Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Harus Menjauh
Suara ponsel Kaila berbunyi. Ada nama Tante Sandra tertera pada layar. Segera Kaila mengangkat teleponnya.
“Halo, Tante..” kata Kaila di telepon.
“Halo Kay… apa kamu baik-baik saja? Sudah dua hari ini kamu tidak ke toko,” tanya Tante Sandra.
“Iya maaf, Tante. Sebenarnya Kay sedang ditugaskan untuk ikut menghadiri acara kantor di luar kota. Maaf Kay lupa mengabari Tante,” jawab Kaila.
“Oh begitu. Bagaimana keadaan Gavin? Apa dia juga ikut denganmu?” tanya Tante Sandra lagi.
“Iya, Gavin ikut bersama dengan Kay, Tante,” jawab Kaila jujur.
“Apa tidak merepotkan jika harus ikut bekerja denganmu sampai keluar kota?”
“Tidak merepotkan kok, Tante. Perusahaan menyediakan pengasuh sementara untuk Gavin.” Kaila berusaha untuk jujur. Memang benar seperti itu kan? pikir Kaila.
“Benarkah? Atasanmu baik sekali. Ya sudah kalau begitu tante hanya khawatir saja dan merindukan Gavin. Kalau sudah kembali segeralah kemari.”
“Baik, Tante,” ucap Kaila lalu telepon berakhir.
Baru kali ini Kaila tidak sepenuhnya jujur pada Tante Sandra. Dia langsung merasa tidak enak hati. Tapi dia masih belum bisa bercerita tentang apa yang dia alami selama dua hari ini. Sebaiknya menunggu waktu yang tepat untuk memutuskan.
Sejak sampai di apartemen tadi, Kaila terus berada di dalam kamarnya berdua bersama Gavin. Pengasuh Gavin dia minta untuk beristirahat karena sejak kemarin dia sudah full menjaga Gavin selama di luar kota.
Kaila sedang melamun di tepi tempat tidurnya. Masih kepikiran apa yang telah mereka lakukan di mobil malam tadi saat di Surabaya. Dia kemudian takut akan hamil lagi. Karena pada waktu kejadian serupa setahun silam, hanya sekali saja dan dia langsung hamil.
“Aku harus membeli pil KB,” ucap Kaila. Dia lalu berdiri mencari tasnya untuk mengambil uang. Saat bersama Gavin keluar kota kemarin, dia menggunakan tas baru bermerk yang diperintahkan Hansel untuk dipakainya. Sehingga tas lamanya tertinggal di dalam kamar ini beserta dompetnya. Hanya Ponsel yang dia bawa di dalam tas barunya.
“Tapi, di mana aku menaruhnya ya?” Kaila bingung karena tidak menemukan tas lamanya.
Saat mondar mandir keliling ruangan mencari tasnya, tidak dapat juga ditemukan. Dia lalu mendengar suara Gavin merengek, namun hanya sebentar sudah tidak terdengar lagi. Dia lalu berjalan kearah box bayi ingin melihat Gavin tetapi Gavin tidak ada di dalamnya. Kaila langsung panik dan segera ingin keluar kamar mencari Gavin.
Tetapi belum sampai ke pintu kamar, terlihat Hansel sedang menggendong Gavin didekat pintu sambil menatapnya. Kaila pun merasa lega, ternyata Gavin tidak hilang.
“Sedang apa sampai tidak mendengar suara rengekan Gavin?” tanya Hansel datar.
“Eh, itu sedang mencari tas saya, Tuan,” jawab Kaila dengan suaranya yang lemah lembut.
Hansel lantas menoleh ke arah nakas di samping tempat tidur.
“Apa itu bukan tas?” kata Hansel menunjuk arah nakas dengan gerakan kepalanya.
“Bukan yang itu, Tuan. Tapi tas lama saya.” Jelas Kaila.
“Sudah aku buang,” tukas Hansel.
Kaila pun menjadi sangat terkejut, dia tatap mata Hansel dengan nyalang. “Di buang lagi? Kemarin motorku yang dibuangnya. Sekarang tas. Besok-besok rumahku lagi yang akan dibuangnya,” umpat Kaila di dalam hati sampai bibirnya terlihat mengerucut.
“Kamu mengumpatku?” Hansel curiga.
“Eh tidak, Tuan. Saya mana berani,” jawab Kaila cepat. Hanya berani di dalam hati saja, kata Kaila membatin lagi.
“Dimana pengasuh?”
“Saya memintanya untuk beristirahat, Tuan.”
“Tugasnya itu untuk mengasuh bukan istirahat.”
Kaila menghela napas. Dasar diktator tidak punya belas kasihan. Pengasuh juga manusia bukan robot.
“Kamu mengumpatku lagi.”
Kaila langsung menggeleng lalu meraih Gavin di gendongan Hansel.
“Tuan, sebaiknya Anda beristirahat dan segera mandi.”
