Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Hansel
“Hansel..” batin Kaila.
Tiba-tiba lengan Kaila ditarik oleh Mona. Mau tidak mau Kaila mengikuti Mona mendekati Hansel, meski degupan jantungnya mendadak menggila.
“Ini anak magang yang bernama Kaila, Tuan,” kata Mona, yang lantas membuat Kaila menjadi bingung.
“Bawa dia ke ruanganku,” titah Hansel, tanpa melepaskan tatapannya sedikitpun dari Kaila.
Kaila hanya diam masih dalam kebingungan, ada apa sebenarnya. Mona pun hanya diam saja sambil masih menarik lengan Kaila memasuki ruangan CEO.
Sebelum masuk ke ruangan, Kaila sempat melirik kearah Mika. Mika ternyata adalah sekretaris CEO yang baru Kaila tau kalau orangnya adalah Hansel. Pantas saat Nadia menyebutkan nama CEO yang sebelumnya pensiun adalah tuan Richard, dan Kaila sempat teringat dengan nama Hansel Richard.
Mika pun sama, sedang menatap Kaila dengan semakin merendahkannya.
Saat mereka masuk kedalam ruangan CEO, hawa dingin pun menyambut. Ditambah dengan melihat tatapan Hansel pada Kaila yang semakin membuatnya ketakutan, karena masih tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi.
Di dalam sana hanya ada Kaila, Mona, Hansel dan Dika sebagai asisten pribadi Hansel. Dika sedari tadi memperhatikan Kaila yang terlihat semakin cantik dan lebih dewasa dari terakhir dia melihatnya. Tepatnya setahun yang lalu.
“Tuan, maafkan saya. Tapi terakhir saya melihat flashdisk itu ada pada Kaila. Dia yang selalu membawanya entah dapat dari mana. Padahal dia baru saja magang disini seminggu yang lalu,” Mona tiba-tiba berkata, membuat Kaila mengerutkan kening menatapnya.
“Dika, periksa isi flashdisk-nya,” perintah Hansel.
Mendengar suara itu, membuat Kaila langsung teringat pada Gavin. Dika lalu meminta benda itu pada Kaila dan langsung diberikan oleh Kaila.
Saat Dika membuka file didalamnya, dia lalu memperlihatkan kepada Hansel. Hansel lalu melihatnya beberapa saat, terdapat nama-nama karyawan yang bahkan ada nama Dika disana. Hansel tersenyum miring.
“Ternyata ada namamu juga disini Dika,” kata Hansel pada Dika sambil menunjuk kearah laptop. Dika langsung ikut melihat kearah laptop. Dia lalu berdecih. Apa mereka juga sengaja ingin menjebaknya?
Semua itu diperhatikan oleh Kaila. Masih bingung sebenarnya tentang apa yang terjadi. Tapi dia memilih diam.
“Kamu keluar sekarang.” Hansel menunjuk Mona. Dengan senang hati Mona undur diri karena menganggap dirinya sudah keluar dari kandang harimau dan bisa hidup dengan tenang setelah ini.
Kaila yang melihat Mona pergi, tiba-tiba merasa semakin takut. Saat dia menatap Hansel, rupanya Hansel juga menatapnya. Kaila pun langsung menunduk.
“Apa kamu tahu isi didalam flashdisk-mu ini?” tanya Hansel, dengan sedikit penekanan pada Kaila.
“Tidak, tuan..” sahut Kaila pelan. Hansel yang sekarang terlihat sangat mengerikan bagi Kaila. Sangat berbeda dengan Hansel yang dulu.
“Sudah berapa lama kamu bekerja disini?” suara Hansel lagi.
“Kurang lebih satu minggu, tuan.” Kaila menjawab masih dengan posisi menunduk.
“Siapa yang memberikanmu flashdisk ini?”
“Mbak Mona kemarin meminta saya menyalin nama-nama yang diberi warna merah ke table yang baru. Lalu menghapus table yang ada nama-nama berwarna merahnya.” Itulah yang kemarin dikerjakan oleh Kaila. Saat membuka file di flashdisk tersebut, dia langsung melihat ada sebuah tulisan besar yang berupa instruksi bahwa Kaila harus memindahkan beberapa nama kemudian menghapus table.
Dika melirik Hansel, tapi Hansel masih terlihat menatap Kaila yang tetap menundukkan kepala. Dika bahkan sudah tahu bahwa Kaila hanyalah korban yang sengaja dijebak.
“Baiklah. Dika apa hukuman bagi orang yang sudah berani melakukan korupsi di perusahaan kita.” Ucapan Hansel mengejutkan Kaila.
“Korupsi?” batin Kaila, masih dengan posisi yang sama, tak berani mengangkat wajah.
Hansel melirik Dika sekilas lalu kembali menatap Kaila dari tempat duduknya.
“Ehm. Kaila, enam bulan yang lalu ada mega proyek pembangunan di Sumatera. Data di dalam flashdisk ini seharusnya adalah nama-nama dari orang-orang yang ditugaskan membangun proyek di sana dan nama-nama ini sudah terbukti melakukan pencucian uang. Karena proyeknya sama sekali tidak ada pergerakan sampai saat ini,” terang Dika.
Kaila pun mengerti bahwa dia sudah di kambing hitamkan karena sudah menghapus nama-nama yang seharusnya bertanggung jawab.
“Totalnya ada sebelas orang dan salah satunya ada namaku?” sambung Dika, sedikit merasa lucu.
