Mata elang Layla mengamati pria yang akan menjadi suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tindikan di telinga, tato di lengan, dan aura berbahaya yang terpancar, adalah definisi seorang badboy. Layla mendesah dalam hati. Menikahi pria ini sepertinya akan menjadi misi yang sangat sulit sepanjang karir Layla menjadi agen mata-mata.
Tapi untuk menemukan batu permata yang sangat langka dan telah lama mereka cari, Layla butuh akses untuk memasuki keluarga Bagaskara. Dan satu-satunya cara adalah melalui pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Prok! Prok! Prok!"
Gemuruh suara tepuk tangan menggema di seluruh ruang Meeting Budiman Crop. Berkat suara yang diberikan oleh Joshua, kini Layla resmi menjadi pemimpin baru perusahaan tersebut.
"Terima kasih atas kepercayaan yang telah kalian berikan padaku, aku janji akan berusaha keras untuk memajukan perusahaan ini. Mohon bimbingan dan kerjasama dari kalian." ucap Layla dengan senyumnya yang merekah, kemudian Layla membungkuk sebagai tanda terima kasih.
"Selamat nona Layla." Harapan besar terpancar dari mata setiap petinggi Budiman Crop yang memberi selamat pada pemilik rambut panjang bergelombang tersebut.
"Terima kasih juga karena telah memberikan kesempatan besar ini padaku, aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian." Layla tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada setiap orang yang telah memilihnya.
Namun, di balik riuhnya perayaan, tersimpan bara yang belum padam. Ruang meeting yang tadinya penuh sesak, kini menjadi sunyi senyap, hanya menyisakan Layla dan Papa Indra saja.
"Dengar Layla, Walaupun kamu menang kali ini, tapi papa tidak akan tinggal diam. Papa akan merebut perusahaan ini kembali!" desis papa Indra dengan nada mengancam.
Layla menatap pria paruh baya itu dengan tenang, tidak sedikit pun gentar.
"Silakan saja pah. tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan mudah." ucap Layla dengan nada menantang.
"Dasar anak durhaka!" umpat papa Indra dengan wajah merah padam. Sebelum kemarahannya pada Layla semakin tak terkendali dan semakin mencemarkan nama baiknya di perusahaan ini, Indra memutuskan untuk pergi meninggalkan Layla sendirian. Layla tersenyum miring melihat punggung sang ayah berjalan semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu.
"Bu, semoga ibu senang melihat aku sudah berada di titik ini sekarang. Aku berjanji akan merebut kembali semua yang seharusnya menjadi milikmu." Layla berjanji dalam hati, ia akan memberikan yang terbaik untuk Budiman Crop. Melanjutkan impian mendiang sang ibu.
***
"Argggh!!! Ternyata menjadi pegawai kantoran cukup melelahkan juga." Layla meregangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku setelah memeriksa beberapa catatan keuangan perusahaan.
Ada banyak hal tidak wajar di sana, rupanya papa Indra sering menggunakan dana perusahaan untuk keperluan pribadi, misalnya membeli skin care untuk Nadin, dan juga biaya pemasangan implan payudara untuk mama Mita.
"Lebih baik aku lanjutkan pekerjaanku besok dan segera pulang sekarang, aku harus memberi pelajaran pada Adrian dan Monica. Apalagi Adrian sampai tidak pulang semalam. Dia pasti sibuk bersenang-senang dengan jalang itu." tangan Layla menggebrak meja di hadapannya dengan kasar.
Setelah urusannya di Budiman Crop selesai, Layla memutuskan untuk pulang dan kembali ke perusahaan besok pagi. Karena ada satu urusan yang masih mengganjal di hati Layla, yaitu memberi pelajaran pada Adrian yang telah berani berselingkuh dengan Monica di belakangnya.
Namun saat Layla hendak berjalan pulang, seseorang tiba-tiba menarik tangannya menuju tempat yang lebih sepi. Tubuhnya terhimpit di antara dinding dan tubuh kekar seorang pria tampan yang sangat Layla kenal.
"Mas Joshua? Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" Layla mencoba menghindar, tetapi pria itu menahannya lebih erat. Layla bisa merasakan aroma nafas Joshua yang beraroma mint saking dekatnya jarak di antara mereka berdua.
"Layla, selama ini aku berusaha keras agar bisa sukses hanya untuk dirimu. Kenapa kamu tega, Layla? Kenapa kamu malah menikah dengan pria lain?" ucap Joshua dengan mata berkaca-kaca. Layla bisa melihat kesedihan mendalam di balik wajah yang dahulu selalu ia rindukan setiap malamnya.
"Kamu menghilang begitu saja dan tidak memberi aku kabar selama bertahun-tahun. Aku pikir hubungan kita telah berakhir. Jadi, apa salahnya kalau aku menikah dengan pria lain?" balas Layla dengan nada dingin.
"Kau kejam sekali, Layla." Hati Joshua berdenyut nyeri mendengar jawaban wanita yang sangat dicintainya itu. Tujuan Joshua tidak menghubungi Layla selama ini adalah agar ia bisa fokus menyelesaikan kuliahnya. Joshua tidak mau menyia-nyiakan beasiswa kuliah di luar negeri yang telah susah payah ia dapatkan. Joshua tidak berasal dari keluarga kaya seperti Adrian, jadi semua yang ia miliki sekarang adalah hasil kerja kerasnya sendiri.
Setelah sukses, Joshua berniat untuk menemui Layla kembali, dan segera menikahi wanita yang dicintainya itu. Tetapi semua sudah terlambat sekarang. Layla sudah menikah dengan pria lain.
Layla terdiam. Ia tahu, Joshua tidak sepenuhnya bersalah. Ia juga tahu, di lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih mencintai pria itu. Namun, ia juga tidak bisa mengkhianati Adrian, suaminya.
"Maafkan aku, Mas Joshua. Aku sudah menikah sekarang. Kita tidak mungkin kembali seperti dulu." ucap Layla lirih, lalu melepaskan diri dari Joshua.
"Apa kau bahagia dengan pernikahanmu Layla?" tanya Joshua memastikan.
"Kenapa kau bertanya seperti itu mas? T-tentu saja aku bahagia." Layla sadar akan posisinya yang sudah menjadi istri orang sekarang, Layla tidak mau memberikan harapan palsu pada Joshua.
"Benarkah? Apa suamimu memuaskanmu di atas ranjang?" tanya Joshua lagi.
Bersambung...