NovelToon NovelToon
Mas Dosen, Ayo Cerai!

Mas Dosen, Ayo Cerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: za.zhy

Nala Purnama Dirgantara, dipaksa menikah dengan Gaza Alindara, seorang Dosen tampan di kampusnya. Semua Nala lakukan, atas permintaan terakhir mendiang Ayahnya, Prabu Dirgantara.

Demi reputasi keluarga, Nala dan Gaza menjalani pernikahan sandiwara. Diluar, Gaza menjadi suami yang penuh cinta. Namun saat di rumah, ia menjadi sosok asing dan tak tersentuh. Cintanya hanya tertuju pada Anggia Purnama Dirgantara, kakak kandung Nala.

Setahun Nala berjuang dalam rumah tangganya yang terasa kosong, hingga ia memutuskan untuk menyerah, Ia meminta berpisah dari Gaza. Apakah Gaza setuju berpisah dan menikah dengan Anggia atau tetap mempertahankan Nala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon za.zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Tiba-Tiba Pergi

Pagi ini, udara masih sejuk. Sisa hujan semalam menyisakan tetesan embun dan aroma basah yang khas. Nala merapikan lagi pakaiannya. Ia harus ke kampus, ada hal yang ingin diselesaikan tanpa siapapun tau. 

Sejenak Nala melirik Gaza, suaminya itu juga bersiap dengan kemeja maroon dan celana kainnya. Entah kenapa, Nala merasa apapun yang Gaza kenakan selalu pas di tubuhnya. Nala menghela nafasnya, ia tersenyum tipis kemudian membuang semua pikirannya tentang Gaza. Mulai sekarang, satu persatu harapan yang pernah ia semogakan di awal pernikahan, akan ia lepaskan.

Nala keluar dari kamar, meninggalkan Gaza yang menatap punggung Nala. Perasaan pria itu sedikit aneh, ia tahu semalam Nala sempat keluar dari kamar, tapi subuh tadi ia melihat Nala sudah kembali dan berbaring di tempat tidurnya, ia ingin tahu apa yang Nala lakukan di luar, tapi sesuatu menghalanginya, gengsi atau perasaan peduli yang ia abaikan demi memenuhi egonya.

Nala menuruni tangga, ia melihat Anggia yang sedang duduk di ruang keluarga dengan telepon genggam di tangannya. Nala menghampiri, ia segera bersandar di pundak Anggia. 

“Kenapa?” tanya Anggia saat mendengar Nala menghela nafas kasar.

“Capek,” balas Nala singkat.

Anggia diam, ia melihat wajah Nala. “Kamu begadang ya?” tanya Anggia lagi.

Nala menggeleng, ia memejamkan matanya menghindari tatapan kakaknya. “Gak begadang, cuman semalam kebagun, mau tidur lagi susah.”

Anggia diam, ia merasa bersalah pada Nala. Ia mengusap pelan kepala adiknya. Seolah meminta maaf melalui tindakannya. Nala tersenyum, usapan itu selalu terasa hangat dan menenangkan.

“Maaf ya, Kak.” Nala berucap pelan, masih menyadarkan kepalanya pada Anggia.

“Untuk apa?” tanya Anggia penasaran, tingkah adiknya ini mulai berubah setelah beberapa bulan menikah, tak seceria dulu lagi. “Kamu ada masalah?” tanya Anggia lagi.

“Dikit.” Nala menunjukkan ujung jarinya. “Tapi aku bisa kok, Kak. Di paksa dewasa sama keadaan itu ternyata sesakit ini ya. Maaf ya Kak, jadi anak pertama yang bisa mengerti semua orang, pasti berat. Aku malah jadi beban buat Kakak dan Bunda setelah Ayah gak ada.”

Ucapan Nala membuat Anggia tersenyum kemudian mengangguk pelan. “Pagi-pagi lihat kamu seperti ini, jadi merinding.” 

Nala tertawa pelan, tapi hanya sebentar setelahnya ia diam dan menegakkan tubuhnya. Ia menatap Anggia cukup intens, senyumnya mengembang tapi matanya berkaca-kaca. 

