Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8_Duo Ice
Senyum di bibirnya mengembang saat melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam metalik berhenti tepat di depannya. Hampir dua puluh menit ia menunggu, berdiam diri sambil berdiri, menunggu mobil jemputannya.
" Maaf non nunggu lama, di jalan macet tadi."
Seorang pria paruh baya berpakaian serba hitam segera menghampirinya, membungkukkan sedikit tubuhnya memberikan hormat kepada majikannya.
Senyum di bibirnya memudar di gantikan dengan dengusan tidak suka sambil bersidekap dada " Kebiasaan!" Ketusnya.
Pria paruh baya itu semakin menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap wajah nona mudanya " Maaf non, saya tidak akan mengulanginya lagi."
" Ihh pak Yanto kenapa sih? Maksud Raya itu kebiasaan Pak Yanto manggil Aya non, kan udah di bilangin panggil aja Raya atau Aya. jangan non! Yaudah seperti biasa panggil Aya neng aja kaya waktu dulu!"
Yang di panggil pak Yanto pun mendongakkan kepalanya. Sedikit memberanikan diri untuk menatap sang majikannya " Ternyata neng Raya masih sama ya," Ucapnya sembari tersenyum.
" Sama apanya?"
" Sama seperti dulu gak pernah berubah. Pak Yanto kira setelah pergi ke Australia selama 6 tahun si Eneng bakal berubah. Eh nyatanya masih seperti yang dulu."
Raya tersenyum, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya saja mendengar pendapat dari supir kepercayaan keluarganya. Pak Yanto adalah supir pribadi kepercayaan Ayahnya. Sebelum pindah ke Australia Pak Yanto bekerja pada Ayahnya sejak Raya masih kecil. Bagi keluarganya Pak Yanto bukan orang asing lagi, tapi mereka sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri.
Selama mereka di Australia, Pak Yanto lah yang menjaga Rumah mereka yang ada di indonesia, terkadang Pak Yanto juga yang siap siaga menjemput mereka di saat mereka kembali ke Indonesia hanya untuk berlibur atau yang lainnya.
" Ya enggak lah Pak. Aya masih sama kok sama Aya yang dulu. Lagian apanya yang mau di rubah coba? Kalo umur sih iya, sekarang Aya makin tua. Yaudah anterin Aya ke toko buku yah, ada beberapa buku yang aya harus beli."
" Iya Neng," Jawab Pak Yanto.
Pak Yanto segera duduk di kursi kemudinya dan segera melajukan Mobilnya menuju tempat yang di tuju oleh majikan mudanya. Raya duduk di kursi penumpang bagian belakang, tangannya Ia sandarkan pada jendela Mobil. Pandangannya Ia arahkan keluar jendela Melihat kendaraan lain yang berlalu lalang memenuhi jalanan Ibu Kota.
" Bapak pulang aja, tar kalo udahan aya telpon bapak lagi buat jemput Aya!" Setelah mengatakan itu Raya segera turun dari mobilnya. Toko buku terpampang jelas di sebrang sana.
Senyumnya mengembang sebelum melangkahkan kakinya, gadis itu menghela nafas pelan. Toko buku atau perpustakaan salah satu tempat kesukaannya. Selama di Australia Raya memang tidak memiliki banyak teman. Bahkan temannya masih bisa terhitung dengan jari. Maka dari itu Raya lebih banyak memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca buku. Selain buku pelajaran Raya juga suka membaca Novel dan Komik. Gadis itu suka cerita Fiksi, Fantasi, Horor dan Imortal. Jika Romance mungkin itu urutan yang terakhir yang Ia suka.
" Selamat sore dan selamat datang di toko buku kami."
Raya mengangguk kecil sembari tersenyum tipis saat penjaga toko menyambutnya dengan ramah. Raya melangkahkan kakinya memasuki toko buku itu semakin dalam. Raya mengedarkan pandangannya Ke setiap rak buku yang berada di samping kanan dan kirinya. Kedua Netranya sedang mencari buku yang Ia cari.
Dua puluh menit berlalu, tiga buku berukuran sedang sudah ada di tangannya. Buku itu adalah buku yang Ia butuhkan untuk kuliahnya. Dan sekarang saatnya dia berburu Novel dan Komik keluaran terbaru karya dari penulis Idolanya.
