Nova Spire, seorang ahli medis dan racun jenius, tewas tragis dalam ledakan laboratorium saat mencoba menciptakan obat penyembuh paling ampuh di dunia. Tapi kematian bukan akhir baginya—melainkan awal dari kehidupan baru.
Ia terbangun dalam tubuh Kaira Frost, seorang gadis buta berusia 18 tahun yang baru saja meregang nyawa karena dibully di sekolahnya. Kaira bukan siapa-siapa, hanya istri muda dari seorang CEO dingin yang menikahinya demi tanggung jawab karena membuat Kaira buta.
Namun kini, Kaira bukan lagi gadis lemah yang bisa diinjak seenaknya. Dengan kecerdasan dan ilmu Nova yang mematikan, ia akan membuka mata, menguak kebusukan, dan menuntut balas. Dunia bisnis, sekolah elit, hingga keluarga suaminya yang penuh tipu daya—semua akan merasakan racun manis dari Kaira yang baru.
Karena ketika racun berubah menjadi senjata … tak ada yang bisa menebak siapa korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Kecil
Kini Kaira tetap tenang, membiarkan dirinya ditarik menuju gudang sekolah di lantai dua. Gudang itu terkenal jarang dilewati guru-guru, tempat sempurna untuk melakukan perundungan.
Setibanya di depan pintu gudang, Lolyta membuka pintu dengan kasar, lalu mendorong Kaira masuk.
"Nah, sekarang, si buta ini sudah tidak ada yang menolong," ujar salah satu gadis sambil terkikik.
"Cepat, kita hajar dia seperti dulu. Biar sekalian dia benar-benar lumpuh!" sahut gadis lainnya bersemangat.
Namun, sebelum mereka bergerak, suara Kaira terdengar dingin dan tajam, membuat mereka semua refleks berhenti.
"Lucu sekali. Kalian yakin ingin memulai ini?"
Lolyta mendengus.
"Berani sekali kau bicara! Kau pikir setelah koma kau jadi kuat, hah? Hari ini, kau akan tahu tempatmu!"
Kaira hanya tersenyum samar. Tangan kirinya menggenggam tongkat erat, sementara tubuhnya bergeser setengah langkah, postur siap bertahan.
"Aku sarankan kalian berpikir dua kali," ucap Kaira pelan, namun penuh tekanan. "Karena jika kalian mulai ... aku pastikan, kalian tidak akan keluar dari gudang ini tanpa luka."
Geng Loly terdiam sejenak, tidak percaya dengan perubahan sikap Kaira. Namun rasa penasaran dan amarah mereka lebih besar.
"Sombong sekali!" seru salah satu gadis, lalu melayangkan tamparan ke arah Kaira.
Namun dengan refleks cepat, Kaira memiringkan tubuhnya, menghindar.
Bugh!
Brugh!
Tangannya yang lain langsung bergerak, menekan titik rawan di pergelangan tangan lawannya. Gadis itu langsung meringis kesakitan.
"Aakhhhh!"
Semua orang terkejut, melihat Kaira bisa memberikan pukulan telak pada teman mereka.
Lolyta langsung tersadar, wajahnya berubah sinis. "Dasar gadis buta sialan!" teriak Lolyta.
Gudang sekolah yang remang-remang itu dipenuhi ketegangan. Udara terasa berat ketika geng Loly mendekati Kaira, mengelilinginya dengan tatapan penuh kebencian.
Lolyta, pemimpin geng itu, menunjuk Kaira dengan wajah bengis.
"Sekalian kita bunuh saja si buta ini, seperti dulu!" serunya, diikuti tawa licik anggota geng lainnya.
Mendengar itu, Kaira hanya tersenyum tipis. Ia sudah menduganya.
"Berani sekali kalian mengulang perbuatan yang sama," gumam Kaira, suaranya tenang namun penuh ancaman.
Saat salah satu gadis hendak menarik rambut Kaira, Kaira bergerak lebih cepat.
Bugh!
Brugh!
Dengan gerakan terlatih, ia menepis tangan itu dan melayangkan satu pukulan keras ke rahang gadis tersebut, membuatnya jatuh terhempas ke lantai.
"Araaggh!" teriak gadis itu, membuat yang lain terkejut.
"Jangan takut! Dia buta!" Lolyta kembali berteriak marah, memimpin serangan bersama gadis-gadis lainnya.
Namun, kali ini Kaira bukanlah gadis lemah yang bisa mereka tindas.
Dengan ketajaman instingnya, Kaira menghindari serangan mereka. Ia menunduk saat salah satu dari mereka mencoba menendang, lalu melayangkan tendangan balik ke lutut lawannya, membuatnya jatuh tersungkur.
Bugh!
Dugh!
Satu gadis mencoba menyerang dari belakang, tetapi Kaira seolah dapat merasakannya. Ia berbalik dan menyikut perut gadis itu hingga meringkuk kesakitan.
Bugh!
Brugh!
"Kau pikir aku selemah dulu?" bisik Kaira dingin.
Lolyta sendiri maju dengan emosi meluap-luap. Ia menarik tongkat Kaira, mencoba membuat Kaira kehilangan keseimbangan.
Tapi Kaira melepaskan tongkatnya, menarik tangan Lolyta dan memelintirnya ke belakang, membuat Lolyta menjerit.