“Aku pengen liat Kakak bahagia, jangan terlalu keras sama diri sendiri, Kak. Jika memang sesuatu itu bisa bikin Kak Anggia bahagia, perjuangin. Aku siap bantu,” ucap Nala dengan suara nyaris bergetar karena menahan tangisnya.

“Dek…” panggil Anggia, ia tahu ada sesuatu yang mengusik Nala. Mungkin penyebabnya adalah dirinya. “Kehadiran Kami bikin kamu jadi susah ya? Kakak minta maaf.” 

Nala menggeleng cepat, ia menarik tangan Anggia dan membawanya ke atas pangkuannya.

“Kakak gak ada salah sama aku, selama Kakak bahagia, itu cukup buat aku. Jadi tolong, pertahankan apa yang buat Kakak bahagia.” 

“Kakak bahagia kok, kamu jangan banyak pikiran. Kamu fokus sama kuliah dan rumah tangga kamu aja. Kakak akan carikan kamu dokter, biar kamu bisa fokus promil setelah lulus kuliah.” 

Anggia menatap Nala iba, bisa saja Nala bersedih karena terlalu banyak tuntutan. Mahasiswa tingkat akhir dengan segudang tugas, harus dihadapi dengan status sebagai seorang istri dan tuntutan yang menurutnya tak wajar.

“Kalau capek, istirahat. Pulang sejenak jadi anak Bunda.” Anggia mengelus pelan kepala Nala. 

Nala mengangguk, ia tersenyum lebar menandakan semuanya baik-baik saja. Ia tak mungkin membuat keluarganya bersedih dengan kondisi pernikahannya saat ini.

***

Suasana meja makan cukup ramai, suara sendok yang beradu dengan piring memberikan kesan terburu-buru. Semuanya mengejar waktu, tak mau terjebak macet hingga terlambat untuk menjemput rejeki. 

Nala menyodorkan segelas kopi di samping Gaza, pra itu menyambutnya dengan senyuman. 

“Terima kasih, Sayang.” Gaza tersenyum lembut nyaris menyentuh hati Nala.

Nala hanya mengangguk, ia melanjutkan menghabiskan sarapannya sembari otaknya menyusun semua rencana yang akan ia selesaikan hari ini. 

Zanna melirik ke arah Nala, apa cuman ia yang menyadari wajah pucat Nala? atau hanya penglihatannya saja. Ia ingin bertanya tapi takut Nala tak nyaman.

“Nala, makannya kok sedikit?” tanya Iskandar saat melihat Nala meneguk air putihnya.

“Sudah kenyang, Pah.” Nala berbohong, perutnya masih tak nyaman. Ada sensasi mual dan kram yang ia rasakan bersamaan.

“Jangan diet, La. Kamu ‘kan lagi program hamil.” Puspa kembali bersuara.

“Bu, sudah ya.” Iskandar akhirnya bicara. Ia kasihan melihat Nala yang terus dituntut oleh Ibunya. Apalagi di sini ada keluarga Nala, pastinya akan semakin membuat Nala tertekan.

Puspa hanya mengedikkan bahunya, ia seolah tak peduli ucapan putranya. Ia terus menatap Nala dan Gaza bergantian.

“Anggia…” Maya berusaha mengubah topik pembicaraan.

“Iya Tante,” jawab Anggia yang sedari tadi menyimak pembicaraan tanpa berniat ikut campur.

“Kamu langsung ke rumah sakit ya?” tanya Maya antusias.

Anggia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. “Iya, Tan. Hari senin, biasanya poli lagi ramai.” 

“Diantar sama Gaza aja sekalian.” Maya memberi ide.

“Oh, Gak usah, Tan. Aku naik taksi online saja.” Anggia dengan cepat menolak, ia merasa tak enak dengan Nala.

“Sekalian saja, sayang uangnya bisa di pakai untuk makan siang. Lagian Gaza gak buru-buru. Iya ‘kan Za?” Maya melempar pertanyaan pada Gaza.

“Iya,” jawan Gaza singkat. 

“Nah tuh, Gaza aja yang anterin.” Maya makin bersemangat, ia seolah melupakan Nala yang dari tadi diam mendengar pembicaraan mereka dengan perasaan tak nyaman.

