TMTM Musim Spesial dimulai 💖
Novel ini akan bercerita tentang keseharian hidup Tuan Saga dan orang-orang yang ia sayangi.
selamat membaca ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KTS 23. Sofia dan Senior Macho
Area kampus yang ramai. Mahasiswa dan mahasiswi terlihat sibuk berjibaku dengan tugas kuliah dan jadwal yang padat. Namun, disela-sela itu mereka menikmati kebersamaan bersama teman. Mengobrol atau sekedar makan camilan di kantin kampus.
Siang yang cukup terik. Matahari bersinar dengan perkasa. Untung saja pohon-pohon tinggi di taman kampus, menangkal panas matahari. Hingga duduk di bawahnya terasa nyaman.
Dedaunan jatuh tepat di dekat kaki Sofia. Dia tendang-tendang daun itu sampai berserak. Dia baru selesai melihat Haze latihan untuk konsernya besok di mall Kak Saga, tapi karena ada yang harus diurus laki-laki itu Haze memintanya menunggu di taman. Entah apa yang dia urus, sampai harus menyuruh Sofia pergi. Jadilah dia di sini sekarang, menyeruput stroberi milkshake sambil bermain dengan dedaunan dan mendengarkan musik.
Sofia melihat hpnya, pesan dari Jen.
"Ah untung saja ada Kak Revan."
Jen mengirim fotonya bersama Revan yang sedang ada di toko buku. Mereka berdua terlihat senang gumam Sofia.
Hihi, kalau dilihat begini Kak Revan tampan juga kok, nggak kalah sama Kak Raksa. Mereka jadi seperti orang pacaran. Lumayan lah ada yang bisa menemani Kak Jen. Tapi kasihan, Kak Revan disuruh-suruh Kak Jen. Mana nurut banget lagi Kak Revan. Hihi.
Diantara kakak-kakak teman Kak Saga, selain pada Dokter Harun memang Revanlah yang paling dekat dengan mereka berdua.
Saat melihat sekeliling, hanya lalu lalang orang yang tidak dikenal Sofia. Batang hidung Haze bahkan belum terlihat dari kejauhan. Apalagi aroma parfum yang dia pakai. Sofia memilih melihat sosial media. Dia mematikan musik, karena mau fokus membaca. Hobinya membaca kalimat bijak masih terjaga sampai sekarang.
Sambil sesekali mengeja dengan suara keras apa yang dia lihat, Sofi menekan tanda like pada postingan yang dia sukai. Ada langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya, dia sudah tersenyum sambil mendongak, senang Haze datang. Tapi, seketika senyumnya lenyap saat yang muncul bukan orang yang dia harapkan.
Senior yang dulu pernah mengejar-ngejar dia, sebelum dia berkencan dengan Haze. Muncul dengan senyum tidak tahu malunya. Sambil membawa dua gelas minuman di tangannya.
"Hei Sofia, sendirian aja?"
Ih, males deh kenapa seniornya yang satu ini yang harus muncul sekarang.
Apalagi terlihat dia memang sengaja mendekati Sofia. Terlihat dari dua gelas minuman yang dia bawa. Sofia jadi merasa dia sudah mengintai sebelum mendekat.
Sofia tidak suka padanya, apalagi karena sedang tidak ada Kak Jen yang biasanya jadi tameng pelindungnya. Tidak ada Haze juga. Laki-laki di depannya tidak mau menyerah, walaupun sudah dua kali ditolak. Padahal dia dan Haze sudah terkenal sebagai pasangan kampus, tapi dia masih tidak tahu malu.
Seperti yang sudah diduga Sofia, laki-laki itu langsung duduk di samping Sofia tanpa bertanya. Celingak celiguk melihat sekeliling sebentar. Memastikan kalau Haze tidak terlihat.
"Minumlah, aku membelinya untukmu. Udaranya panas, stroberi milkshake kesukaanmu."
Sofia tersenyum dipaksakan, sambil meraih gelas miliknya sendiri yang sudah hampir separuh.
"Maaf Kak, aku sudah punya." Menggoyangkan minumannya di depan wajah seniornya. Laki-laki itu tersenyum kecut lalu menyeruput minumannya sendiri. Es kopinya sepahit hatinya saat ini.
Sofia melihat jauh ke arah studio yang tadi dipakai Haze latihan. Dia belum terlihat juga.
Kemana si dia.
"Sofi, kenapa kamu masih pacaran sama cowok cengeng begitu si, cowok yang didorong aja pasti meleyot." Senior menyerang mumpung ada kesempatan. "Pacaran itu sama cowok macho kayak aku ini." Menepuk lengannya yang terlihat kekar.
Hasil latihan rutin di pusat kebugaran.
Apa sih! Macho apanya, kakak-kakak pengawal di rumah juga lebih macho kali. Bisa bertarung sungguhan. Atau kalau mau cowok paling macho di galaksi ini ada orang menakutkan seperti Han. Tapi maaf ya seleraku bukan begitu. Sofia hanya bisa ngedumel dalam hati. Kalau dia meladeni orang seperti seniornya nggak akan ada selesainya.
Dia ditolak bukannya menyerah, tapi malah tertantang. Seperti mengatakan pada Sofia, kau akan menyesal sudah menolakku. Padahal Sofia sama sekali tidak perduli padanya.
"Dimana dia, kamu malah sendirian disini?"
Sofia menyeruput minumannya, sampai sedotannya membentur batu es.
"Apa si Kak, Haze sedang ada urusan di studio, aku menunggu disini sebentar, sekarang Kakak pergi aja, Haze sebentar lagi datang." Mengusir dengan jelas, kalau Sofi merasa tidak nyaman.