“Memangnya badanku bau?” ucap Hansel tidak terima.
“Tidak, bukan begitu. Maksud saya sekarang kan sudah hampir malam dan Anda baru pulang dari bekerja, pasti lelah.” Kaila jadi heran sekaligus jengkel pada Hansel karena masalah tasnya yang di buang tadi.
Hansel akhirnya menurut dan pergi ke kamarnya untuk mandi sebelum waktunya untuk makan malam.
Saat sedang makan malam mereka berdua hanya diam saja. Sampai keduanya selesai makan, Kaila hanya mendudukkan kepalanya.
“Ada apa dengan wajahmu,” tanya Hansel.
Kaila lantas menyentuh wajahnya dan meraba-raba.
“Ck. Maksud ku kenapa wajahmu cemberut.” Hansel gemas melihat tingkah polos Kaila.
Kaila kemudian hanya menggelengkan kepalanya. Percuma juga bicara, tidak akan ada hasilnya bagi Kaila.
“Bicaralah,” ucap Hansel dengan pelan.
Barulah Kaila mulai berani untuk bicara.
“Saya membutuhkan tas lama saya, Tuan.”
Hansel mengerutkan alis. Hanya karena tas jelek itu dia sampai merajuk.
“Bukannya tas yang kuberikan jauh lebih bagus?”
“Iya. Tapi tidak ada uangnya. M-maksud saya uang saya ada di dalam tas yang jelek itu.” Kaila hampir salah bicara. Bisa-bisa kena semprot lagi kalau sang diktator merasa tersinggung.
“Kamu butuh uang?” Wajah Hansel berubah serius. Apa dia benar-benar sangat sedang membutuhkan uang? Hansel jadi menerka-nerka.
“Bukan begitu. Saya hanya mau membeli sesuatu dengan uang saya sendiri. Tidak perlu uang banyak kok,” jawab Kaila cepat.
“Membeli apa?”
“Itu… pil KB.” kata Kaila sedikit merasa malu.
Hansel tambah menautkan alisnya.
“Kamu tidak akan hamil dengan hanya sekali melakukannya,” ucap Hansel.
Kaila lantas menatap Hansel dengan ekspresi bertanya. “Lalu Gavin itu hasil dari berapa kali melakukan?” Batin Kaila.
“Waktu itu aku melakukannya dua laki denganmu,” terang Hansel seolah bisa membaca pikiran Kaila.
Mata Kaila membola. Apa? Dua kali? Kapan?
Kaila segera mencoba mengingat kembali kejadian saat digagahi oleh Hansel, dan kejadian itu hanya saat di dalam mobil saja.
“Aku melakukannya di dalam mobil dan di sini di dalam kamarku,” kata Hansel lagi seakan menjawab pertanyaan di dalam hati Kaila.
“Serius, Tuan?” Kaila tidak dapat berkata-kata lagi, menatap dengan tatapan tak percaya. Otaknya seperti berhenti bekerja. Dia lalu diam menatap Hansel. Hansel sedikit merasa terganggu dengan tatapan diam Kaila. Dia lantas berdehem dan membasahi tenggorokannya dengan air minum yang tersedia di atas meja makan.
“Saya permisi duluan,” ucap Kaila, kemudian berdiri dan melenggang masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah datar.
Hansel mengikuti pergerakan Kaila dengan matanya sampai Kaila hilang dibalik dinding dapur.
“Apa dia berpikir aku kejam?” Hansel bergumam.
Dia lalu menelepon Dika. Sahabat dan asistennya yang serba bisa di andalkan itu.
“Dika, percepat pernikahanku tiga hari kedepan.”
“Apa? Hey mana bisa seperti itu.”
“Undang keluarga inti saja. Jangan ada media.”
Terdengar helaan napas di balik ponsel Hansel..
“Baiklah bos.”
Hansel langsung menutup panggilan teleponnya.
Dia pun menyusul Kaila ke dalam kamarnya. Dilihatnya Kaila sedang berbaring di tempat tidur sambil menyusui Gavin.
Hansel masuk dan duduk di samping Kaila yang berbaring membelakanginya.
“Besok kita ke dokter kandungan saja. Jangan minum pil-pil yang tidak jelas seperti itu,” kata Hansel.
“Besok saya ingin bekerja, Tuan.” Kaila menyahut, nada bicaranya jelas terdengar marah.
“Kamu boleh kembali bekerja setelah kita ke dokter kandungan.”
Menghela napas kuat, Kaila akhirnya hanya mengangguk tanpa menoleh kearah Hansel. Hansel mengerti Kaila sedang kecewa padanya.
“Istirahatlah. Aku ada diruang kerja jika kamu membutuhkan sesuatu.”
Kaila mengangguk lagi. Hansel pun bangkit dari duduknya lalu keluar kamar dan menutup pintu.
Setelah pintu tertutup, Kaila duduk dan mengancing bajunya. “Aku harus pergi dari sini…”
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,