Anggia diam, ia melirik ke arah Nala. Adiknya itu justru tersenyum dan mengangguk pelan seolah menyetujui usul dari Ibu mertuanya. Anggia diam, ia melirik Bundanya. Gelengan halus jelas terlihat, Ibunya tak setuju.

“Gak usah, Tan. Aku bisa…”

“Sekalian saja, aku juga mau ke kampus,” ucap Gaza memotong ucapan Anggia.

“Iya Kak, sama Mas Gaza aja ke rumah sakitnya,” lanjut Nala

Seketika Gaza membeku, ia melupakan sesuatu. Keberadaan Nala di sampingnya. Ia menatap Nala yang justru tersenyum ke arahnya.

“Kalau Mas Gaza sudah sarapan, aku ambilkan tasnya di kamar.” 

“Mas aja yang ambil, kalian tunggu di depan.” Gaza beranjak, meninggalkan meja makan yang kembali hening.

“Na, hari ini ke kampus?” tanya Nala saat ia merapikan meja makan.

“Siang sih,” jawab Zanna pelan. “Kenapa?” tanyanya lagi.

“Mau numpang.” 

Zanna menatap Nala yang berlalu ke belakang sembari membawa piring kotor di tangannya. 

“Bukannya kamu barengan sama Mas Gaza?” tanya Zanna pelan.

Nala menggeleng, “aku sudah terlambat, Na. Aku lagi ada urusan di kampus.”

Zanna menyentuh kening Nala, masih sedikit hangat tapi tidak separah malam tadi.

“Aku sudah sehat,” ucap Nala seolah tau apa yang Zanna khawatirkan.

“Barengan Mas Gaza aja, La. Badan kamu masih hangat, muka kamu juga pucat. Kalau perlu, hari ini gak usah ke kampus.” 

Nala menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Zanna yang terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya.

“Ada sesuatu yang mau aku selesaikan hari ini, Na. Aku gak mau menunda lagi. Aku minta maaf jika kedepannya kita gak bisa jadi keluarga lagi. Tetap jadi sahabat aku ya, Na.”

Zanna mengerutkan keningnya, ucapan Nala seolah-olah ingin melepas status sebagai istri dari kakaknya.

“La…” 

“Aku gak apa-apa,” ucap Nala menenangkan Zanna.

“Tapi beneran kamu sudah sehat?”

Zanna kembali bertanya, Nala mengangguk pelan. “Sudah, aku tahu kondisi badan aku sendiri. Kalau aku sakit, pasti aku hubungi kamu kok.” 

Zanna akhirnya menangguk. Ia membiarkan Nala berlalu ke lantai dua. Ia berharap keputusan yang dipilih sahabatnya itu adalah yang terbaik. 

Nala memasuki kamar, ia melihat Gaza yang sedang merapikan tumpukan kertas yang akan ia bawah ke kampus hari ini. Ia melewati Gaza begitu saja dan mengambil tas ransel yang biasa ia bawah ke kampus.

“Tunggu di bawah, sebentar lagi aku menyusul,” ucap Gaza sembari fokus dengan aktivitasnya.

Nala berhenti sejenak, kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari kamar. Ia mencari Rey yang saat ini masih terlelap.

“Rey, bangun…”

Nala menggerakkan tubuh Rey yang masih mendengkur, entah sejak kapan pria itu pindah ke kamar tamu.

“Rey…” Nala menekan hidung pria itu hingga kesulitan bernafas.

“Apaan, La?” tanya Rey kesal, ia kembali memejamkan matanya.

“Pinjam kunci motor,” ucap Nala lagi.

“Hem… itu di meja.” Rey menunjuk ke arah meja di sudut kamar.

Nala tersenyum saat melihat kunci motor Rey. 

“Pinjam motor sebentar ya,” ucap Nala senang.

Rey hanya mengangguk kemudian suara dengkurannya kembali terdengar. Nala hanya bisa tersenyum. Andai pria itu sadar, tak mungkin Nala bisa meminjam motornya semudah ini.

Suara deru motor terdengar keluar dari halaman membuat Rey terlonjak kaget. Ia segera berlari keluar dari kamar dengan wajah khas bangun tidurnya.

