itu menatap Viera, dan di sana adik angkatnya sudah kembali hening seperti sebelumnya. Mungkin, Viera masih cukup terguncang oleh pengkhianatan Hudson.

...∆{/+--__--+}∆...

Sebelum masuk pesawat, Allasca sempat mendapatkan penanganan kedua dari beberapa dokter langsung. Beruntung, tidak begitu parah, karena hari itu alerginya tidak sampai membuat Allasca syok anafilaksis.

Usai sudah 18 jam perjalanan, penerbangan dari Berlin jam 9 pagi. Dan tiba di Jakarta pukul 4 pagi berikutnya. Yah, waktu Jakarta enam jam lebih cepat dari Berlin.

Allasca, Nick, Viera bersamaan keluar dari mobil SUV putih mereka. Dan, Viera tak menenteng barang bawaan apa pun selain paspor di tas kecilnya.

Mansion milik keluarga Rain tampak di retina gadis cantik itu. Lama, Viera tak pulang ke rumah ini, terakhir saat Hudson melamar dirinya secara langsung dan Daddy Sky menolak secara terang-terangan.

Saat itu, Mommy Lala yang menjadi penengah sampai akhirnya Hudson diterima menjadi menjadi calon mantu walau Daddy Sky sendiri tidak pernah mau melihat Hudson lagi.

Antara malu dan butuh pelukan ibu. Viera melangkah masuk ke dalam rumah yang selama bertahun-tahun melindunginya.

"Kalian pulang bersama?" Mommy Lala terkejut melihat kepulangan Viera. Terlebih, ketika bibir gadis itu bergetar sebelum menangis di pelukan hangatnya. "Ada apa?"

"Kangen." Viera belum berani terus terang pada ibunya. Yah, Mommy Lala amat sangat menyayanginya meski hanya ibu angkat.

Mommy Lala tertawa. "Hudson mana? Bilang sama Hudson, nggak usah sungkan datang ke sini lagi. Daddy pasti mau terima meskipun sedikit gengsi."

"Hudson dan Viera putus." Nick yang katakan itu dengan tegas. Membuat, Mommy Lala mengerutkan keningnya bingung.

"Putus?" Jadi, ini yang membuat putri angkat kesayangannya menangis? "Ada apa sebenarnya ini, Neng?"

"Seperti yang pernah Daddy Sky tuduhkan, Hudson hanya laki-laki modal dengkul yang mau memperkaya diri dengan menikahi gadis yang bodoh seperti Viera," adu Nick.

Memang, Nick hanya bawahan. Tapi, Nick juga sudah seperti anggota keluarga di rumah megah bak istana ala monochrome ini.

"Bagaimana anak-anak sukses, Daddy?"

Daddy Sky, pria arogan dengan seringai puasnya tiba. Sedikit banyak Daddy Sky sudah mendapat laporan informasi dari Nick.

Yah, mengejutkan, dua anak yang dahulu merengek-rengek meminta menikah dengan jodoh pilihan mereka, pulang dengan wajah menyesal bahkan, Viera menangis-nangis setelah kemarin berteriak membela Hudson.

"Daddy, tidak salah dengar bukan? Hudson dan Pingkan selingkuh?" Daddy Sky tertawa samar bersama olokan wajahnya.

"Mana yang katanya, Hudson pria bertanggung jawab, dan Pingkan wanita yang baik dan sempurna, ke mana statement itu?"

"Dad..." Mommy Lala menegur.

Laki-laki itu mengetuk kepalanya dengan tatapan yang mengolok-olok putra dan putrinya secara bergantian. "Gunakan otak juga saat mencintai, paham. Jangan jadi naif seperti ibu kalian," katanya tegas.