Gadis itu terus berputar mencari dengan teliti buku mana yang menarik minatnya. Terlalu banyak buku yang sudah di terbitkan oleh penulis idolanya tetapi satupun belum Ia temukan. Raya terus berputar kembali mencarinya dengan teliti dan " Itu Dia!" Tunjuk Raya Pada sebuah buku yang berada di rak paling atas. Gadis itu dengan cepat menghampiri rak itu, tangannya terulur keatas berusaha untuk menggapai buku incarannya.
Terlalu Tinggi. Tidak ingin putus asa begitu saja, Raya menjinjit kan kakinya berharap bisa meraih buku itu.
" Iisss tinggi banget aih. Tau banget kalo gue pendek. Kan susah ngambilnya!" Dumel Raya sembari terus berusaha meraih buku itu.
Berkali kali Raya menjinjit kan kakinya, bahkan dia sempat melompat lompat juga. Namun sayang beribu sayang tangannya masih belum bisa meraih buku itu.
" Nasib gue jadi orang pendek, ngambil buku aja kesusahan!" Ucap Raya frustasi mengacak surainya. Raya memegang pundaknya yang terasa nyeri dan pegal karena sedari tadi tangannya terulur keatas.
Gadis itu menundukkan wajahnya sesaat menghela nafas pelan, lalu kembali mendongakkan kepalanya melihat buku yang menjadi incarannya. Perlahan kakinya kembali berjinjit, tangannya kembali terulur keatas. Sedikit Lagi! Raya terus menjinjit kan kakinya terus berusaha meraih buku itu lagi.
Sreeekk
" Eh_" Raya kaget saat ada dua tangan yang memegang buku incarannya. Buku itu masih Di tempatnya tetapi kedua tangan itu siapa yang punya?
" Shaka, Key?!" Ucap Raya saat melihat kedua pria itu berdiri di kedua sisinya.
Raya menatap mereka secara bergantian, setelah itu kembali melihat buku incarannya yang masih berada di rak buku itu dengan tangan Shaka dan Key yang bertengker indah disana.
" Kalian mau beli buk...." Belum sempat Raya menyelesaikan ucapannya, kedua tangan pria itu melepaskan buku itu secara bersamaan. Meninggalkan Raya seorang diri begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
" Tuh bocah-bocah pada kenapa ya?" Tanyanya sendiri. Isss Raya mendengus. Kalau mereka tidak jadi mengambil dan membeli buku itu kenapa tadi dia tidak meminta bantuan pada mereka untuk mengambilkan untuknya?
" Dasar Dodol!" Rutuk Raya pada dirinya sendiri. Dan pada akhirnya Raya memutuskan untuk meminta bantuan pada penjaga toko untuk mengambilkannya.
Serasa cukup Raya pun segera pergi ke kasir untuk membayarnya. Tiga buku MK yang Ia butuhkan. Dua Novel Bergenre Fantasi dan Tiga Komik bergenre Imortal dan Horor. Totalnya delapan buku yang ia beli hari ini.
" Terimakasih!" Ucap Raya ramah setelah Menerima tiga paper bag yang berisikan buku bukunya. Karena lumayan banyak dan bukunya cukup tebal sehingga mau tidak mau buku itu di pisahkan sesuai ukuran dan ketebalannya.
Raya melihat ke kiri dan ke kanannya mencari tempat yang nyaman untuk menunggu Pak Yanto " Eh gue kan belum ngasih tau Pak Yanto? Yaelah Ray kenapa lo jadi pikun gini sih?"
Raya segera mengambil Handphone nya yang tersimpan dalam tasnya. Karena barang bawaannya yang lumayan berat membuat Raya sedikit kerepotan.
Bruuuk..
" Yah Kok pake ada acara jatuh segala sih? Jadi berantakan kan?"
Raya berjongkok Mengambil satu persatu bukunya yang berserakan.
" Eh_"
Raya kembali terkejut saat dua tangan terulur mengambil buku yang sama. Raya mendongakkan wajahnya melihat si pemilik kedua tangan itu " Kalian lagi?" Kata Raya sembari menautkan alisnya. Ya ya ya. Mereka siapa lagi kalau bukan Shaka dan Key. Kini tangan keduanya terulur mengambil buku yang sama. Raya menatap mereka bergantian, di otaknya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba.