“Motorku! maling!” teriak Rey membuat seisi rumah kaget.

“Maling? mana?” Puspa ikut panik.

Rey keluar, ia berlari ke halaman dan ke garasi, motornya tak ada di tempat terakhir ia parkir.

“Motor Rey, Nek. Di curi!” rey mengadu pada Puspa.

“Gak mungkin, Rey. Itu Pak Satpamnya saja santai di depan.” Iskandar menunjuk pria dengan pakain satpam berdiri di depan rumahnya.

Rey menggaruk kepalanya. Ia menghampiri pos satpam dan mendapati pria itu sedang menikmati segelas kopi.

“Pak, kenapa santai saja di sini? motor saya dicuri!” Rey memarahi pria yang usianya tidak jauh beda dengannya.

“Loh, tadi yang naik motor Mas Rey itu istrinya Mas Gaza bukan maling,” ucap Fahmi.

“Siapa tadi?” Buka Rey yang bertanya tapi Gaza.

“Mbak Nala, Mas. Tadi sempat menyapa saya di sini,” jawab Fahmi dengan logat jawa yang masih kental.

Gaza memejamkan matanya sejenak, ia berusaha menahan diri agar tidak mengeluarkan umpatan karena sikap Nala yang tiba-tiba pergi tanpa izin darinya.

Ia mengeluarkan telepon genggamnya, ia menelpon Nala, tersambung tapi sama sekali tak diangkat.

“Rey!” teriak Zanna. “Kok kamu pinjemin sih motornya, Nala lagi sakit!” 

“Sakit?” tanya Gaza.

“Iya, semalam dia ke kamar karena demam. Masa istri sakit gak tau sih!” Zanna tak sengaja meninggikan suara dihadapan Kakaknya.

Gaza diam, ia menatap keluarganya yang berdiri di teras rumah, bingung dengan keributan yang terjadi. Nala tiba-tiba pergi tanpa pamit dan juga mengenai kondisinya yang sedang sakit, Gaza bahkan tidak tahu hal itu.

“Rey memijit pelipisnya, aku kira tadi mimpi, ternyata beneran tuh perempuan pinjam motor. Semoga Nala gak berulah, terakhir dia naik motor berakhir di IGD.” 

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
partini
lah cuma gitu dong, istri mu merencanakan sesuatu yg gercep dong aihhhss dosen 1/2 ons susah
Agunk Setyawan
👍
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
kalea rizuky
bertele tele mau cerai ya gugat ke pengadilan agama alasannya uda g cocok g ada nafkah batin bilang aja suami mu masih suka kakak mu selingkuh secara gak langsung alias sembunyi2
partini
wih siang udah up ,,nek gimana mau dapat cicit orang mereka aja belum belah duren ,,ayo nek gercep
DewiKar72501823
author nya the best 👍🏻
partini
nafkah batin weh. ayo kalau kamu mau merek ga cerai cari cara dong biar ga jadi pasti tau lah dengan sedikit bubuk pasti bisa malam pertama
TRI FAA
ribet thorr,,coba drama ny d buat agar mreka sling mncintai😄
Reni Anjarwani
semanggat doubel up trs thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya
Wayan Sucani
Kisahnya keren... yuk lanjutannya Thor
kalea rizuky
ngapain bertahan pasangan selingkuh mereka itu
kalea rizuky
egois bgt ajuin cerai kn bisa jangan goblok mertuamu aja suka ma kakak mu kan kakakmu jg lagaknya kayak pelakor munafik suamimu jg bloon
kalea rizuky
)cari pcr aja beres nala
Mundri Astuti
tuh Gaza, mang kamu doang yg tampan, Nala dikelilingi cogan", rasain cembokur cembokur dah
partini
aduh pak dosen wkwkwkk itu baru meeting sebelum KKN kalau dah KKN apa kamu bisa tidur teringat banyak cogan yg bersama istri mu
Mundri Astuti
mang aneh si, kesannya ada maksud lain dan ngga tulus
partini
terlalu cepat perubahan nya pasti rasanya aneh,,gaza jg belum menyadari rasa di hatinya kalau terbakar cemburu mungkin baru sadar dia menunggu part di mana Nala KKN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!