NovelToon NovelToon
Runaways Of The Heart

Runaways Of The Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama
Popularitas:206
Nilai: 5
Nama Author: Dana Brekker

Darren Myles Aksantara dan Tinasha Putri Viena sama-sama kabur dari hidup yang menyesakkan. Mereka tidak mencari siapa pun, apalagi cinta. Tapi pada malam itu, Viena salah masuk mobil dan tanpa sengaja masuk ke lingkaran gelap keluarga Darren. Sejak saat itu, hidupnya ikut terseret. Keluarga Aksantara mulai memburu Viena untuk menutupi urusan masa lalu yang bahkan tidak ia pahami.

Darren yang sudah muak dengan aturan keluarganya menolak membiarkan Viena jadi korban berikutnya. Ia memilih melawan darah dagingnya sendiri. Sampai dua pelarian itu akhirnya bertahan di bawah atap yang sama, dan di sana, rasa takut berubah menjadi sesuatu yang ingin mereka jaga selamanya.

Darren, pemuda keras kepala yang menolak hidup dari uang keluarga mafianya.

Viena, gadis cantik yang sengaja tampil culun untuk menyembunyikan trauma masa lalu.

Genre : Romansa Gelap

Written by : Dana Brekker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dana Brekker, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 32

Koridor utama Istana Aksantara berlapis karpet merah tebal, memantulkan tegas suara langkah sepatu kulit Darren.

Ketika ia menuruni tangga marmer menuju aula tengah, sosok Nadea Prameswari sudah menunggunya di sana.

Wanita itu berdiri di bawah lampu gantung kristal, mengenakan gaun satin abu-abu dengan scarf hitam di lehernya, terlalu anggun untuk sekadar penghuni rumah ini, terlalu berbahaya untuk dianggap sekutu.

“Kakakmu bilang kau menolak suratnya,” ucapnya selembut mungkin begitu Darren mendekat.

“Kakak?” Darren menyipitkan mata. “Maksudmu Saviero?”

“Saviero sibuk dengan rapat investor di Surabaya.” Nadea melangkah perlahan ke arahnya, hak sepatunya beradu dengan marmer. Dari nada pemuda itu berbicara sudah dapat terendus betapa benci dirinya terhadap suaminya, dan itu justru bagus. “Aku hanya ingin bicara sesuatu denganmu.”

Darren berhenti dua meter di hadapannya. “Kalau ini tentang penebusan, aku tidak butuh simpati.” Senyum miring pemuda itu malah terlihat setajam belati.

“Aku tidak menawarkan simpati.” Nadea tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip seperti senyuman pasrah. “Aku menawarkan jalan keluar.”

Ia menyentuh dada dengan ujung jarinya, menatap Darren seperti seseorang yang sedang menakar bahaya di balik wajah tenangnya.

“Dewan keluarga akan mengadakan voting dalam dua Minggu ke depan. Jika kau membantu aku menstabilkan aset luar negeri milik Aksantara, khususnya perhotelan tanpa sepengetahuan Saviero, aku bisa menunda atau bahkan membatalkan upacara penebusanmu.”

“Menunda, bukan menghapus.” Darren menyilangkan tangan. “Lalu sebagai gantinya aku harus bekerja di balik layar agar kau bisa memperbaiki nama Saviero, begitu?”

“Jangan bicara seperti itu,” Nadea mengoreksi dengan sabar. “Kita hanya menjaga agar nama besar Aksantara tidak runtuh oleh ego anak sulung yang bahkan tak tahu cara membaca neraca laba rugi. Kau menang telak jika dibandingkan dengannya, aku akui itu.”

Darren memandangnya lama, diam. Dalam diam itu, ia mengerti semuanya. Senyum samarnya kian sadis.

Sejatinya ini bukan soal penebusan, bukan soal Viena. Ini permainan lama keluarga Aksantara yang bercerita tentang pengorbanan dan kesetiaan yang selalu dijadikan mata uang.

Langsung saja pemuda itu melangkah melewati Nadea, berhenti dan sedikit membungkuk hingga bibirnya tepat di samping telinga kiri wanita itu.

“Kalau kau ingin menghancurkan Saviero, lakukan sendiri. Aku sudah cukup membayar dosa-dosa keluarga ini.”

Nadea menoleh cepat. “Darren, kau akan kehilangan jari, status, bahkan perlindunganmu!”

Darren berhenti di ujung koridor. “Kehormatan yang dibangun dari rasa takut bukan kehormatan namanya,” bebernya tanpa menoleh. “Aku akan datang tiga puluh hari lagi. Sendirian.”

Langkahnya perlahan menjauh, menghilang. Sementara Nadea hanya bisa terdiam, menatap punggung lelaki itu seperti menatap seseorang yang sedang berjalan menuju nasibnya sendiri. Dalam dirinya, ada sesuatu yang bergetar antara kekaguman dan rasa iba, dua hal yang tak pernah bisa berdampingan di rumah ini. Yang jelas dia marah akan hal itu, meremas rambutnya sekali dengan kedua tangan sebelum berlalu pergi. “Aku gak boleh nyerah! Gak boleh!”

