NovelToon NovelToon
Madu CEO Koma

Madu CEO Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Pihak Ketiga / Pernikahan rahasia
Popularitas:21.5k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

"Jika memang kamu menginginkan anak dari rahim ku, maka harganya bukan cuma uang. Tapi juga nama belakang suami mu."
.... Hania Ghaishani .....


Ketika hadirnya seorang anak menjadi sebuah tuntutan dalam rumah tangga. Apakah mengambil seorang "madu" bisa menjadi jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HANIA GHAISHANI MAHESWARA

Pagi yang begitu muram, awan tebal bergelantungan di langit. Siap menjatuhkan tetes airnya. Seolah ikut merasakan hati Hania yang biru, nyaris matai rasa. Setelah menandatangani kontrak kerja sama dengan sang Nyonya besar, kini saatnya untuk menandatangi surat pernikahan dengan sang Tuan.

Tanpa bunga.

Tanpa gaun putih.

Tanpa tamu, atau ucapan selamat dan doa.

Pernikahan ini, adalah pernikahan yang paling tidak diinginkan oleh semua wanita di dunia.

Dalam kamar megah, dimana sang pasien terbaring, ditemani beraroma disinfektan yang begitu Aroma yang akan menjadi saksi biru, dimana seorang pria yang bahkan tak sadar ia dinikahkan hari itu. Menikah untuk melanjutkan garis keturunannya. Entah bagaimana respon Tuan itu jika mengetahui apa yang terjadi padanya hari ini. Marah kah? Atau malah mendukung apa yang terjadi? Hania pun tak pasti.

Nam, semua itu tidak penting. Karena dia juga tidak tahu kapan laki-laki itu akan bangun. Sedikit ada harapan agar sang Tuan terlelap lebih lama, setidaknya sampai dia meninggalkan neraka ini. Sampai bayi yang akan dia kandung lahir. Agar tak ada interaksi antara dia dan Brivan. Cukup statusnya saja, jelas seorang janda, nanti.

Hania berdiri di samping kiri ranjang, dengan memakai stelan seragam kerja berwarna biru navy. Rambut panjangnya digelung rapi, wajah wanita itu masih pucat dengan luka di sudut bibir yang belum sepenuhnya mengering. Tatapan penuh kehampaan, tak ada sedikitpun kebahagian layaknya mempelai pengantin. Sementara itu, Brivan Maheswara terbaring tak bergerak di atas ranjang, tubuhnya dihubungkan dengan berbagai selang dan alat medis. Masih seperti yang terakhir kali Hania lihat sebelum dia berusaha kabur, dan berakhir di ruang bawah tanah.

Saka duduk di kursi, sebelah kanan ranjang, menyiapkan dokumen.Ivana berdiri di samping Audy yang membisu, matanya tak menatap Hania sama sekali. Hanya sorot dingin dan lelah dari seorang wanita yang kehilangan segalanya… termasuk suaminya yang kini, harus rela dibagi. Ada amarah yang di tahannya, semua ia telan dalam diam. Keadaan ini mencekiknya, memaksanya melakukan sesuatu yang teramat dia benci. Tak berdaya, Audy benci perasaan itu. Tapi kenyataanya sekarang dia seperti itu, ia tak berdaya dengan takdir yang mengharuskan orang asing masuk dalam rangkaian cerita cintanya. Walau sementara, tetap saja akan ada bekas.

“Silakan, Hania.”

Saka menyodorkan map, berisi surat perjanjian pernikahan dan buku nikah . Hania yang sedari tadi membeku dengan dengan tatapan kosong, menoleh, tangannya terulur pelan mengambil map yang di sodorkan Saka. Pena sudah tergenggam. Satu tarikan napas, lalu ia mengukir nama diatas kertas tepat dimana namanya tercetak jelas.

Hania Ghaishani Maheswara.

Tak ada senyum. Tak ada getaran bahagia.

Nama itu hanya deretan huruf tanpa makna. Bukan kebanggan yang terasa, tapi beba dan luka yang tertoreh bersama dengan goresan pena. Setelah selesai, Hania mengembalikan map dan pena pada Saka.

Pengacara itu kemudian mendekat ke ranjang. Mengangkat tangan Brivan dan menekannya ke stempel tinta, lalu ke atas kertas dimana namanya dicetak, pada tiga lembar dokumen itu.

Bekas sidik jari Brivan sudah tertanda di sana. Sebagai tanda, bahwa seorang pria yang tak sadar kini sudah bersuami.

“Selesai,” ucap Saka singkat.