Krak!
"Aarrgghh! Lepaskan aku!"
Brugh!
Kaira mendorong Lolyta hingga gadis itu terjatuh keras ke lantai, berguling kesakitan.
Dalam waktu sepuluh menit, seluruh geng Loly kini terkapar di lantai, mengerang dan memegangi tubuh mereka masing-masing yang memar.
Kaira mengibaskan tangannya, seolah membersihkan debu, lalu berdiri tegak di tengah mereka.
Dengan suara dingin dan tajam, ia berkata, "Ternyata kalian yang membunuh Kaira."
Ia menghela napas pendek, lalu melanjutkan dengan suara setenang es. "Tunggu saja. Aku akan membalas semuanya ... satu per satu."
Kaira berbalik tanpa memandang lagi mereka yang tergeletak. Suara ketukan tongkatnya menggema di dalam gudang yang kini sunyi, menyisakan teror membekas dalam hati geng Loly.
****
Suasana di koridor menuju kelas 3-A seketika menjadi tegang saat Kaira muncul. Ia berjalan santai menggunakan tongkatnya, wajahnya tenang tanpa satu luka pun.
Maura, Sonia, dan Tasya yang sudah menunggu dengan penuh harap melihat Kaira akan babak belur, terperangah. Mata mereka membulat tidak percaya.
Sonia, yang paling tidak bisa menahan emosi, segera melangkah cepat menghadang jalan Kaira. Ia menatap gadis buta itu dengan mata membara.
"Kenapa kau masih baik-baik saja?!" desis Sonia tajam, suaranya penuh ketidakpercayaan.
Kaira menghentikan langkahnya. Dengan tenang, ia mengangkat kepalanya seolah menatap Sonia, lalu tersenyum tipis.
"Aku hanya dari toilet. Tentu saja aku baik-baik saja," jawab Kaira dengan polos, suaranya terdengar tulus namun justru membuat wajah Sonia semakin merah padam.
Sonia mengepalkan kedua tangannya, berusaha menahan diri agar tidak meledak di tempat. Sementara itu, Maura dan Tasya yang berdiri di belakangnya hanya bisa saling pandang, tidak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.
Kaira, tanpa menghiraukan ekspresi mereka, melangkah santai melewati Sonia yang masih membeku di tempatnya, membiarkan suara ketukan tongkatnya menggema ringan di sepanjang koridor.
🍃🍃🍃🍃
Kini pembelajaran kembali berlanjut setelah istirahat. Terlihat Kaira dengan santai mendengarkan meski telah melewati mata pelajaran itu saat dirinya menjadi Nova dulu.
Suasana kelas 3-A yang semula tenang kembali menjadi gaduh ketika pintu diketuk keras dari luar.
Semua kepala menoleh, dan tampak geng Loly yang tampak kusut dan babak belur, masuk bersama seorang guru kesiswaan berbadan tinggi besar bernama Pak Herman.
Begitu memasuki kelas, Lolyta langsung menunjuk ke arah Kaira dengan wajah penuh kemarahan.
"Pak! Itu dia pelakunya! Dia yang menghajar kami sampai seperti ini!" teriak Lolyta dengan suara parau, menunjuk Kaira yang duduk santai di bangkunya.
Seluruh kelas membelalak. Beberapa murid bahkan saling berbisik tak percaya.
Pak Herman mengernyit, menatap Kaira dengan pandangan menilai. Guru pelajaran yang berada di dalam kelas, Bu Mira, juga melangkah mendekat.
"Kaira," ujar Bu Mira tegas, "Apakah benar yang dikatakan Lolyta? Bahwa engkau yang memukul mereka hingga babak belur?"
Kaira, dengan wajah polos dan tenang, berdiri sambil tetap menggenggam tongkatnya.
"Bagaimana mungkin saya, yang bahkan tidak bisa melihat, melakukan hal itu, Bu?" kata Kaira lembut, kepalanya sedikit dimiringkan seolah kebingungan. "Saya baru saja kembali dari toilet dan langsung masuk ke kelas. Lagipula, bagaimana mungkin seorang gadis buta bisa mengalahkan begitu banyak orang?"
Kelas menjadi riuh kecil. Beberapa murid mulai mengangguk setuju.
"Benar juga ...." bisik salah satu murid, "Dia bahkan harus memakai tongkat untuk berjalan."
Wajah Lolyta dan teman-temannya memerah karena geram. Lolyta tidak mau menyerah begitu saja.
"Jangan percaya padanya! Dia pura-pura! Dia yang memukul kami!" bentaknya keras.
Pak Herman mengangkat tangan, meminta semua tenang, lalu kembali memandang Kaira dengan serius.
"Apa ada saksi lain yang melihat kejadian tersebut?" tanyanya.
Suasana menjadi hening. Tidak ada satu pun dari geng Loly yang bisa memberikan saksi selain dari kelompok mereka sendiri.
Kaira menghela napas kecil, lalu berkata dengan suara tenang, "Lebih baik bapak periksa CCTV."
seirinh wktu berjlan kira2 kpn keira akan bis melihat yaaa
ya panaslah masa enggak kaira tinggl di rumah keluarga fros aja panas padahal tau kalo kaira di sana tidak di anggap,apa lagi ini bukan cuma panas tapi MELEDAK,,,,,,