Key berasal dari arah kanan dan Shaka berasal dari arah kiri. Tidak mungkinkan mereka janjian? Buktinya mereka berlawanan arah tapi kenapa mereka muncul bersamaan?
" Eh Kalian?!" Raya kembali mendengus saat kedua pria itu kembali pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan buku yang sempat mereka Ambil mereka Biarkan begitu saja.
" Dasar para cowok rese! Niat bantuin gak sih? Udah kaya jelangkung aja nongol tiba-tiba. Ngilang juga gitu aja. Dasar Duo Ice!" Ucap Raya kesal sambil mengambil bukunya yang sempat di pegang oleh kedua cowok itu. Kesal sekaligus bingung dengan kehadiran mereka secara tiba-tiba. Kejadian di toko buku dan kejadian tadi, Ck. Raya kembali menggusar surai hitamnya, kedua pria itu membuatnya pusing.
" Isss nyebelin banget sih tuh dua bocah. Nih ya gue yakin tadi mereka mau bantuin buat beresin buku gue kan? Tapi kenapa dua bocah itu.... ihhhhh tuh dua anak lagi musuhan kali ya? Diem-diem bae bibirnya sariawan? Ditambah mukanya yang kaku kaya papan triplek. Gak berwarna banget hidupnya datar kaya mukanya!" Dumelnya sembari duduk di halte bus yang tak jauh dari Toko Buku. Saat ini Raya sedang menunggu Pak Yanto untuk menjemputnya.
" Eh Tunggu Deh," Raya memicingkan matanya. Dan kini otaknya sedang bekerja keras tidak seperti biasanya " Kalo di Film atau Novel, yang gue inget sih kejadian tadi tuh kejadian yang romantis, kejadian yang akan terus teringat dan membuat keduanya baper. Eh itukan kalo cowok sama cewek, nah tadi kan si Shaka sama si Key, Cowok Sama Cowok?!" Raya mengingat saat Shaka dan Key tak sengaja mengambil buku yang sama saat di toko buku dan tadi saat Buku Raya jatuh berserakan.
" Eh kok gue jadi mikirin mereka sih? Tunggu! Tapi yang gue inget dan Gue tau.... Kalo cowok dan cewek? Bisa di bilang jodoh kan? Nah ini? Apa jangan jangan.... mereka jodoh juga?" Ucapnya membulatkan Mata.
" Dasar Dodol. Cowok sama cowok masa dibilang jodoh kalo sama Cewek mah iya aja. Dodol dodol dodol!" Rutuk nya pada diri sendiri sambil memukul mukul kepalanya berharap pikirannya kembali waras seperti Semula.
" Tapi.... seandainya Shaka atau Key jadi cewek, gue orang pertama yang bakal comblangin mereka. Mereka punya banyak kesamaan. Eh dingin sama dingin kalo bersatu gimana ya?Beku dong dunia ini! Mereka aja jarang ngomong gimana mau menjalin suatu hubungan coba?" Raya menyilangkan kakinya menopang dagunya sambil mengetuk pelan pipinya.
" Masa iya gue comblangin mereka? Kan cowok sama cowok? Kaya di dunia ini udah gak ada cewek lagi aja? Gue aja masih jomblo gak minat tuh dua cowok sama gue?"
" Ih kenapa gue mikirin yang Mustahil. Shaka ya Shaka. Key ya tetap Key. Mereka cowok dan akan tetap menjadi cowok. Gak mungkin kan mereka menjalin suatu hubungan layaknya seorang pria dan wanita?" Sadar Raya dari lamunannya.
" Ihhh Kak Randi tolongin Raya. Otak Raya eror!" Teriaknya membuat para penunggu bus lainnya menoleh kearahnya. Raya tersadar dari ulahnya. Dia tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
Tak lama kemudian mobil yang sama kini terparkir tepat di depannya. Karena masih malu dengan tingkahnya Raya segara berlari dan segera masuk kedalam mobilnya. Meminta kepada Pak Yanto untuk mengantarkannya kerumah sakit tempat dimana kakaknya bekerja.
Mungkin otak Gue perlu di servis! Pikir Raya.