Selesai, satu kata yang membuat dada Hania semakin sesak. Nyatanya ini baru awal. Awal dari satu pernikahan yang terjadi tanpa saksi, tanpa hati, tanpa restu, tanpa cinta. Sebuah cerita yang syarat akan kehampaan dan air mata akan dimulai. Perjalanan yang pasti tidak akan mudah, tapi cerita ini akan singkat. Tangan Hania mengepal kuat, membulatkan tekatnya untuk tetap berdiri tegap. Sebuah rencana sudah mulai tersusun di otak wanita itu. Setelah semua ini selesai, Hania pastikan dia akan membahagiakan dirinya sendiri.

Saka memberikan surat pernikahan yang telah di tandai kedua mempelai. Audy menatap kertas itu tanpa menyentuh, dengan ekspresi sulit dibaca. Ia lalu bangkit dan melangkah pergi. Saka segera menyimpan dokumen itu dan mengikutinya.

Ivana menoleh ke arah Hania. Tatapannya tajam penuh benci.

“Nikmati malam pertamamu, Nyonya Maheswara…" Ivana menyeringai sini, ucapannya lebih seperti ejekan daripada ucapan selamat

Wanita paruh baya itu tersenyum miring lalu keluar, menutup pintu perlahan. Kini ruangan besar itu hanya tersisa dua manusia asing yang baru mengikat janji. Hania... dan pria yang baru saja sah menjadi suaminya di mata hukum. Sedang untuk Tuhan, Hania belum bisa .... Janji dihadapan Tuhan dengan Brivan?

Sunyi.

Hania berdiri diam di dekat ranjang. Menatap wajah tenang Brivan, yang terlelap. Entah apa yang membuat pria itu begitu lama tertidur. Tapi tak apa, itu akan lebih baik. Brivan tidak perlu tahu semua ini. Tidak perlu kenal Hania, cukup nanti dia bangun saat semua sudah usai.

Perlahan Hania menarik kursi yang Saka duduki tadi, lalu menempatinya. Mengambil nafas dalam, lalu menopang dagu pada tangan yang tertumpu di lututnya.

"Jadi .. sekarang Anda suamiku, Tuan Brivan?"

Suaranya hambar. Pelan. Seperti tak percaya bahwa hidupnya kini berbalik sejauh ini.

Hania mendekat. Menatap wajah tenang Brivan yang masih setia memejamkan mata. Tak bisa Hania pungkiri, pria ini berwajah sangat tampan. Mirip seperti aktor turki yang ia lihat di sinetron beberapa waktu sebelum dia masuk ke neraka berkedok mansion ini. Tapi ketampanan itu seolah tak berarti, Brivan hanya tubuh kosong tanpa jiwa. Setidaknya untuk saat ini. Ia menegakan tubuh, mengangkat tangan, menatap jemarinya. Sebuah cincin emas putih polos tanpa hiasan tersemat di jari manisnya. Cincin yang Audy berikan semalam, dan Hania sematkan sendiri. Cincin yang kini mengikatnya dalam pernikahan yang bahkan tak ia inginkan.

Hania tertawa lirih… pelan… tapi nyaring di hatinya sendiri. Ia lalu menatap Brivan lagi. Tawanya menggema pelan di ruangan itu. Tawa getir. Bukan bahagia… tapi cemoohan untuk nasib sendiri.

“Mimpi apa aku sampai punya suami seperti Anda… Pria kaya raya, tampan. Pasti semua wanita ingin menjadi wanitamu? Berebut menarik perhatianmu? Ya .... Pasti seperti itu. Tapi untuk saya tidak ..."

Hania meredakan tawanya, menggeleng pelan sambil menghela nafas, melemparkan pandangan pada jendela kaca yang dibuka lebar.

“Aku tidak tahu apa Anda bisa mendengar apa yang saya katakan. Tapi menurut apa yang saya baca, seseorang yang koma masih bisa mendengar suara .... Jika memang bisa maka tolong Anda dengar ini baik-baik.”

Arah pandang Hania berubah, ia menatap dua kelopak mata Brivan yang tertutup rapat dengan tajam. Seolah Brivan juga sedang menatapnya.

"Saya ingin Anda tahu jika apa yang terjadi hari ini bukan sepenuhnya atas kehendak saya. Tapi semuanya telah menjadi kesepakatan saya dan istri Anda, Nyonya Audy. Saya tidak tahu kapan Anda akan bangun .... Tapi jika Anda bangun saat saya masih di sini dalam keadaan mengandung anak Anda. Saya mohon .... Jangan sudutkan saya, saya bukan perempuan jalang yang menjual diri pada keluarga ini. Kalian yang mencari dan membeli saya bahkan tanpa saya tahu .... Cukup sakit saya, cukup derita saya."

