Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Mama Jasmin meminta Embun mendorong kursi rodanya ke arah kamar nya.

“Kamu tau, Raja itu pinter dalam segala hal bahkan masakan nya enak banget. Itu satu poin untuk kelebihan Raja, poin lainnya dia sangat menghargai wanita yang menjadi istrinya. Bahkan dulu saat bersama mantan istrinya, Raja tidak pernah menaikkan suara apalagi membentak Andin. Wanita itu hanya tidak tahu menghargai... padahal Raja hanya punya satu kelemahan. Dan bagi Tante ketidakmampuan Raja sulit mempunyai anak, itu bukan suatu kekurangan. Dokter mengatakan Raja mengalami Varikokel, pembengkakan pembuluh darah di dalam testis yang dapat memengaruhi produksi s p e r m a. Sekarang Raja sebulan dua kali pergi ke rumah sakit di Mount Elizabeth Hospital di Singapura dan Tante selalu berdoa Raja akan sembuh.“

“Kenapa tidak melakukan bayi tabung? Dari segi finansial, Bang Raja sepertinya lebih dari mampu.“

“Tentu saja pernah, tapi selalu gagal saat proses pembuahan. Sebaik-baiknya rencana manusia, lebih baik rencana Allah. Tante selalu menyakini, rencana Allah adalah yang terbaik dan selalu memiliki hikmah yang mendalam. Sekarang Tante yakin... itu karena Andin bukan jodoh yang baik untuk Raja. Hikmahnya, Raja terlepas dari istri tidak setia seperti Andin.“

Embun menatap dengan penuh hormat wanita yang masih cantik di usia lanjut itu, kerudung instant modern membingkai wajah putih bersinar milik Mama Jasmin.

“Tante, melihat Tante memakai jilbab rasanya adem hati Embun. Apa cobaan yang terjadi pada Embun karena Embun masih belum melaksanakan kewajiban Embun menutup aurat ya, Tan?“

Keduanya sampai di depan pintu kamar Mama Jasmin, ia mendorong pintu sampai terbuka.

“Masuk yuk.“

Embun mendorong kursi roda masuk ke dalam kamar yang terlihat elegan dengan warna burgundy yang lembut.

“Duduk di sofa,“ Mama Jasmin bangun dari kursi roda lalu berjalan perlahan ke arah meja nakas dan membuka laci. Ia mengambil album foto ketika Raja berusia 18 tahun saat ia menjadi ibu tiri Raja.

Embun duduk di sofa, Mama Jasmin ikut duduk di sampingnya. "Lihat foto ini... saat itu pertama kalinya Tante menjadi keluarga Raja, dia sangat hangat menyambut Tante menjadi Mama tirinya.“

Mata Embun membulat, "Jadi Tante?“

“Iya, Tante adalah ibu tiri Raja. Ibu kandung Raja meninggal saat dia berusia 13 tahun karena penyakit hepatomegali, itu adalah pembengkakan hati. Tapi Raja tumbuh menjadi pribadi yang sopan dan tak seperti kekurangan kasih sayang. Ternyata itu karena Ayah Raja, almarhum suamiku memang penyayang. Almarhum sangat baik yang mau menerima Tante yang waktu itu sudah pernah menikah dua kali...“

Embun tidak memotong, dia mendengarkan dengan seksama.

“Pernikahan pertama Tante gagal karena pengkhianatan suami Tante, lalu yang kedua suami Tante meninggal karena kecelakaan mobil. Sempat koma selama tujuh bulan, namun Allah lebih menyayangi mantan suami Tante dan akhirnya meninggal. Dia Ayah dari Melody... perempuan tomboy yang menyapa kamu tadi. Saat itu usia Melody 11 tahun, setelah Ayahnya meninggal dia tinggal dengan nenek kakeknya dari pihak Ayahnya. Tapi hubungan kami tetap baik dan sering bertemu. Kami sudah seperti ibu dan putri kandung.“ Mama Jasmin tersenyum karena mempunyai dua anak tiri yang sangat baik.

Kemudian keduanya terlibat perbincangan ringan dan hangat, sampai akhirnya Raja memanggil keduanya untuk makan.