Bukannya paham, seniornya malah semakin tidak tahu malu. Menggoyangkan gelas kopi di tangannya.
"Aku kan cuma mau ngobrol sama kamu Sof, sombong banget." Menyeruput lagi kopinya. "Punyamu sudah mau habis kan, nih ambil. Aku kan tadi beli khusus buatmu." Masih memaksa Sofia menerima gelas milkshake. Benar-benar membuat Sofia mau menjerit dan menumpahkan gelasnya di baju seniornya.
Kalau orang bilang nggak mau ya nggak mau, kenapa masih maksa si.
"Kak, Kakak kan tahu aku sudah pacaran sama Haze, jadi jangan seperti ini donk. Inikan membuatku tidak nyaman." Melihat pesan hp. Balasan dari Haze lima menit lagi, dengan stiker bola mata berkaca-kaca.
Imutnya gumam Sofia.
Seniornya menghela nafas. Mengibaskan rambut.
"Memang apa bagusnya Haze, cowok kok cengeng begitu. Kalau diajak berantem bukannya bertarung dia malah nangis. Haha."
Hah! ucapan seniornya membuat Sofi kesal setengah mati. Itu bukan cengeng, memang kenapa kalau dia imut dan manis. Lagi pula selera tipe idealku memang begitu. Bukan yang macho-macho kayak kakak tapi mulutnya jahad. Mendengus sebal.
"Dia imut, manis lagi. Dan aku lebih suka yang begitu."
"Apa!"
Kata-kata Sofia seperti memanah harga dirinya. Dia bangun melihat Sofia kesal. Ya, dia memang jatuh cinta saat pertama kali melihat gadis di depannya ini. Bahkan sebelum dia jadian dengan Haze. Dia mengejar Sofia secara terbuka dan terang-terangan. Tapi menyebalkannya gadis di depannya jauh lebih frontal menolaknya dengan lebih terbuka.
"Sofia,"
"Maaf Kak, kalau kakak tersinggung. Tapi, kakak kan tahu aku menyukai Haze. Dulu kan aku sudah menolak acaran pacaran Kakak dengan baik-baik." Suara Sofia jadi sendu dan muram. Entah akting atau apa tapi membuat seniornya terhenyak dan merasa bersalah suaranya sudah meninggi tadi.
Dia memang imut dan lucu. Gumam seniornya.
"Sofia!" Suara Haze sudah terdengar, walaupun dia masih berada di kejauhan. Dia berlari sekuat tenaga saat melihat siapa yang ada di samping Sofia. Nafasnya tersengal saat sudah ada di samping Sofia. "Maaf, menunggu lama ya. Selamat siang senior." Dia menundukkan kepala dan menyapa seniornya.
Saingan cintanya dulu.
Mau apa kau disini? Ujarnya sambil memicingkan mata tidak suka.
Seniornya masih duduk dan hanya membalas sekenanya sapaan Haze. Hemm, sambil menganggukkan kepala tidak tulus.
"Sudah selesai?" Sofi menarik tangan Haze. Mengalihkan pandangan dari senior yang sengaja memancing perhatian. Kalau mereka tetap disini kata-kata tidak menyenangkan pasti akan didengar Haze. Karena dia senior, Haze pun tidak bisa menanggapinya berlebihan.
"Awwww!" Senior itu menjerit saat kaki Sofi menginjak sepatunya. Keras. Sakitnya sampai terasa di kaki.
"Eh." Sofi menutup mulut kaget saat sadar kakinya menginjak sepatu seniornya. "Hoho, maaf Kak, aku tidak sengaja. Nggak sakit kan Kak, katanya Kakak macho." Masih menutup mulut menahan tawa.
Wajah seniornya merah padam. Haze yang tidak tahu ada apa, mengekor saja saat Sofi menarik tangannya. Gadis itu tertawa sambil melambaikan tangan pada seniornya.
Haha, sialan, dia menggemaskan begitu, bagaimana aku bisa tidak tertarik padanya. Sang senior masih tidak tahu malu. Sudah ditolak dan dipermalukan masih saja menebar harapan. Dia memang imut, ujarnya sambil menunduk membersihkan sepatunya. Haze sialan, bisa-bisanya dia beruntung mendapatkan Sofi. Kali ini bicara dengan nada geram.
Sementara Sofia dan Haze bergandengan tangan berjalan menuju kantin kampus.
"Kamu nggak papa kan? Senior tadi nggak ngapa-ngapain? tapi Sofi, tadi kamu nggak sengaja menginjak sepatunya kan?"
Sofia tertawa sambil menunjuk penjual makanan, dan bilang mau makan itu.
"Aku nggak sengaja hehe." Menarik Haze masuk ke kedai. "Kalau dia mengajakmu bicara, bilang aja Sofi nggak suka cowok macho."
"Apa sih." Terserahlah Haze juga malas perhubungan dengan seniornya itu kalau tidak dalam situasi formal yang mengharuskan mereka bertemu. "Besok tepuk tangan yang paling keras ya, dukung aku di konser besok."
Pesta rakyat di mall milik Antarna Group. Haze sudah menyiapkan kejutan spesial untuk Sofia. Dia meraih tangan Sofia dan mencium punggung tangan gadis di sampingnya. Bahagia dan merasa beruntung, karena dari sekian banyak laki-laki yang mengejarnya, gadis di depannya melabuhkan hati padanya.
Keduanya menikmati makanan sambil melihat foto-foto yang mereka ambil di studio latihan tadi.
Bersambung
Aran sj yg melahirkan anak laki² & melayani nona erin sprti han melayani saga