Malam itu, di hari yang sama. Darren tertunduk di dalam mobilnya. Membenamkan wajahnya, memohon pada Tuhan untuk memberinya kekuatan, setidaknya demi gadis itu. Semua yang ia lakukan demi seorang gadis yang statusnya begitu ambigu. Hati kala itu tidak menyesal, namun pikiranya berkata sebaliknya.

Di tangannya, ponsel itu terasa begitu berat, menatap layarnya lama. Nama Viena terpampang di sana tanpa alasan yang jelas.

Ia tahu, satu panggilan ini bisa mengubah banyak hal. Tapi tetap saja jarinya gemetar dan kepalanya kian terasa pening.

Darren menarik napas panjang, menutup mata, lalu menekan tombol hijau.

Satu dering. Dua. Tiga.

Hingga suara itu indah itu datang. Begitu jernih, begitu lembut, begitu hangat, entah kenapa dia malu untuk mengakui.

“Halo? Darren?”

Nama itu diucapkan dengan nada yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu, tanpa prasangka, tanpa tahu dunia macam apa yang sedang membara di bawah kaki pemuda itu.

“Viena… kamu lagi sibuk, ya?”

“Enggak, kenapa?” jawabnya pelan, karena Darren berbicara di nada yang sama. “Kamu nggak apa-apa?”

Darren hanya terdiam kala itu. Ia ingin berkata bahwa tidak, ia sama sekali tidak baik-baik saja. Bahwa dalam tiga puluh hari lagi, ia akan duduk di kursi penebusan, dihadapkan pada darahnya sendiri, dan bahwa semua itu terjadi karena dirinya menolak menyerahkan gadis yang sedang ia ajak bicara saat ini. Tapi bibirnya hanya membisu tanpa suara.

Ia menatap pantulan dirinya di kaca spion, mata ibunya yang hampa, bayangan seorang lelaki yang terlalu muda untuk menanggung beban sebesar itu. Bahkan siapapun tidak pantas mengalami apa yang ayahnya sebut sebagai Rituale del Sangue (Ritual Penebusan Darah).

“Viena,” akhirnya dia memberanikan diri untuk bicara lagi, meski suara beratnya lagi-lagi tertahan di tenggorokan. “Aku… sebenarnya aku mau bilang sesuatu.”

“Hm?”

Darren berhenti, menatap setir di depannya. Jemarinya mengetuk pelan kulit setirnya, satu-satu, mencoba mengulur waktu. “Ah, nggak penting. Lupain saja.”

“Darren?”

Nada bicara gadis itu berubah, sedikit menekan, sedikit khawatir. “Ada apa sebenarnya? Kamu kedengaran capek, atau… mungkin marah?”

Darren menatap langit di atas atap mobil. Tak ada bintang malam itu, hanya kegelapan yang terasa penuh menguasai langit.

Ia ingin berkata aku takut kehilanganmu. Tapi lidahnya seolah menolak kalimat itu.

“Nggak,” balas pemuda itu, menelan ludah. “Aku cuma mau ngomong kalau mungkin kamu bisa sementara waktu, tinggal di rumahku.”

“Hah?” Viena mengulang, mencoba memastikan ia tak salah dengar. “Ngapain lagi?”

“Jujur… Aku juga gak tahu,” Darren sendiri heran dengan ucapannya.

“Harus?” tanya Viena dengan lirih. “Darren, kamu terdengar seperti orang yang baru kehilangan sesuatu. Kalau kamu ada masalah bisa cerita ke aku.”

Pemuda itu menunduk. Senyum samar terbentuk di bibirnya, senyum yang lebih mirip luka daripada perasaan lain.

“Aku cuma mau kamu dateng.”

Lantas keheningan menyelimuti mereka di waktu yang sama. Tak ada yang berani bicara lebih dulu. Hanya suara hujan yang mulai turun, mengetuk pelan atap mobil, Darren tidak suka ini. AC mobil seakan lebih dingin dari sebelumnya.

Lalu, setelah hampir setengah menit, suara gadis itu terdengar lagi.

“Oke.”

“Besok, habis Subuh, aku udah siap. Dateng aja pagi-pagi.”

Darren memejamkan mata, mengembuskan napas panjang seperti seseorang yang baru saja diampuni. Sungguh bukan main, walau nada bicara Viena ketara sekali berubah datar.

“Viena, makasih. Aku—”

“Jangan bilang apa-apa dulu,” sela gadis itu. Suaranya tenang, tapi di ujungnya ada ketakutan atau lebih tepatnya sebuah firasat. “Kamu cukup dateng ke kos. Sisanya nanti aja. Aku perlu denger semuanya dari kamu.”

Lalu sambungan terputus.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!