Raja cosplay menjadi suami Embun, mengambilkan makanan bahkan dengan berani menyuapi Embun. Meski merasa itu salah, entah kenapa setelah berbincang banyak hal dengan Mama Jasmin, Embun akhirnya berusaha membuka hatinya untuk Raja.

“Tante, Embun pamit pulang.“ Bumil menyalami tangan Mama Jasmin.

“Jilbab-jilbab nya jangan lupa dicoba, kalau belum nyaman... jangan dipaksakan karena perubahan itu datangnya harus dari dalam hati.“

“Terima kasih Tante udah banyak kasih Embun nasihat dan juga saran.“

Keduanya pun berpelukan kembali sebelum Embun akhirnya diantar pulang Raja. Dalam perjalanan, Raja sedikit menjadi pendiam. Di rumah sakit Raja sudah meminta Assisten nya menyelidiki Melati sesuai permintaan Mama Jasmin padanya, dan tadi saat memasak Raja menerima informasi jika sudah menemukan keberadaan Melati, namun ternyata Melati bertemu dengan Elsa dan keduanya sudah dipastikan adalah ibu dan anak.

“Bun, apa kamu tau tentang keluarga Elsa?“

“Nggak, Bang. Aku malah tidak tahu selama ini Mas Gio selingkuh dariku dengan Elsa.“

“Sepertinya Elsa adalah putri dari wanita yang bernama Melati, sebenarnya Bu Melati ini pelakor yang dulu merusak rumah tangga Mama Jasmin dengan suami pertamanya. Dan... sebenarnya aku mempunyai satu dugaan, kalau sebenarnya kamu adalah putri kandung dari Mama Jasmin yang dipisahkan saat kamu bayi. Dari cerita Mama Jasmin, kamu dibawa pergi oleh Ayah kandung mu dari Mama Jasmin... tapi kamu malah dibawa kabur oleh Bu Melati dari ayah kandung mu.“

Embun syok, dia menatap Raja dengan tajam. “Bang, ini lelucon kamu kan? Kamu suka jahilin aku, apa ini juga salah satu candaan mu padaku?“

Jika benar cerita Raja, bukankah pengkhianatan yang sama terulang kembali. Dulu Melati yang menjadi pelakor di pernikahan orang tua Embun, sekarang Elsa putri dari Melati yang menjadi pelakor dalam rumah tangga Embun?

“Aku sudah menelepon Ayah kandung mu, namanya Bram. Sebaiknya kita runtut kejadian nya dari saat kamu masih bersama Ayah mu, itu adalah awal hilangnya kamu.“

Embun bagai disiram es, tubuhnya seketika menggigil. Raja melihat wajah Embun pucat, ia menarik tangan Embun lalu menggenggam tangan wanita itu untuk menyalurkan kehangatan dan dukungan.

“Embun, ada aku di sisimu. Kamu akan baik-baik saja, meski kisah menyakitkan di masa lalu akan menghantam mu.“ Raja pun mengemudikan mobilnya ke arah tujuan, yaitu rumah Bram.

*****

Bram di telepon Raja, namun Raja belum mengatakan apapun dan hanya meminta untuk bertemu. Bram sedang mencari keberadaan Melati berdasarkan informasi yang ia dapatkan setelah ia menyuruh orang untuk melacak plat nomor kendaraan Melati.

Bram mempunyai tabungan hasil bekerja nya ketika muda dulu setelah bercerai dari Melati, namun Bram menggunakan uang itu untuk mencari keberadaan Embun selama puluhan tahun ini. Bram menabungkan uang nya demi mencari putrinya, sekarang ia masih mempunyai uang dan meminta seseorang mencari plat nomor itu dan akhirnya Bram menemukan tempat tinggal Melati. Melati sedang bersama Elsa, keduanya tampak akan pergi dari rumah.

Bram berlari ke arah Melati yang baru saja masuk ke dalam mobil, “Melati! Tunggu!“

Mata Melati membelalak terkejut.

Pria sialaaan! Darimana dia tahu alamat rumah ku! Tidak! Aku nggak mau di penjara!

Melati menekan pedal gas dengan kecepatan penuh, kemudian...

BRAKKKK!