"Bukan sesuatu yang bisa dibangggakan menjadi yang kedua dalam pernikahan orang lain Tuan Brivan. Saya juga tidak bangga menyandang nama Anda dibelakang nama saya. Tapi saya butuh status, saya tidak ingin lagi di cemooh orang lebih rendah lagi .... Melahirkan seorang anak, akan sangat memperngaruhi fisik saya sebagai perempuan. Hanya ini alasan saya untuk menjadi istri Anda, agar tidak ada pertanyaan jika saya akan menikah dengan seseorang di masa depan nanti."

Hania menunduk, suaranya bergetar. Ia menggeleng lemah dengan suara yang nyaris putus asa, tak ada lagi air mata.

"Saya akan mencoba menjadi ibu yang baik, bagi janin yang akan kalian titipkan di rahim saya. Jadi tolong manusiakan saya ... Selayaknya manusia selama saya di sini," lanjutnya dengan nada tegas.

Helaan nafas berat terdengar dari wanita itu, lega. Meski dia ragu apa Brivan mendengarnya. Ia mendongak menatap langit-langit yang tak memberinya jawaban apa pun.

Hari itu, Hania resmi menjadi nyonya Maheswara. Nama yang tertoreh bersama luka… dan ketidakpastian panjang dibalik semua ke mewah mansion itu.

1
Aulia Zahra
Beneran itu suster Fira mau membantu kenapa tiba tiba dia berubah pikiran jd penasaran
Shakura
eh kok tiba2 Fira berubah pikiran mau bantuin Hania.. semoga beneran ya jangan ada udang di balik batu loh .

emaknya Brivan buruan pulang selametin anakmu.. jangan sampe telat..
Zii
kenapa vira berubah fikiran
Nina Ananda
oalahh kira² apa yg udah terjadi sama suster Fira kemarin² aja dia ngotot gak mau bantuin Hania sekarang malah datang sendiri langsung bilang mau bantuin Hania, jadi penasaran apakah udah terjadi sesuatu sama suster Fira 🤔
Desi Sari
ibunya brivan jd blm tau apa2 kondisi brivan dan audy yg udh gk hamil lg
Desi Sari
kepo alasan ap yg membuat fira tiba2 berubah pikiran
Tulip's 🌷
jadi penasaran, kenapa suster Fira tiba-tiba ingin membantu Hania
Tulip's 🌷
bener2 munafik banget si Mario, padahal dia yang bikin brivan tidur.
Putri Nurril
wowwwwww
emak nya brivan bakalan pulang. dan si nenek tapasya pasti gak bisa bergerak sesuka hati nya setelah ini
Sweet Mango
Ga sabar nunggu kejutan dari ayah dan ibu nya brivan. apa yang mau di perbuat Mario, Audy dan ivana di depan mereka ? suruh Audy pura² hamil atau gimana
N.M.Q
Sebentar lagi apa yang perbuat mario pasti akan tercium oleh ayah dan ibu nya brivan
Novi Manggala Qirani
Kayak nya Fira tahu sesuatu sampai akhirnya mau mambantu Hania, mungkin dia mendengar Mario dan ivana bicara
Sweet Mango
Mario pengen nguasain kekayaan Brivan, lewat Audy ?
Oh nggak bisa, yang mengandung anak brivan itu hania, jadi Audy gak ada hak emm
N.M.Q
Kalo kesadaran brivan bukan kuasa mu, berati kesehatan brivan juga bukan kuasamu Mario !!
kapan aja,, Brivan pasti bisa bangun melawan bius yang kau ciptakan !!
Novi Manggala Qirani
tu kan, hmm tapi Mario melakukan ini pasti tidak semata² demi Audy, dia juga punya tujuan tersendiri
Anita♥️♥️
ada apa dengan Fira??kenapa tiba" dia mau membantu Hania??
Kenara 💜
jeng jeng Audy kamu tidak bisa berbohong lagi. tolong ibunya brivan. jangan bilang²
Sahidah Sari
ada apa dengan suster Fira ya? apa yg sdh terjadi sama dia.trs knp dia tiba tiba mau bantu Hania tp syukur lah dia berubah pikiran.

apa ibunya Brivan ga tau ya klu Audy sdh keguguran dan anaknya lagi terbaring sakit.
Afiq Ditya
Kenapa tiba² Suster Fira mau membantu Hania untuk membuat Brivan bangun??tapi keadaannya yg kacau justru bikin penasaran,, hal apa yg buat Suster Fira berubah,,
Ibunya Brivan akan datang,, berharap bgt dia akan bisa membawa Brivan pergi bersamanya,jika Brivan menjauh dr Mario,itu artinya Brivan akan bisa segera sadar,,,
Yanti99
Fira kenapa tiba" berubah pikiran,,apakah dia punya rencana lain?
nah loh ibunya brivan mau ke indo jenguk brivan gimana ya nanti reaksinya kalau tau Audy udah ga mengandung lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!