Dika memang selalu bolak balik Jerman-Jakarta untuk mengurus kedua perusahaan inti milik keluarga Hansel, tapi dia tidak pernah ikut dalam pengembangan proyek dilapangan. Karena Hansel sudah di beri mandat menjadi penerus tunggal perusahaan dan Dika adalah asisten pribadinya, maka sudah pasti dia akan sangat direpotkan oleh Hansel dalam memimpin perusahaan keluarga Richards. Juga karena Hansel masih harus fokus dengan perusahaan di Jerman sebelum bisa kembali kesini.
“Jadi berapa mereka membayarmu untuk mengerjakan ini?” tanya Hansel lagi.
“Tidak ada, tuan,” kata Kaila, heran. Bukannya dia baru akan gajian bulan depan. Melihat itu, Dika hanya memutar bola matanya, merasa Hansel sangat lamban dalam berfikir atau hanya ingin bermain-main dengan Kaila.
Lalu Hansel memperhatikan penampilan Kaila dari rambut kepangnya sampai kebawah kaki. Cantik, pikirnya. Dia tersenyum miring seperti sedang merencanakan sesuatu.
Beberapa saat lalu, dia juga tidak menyangka bahwa akan menemukan Kaila di perusahaannya sendiri. Tiba-tiba saja, ada rasa memiliki dalam hatinya.
Saat masih menunduk, Kaila melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Ternyata dia sudah sangat lama di dalam sana. Dia teringat Gavin, bagaimana keadaannya di rumah sakit bersama Astrid. Pasti Astrid juga ingin istrahat. Hansel melihat ekspresi Kaila yang tampak gusar. Hansel mengira, Kaila takut akan dia beri hukuman. Dia pun terfikir untuk mengerjai Kaila.
Diluar ruangan, tampak Mika sedang mondar mandir sedari tadi menunggu Kaila keluar dari ruangan CEO. Tapi sampai berjam-jam, belum juga tampak tanda-tanda pintu akan terbuka.
Saat Mona keluar tadi, dia sempat bertanya apa yang terjadi didalam, tapi Mona malas menjawabnya karena dia tidak suka dengan Mika yang sering menunjukkan sok kuasa karena jabatannya sebagai sekretaris CEO, padahal Mona sudah bekerja jauh lebih lama dari Mika.
Mika tampak kesal menunggu sampai-sampai pekerjaannya dia biarkan saja tidak tersentuh. Selama bekerja di perusahaan itu sejak lulus kuliah dan diterima bekerja melalui orang dalam, baru kali ini Mika melihat Hansel ada disana, karena Hansel selalu berada di Jerman. Hanya Dika yang terlihat beberapa kali muncul tanpa Hansel. Melihat akhirnya perjuangannya tidak sia-sia membayar mahal agar bisa masuk bekerja dan menjadi sekretaris Hansel, dia pun berjanji akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa mendapat perhatian Hansel dan tidak akan ditinggalkan Hansel lagi seperti dulu. Tapi dia sedikit kesal karena ternyata malah menemukan Kaila juga bekerja disini.
“Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan didalam sana sampai berjam-jam lamanya?” kata Mika kesal. Dirundung rasa penasaran yang teramat menyiksa dirinya, Mika pun berinisiatif untuk masuk dan menawarkan minuman, siapa tahu Hansel membutuhkan minum. Mika pun mulai mengetuk pintu.
Tok..tok..tok…
“Masuk.” Terdengar sahutan dari dalam. Mika pun langsung bersemangat lalu membuka pintu.
Begitu masuk, akhirnya dia bisa melihat, ternyata Kaila tengah berdiri di depan meja Hansel, dan Dika duduk di sofa tamu di dalam ruangan itu. Melihat Mika masuk, Dika memutar bola matanya.
“Hansel apa kamu mau minum? Biar aku ambilkan..” kata Kaila, mencoba sok akrab dengan Hansel.
“Apa maksudmu berbicara seperti itu padaku? Aku adalah pemilik perusahaan ini dan kamu harus memanggilku, Tuan!” jawab Hansel tegas. Agak merinding Mika mendengarnya. Dia lalu melirik Kaila yang hanya berdiri dan menundukkan kepala.
“Maaf, tuan. Apakah tuan mau saya ambilkan minuman?” kata Mika, dengan sedikit terbata karena tidak biasa bicara seperti itu pada Hansel saat dulu.
“Tidak perlu. Jangan sampai kamu memberikan aku minuman lagi,” sahut Hansel dengan penekanan.
Mika langsung gugup, teringat perbuatannya yang dengan sengaja menaruh obat perangsang di minuman Hansel di malam itu.
“Baik, tuan, saya permisi,” Mika ketakutan. Lalu dengan cepat keluar.
“Dika, aku ingin makan siang. Siapkan restauran dengan private room,” titah Hansel pada Dika.
“Dan bawa gadis nakal ini,” sambungnya.
“Siap boss,” sahut Dika, selalu siap sedia akan perintah sang bos.
Lalu segera menelpon restauran terdekat dan langsung mengatur reservasi.
“Maaf, tuan, apakah saya boleh istrahat diluar?” tanya Kaila takut-takut. Dia sedari tadi tidak memikirkan akan mendapat hukuman apa dari Hansel atas kesalahannya yang tidak dia sengaja itu. Tetapi dia sibuk memikirkan bagaimana kondisi Gavin di rumah sakit.
“Kamu sudah berani membantahku?” Hansel mulai galak.
Kaila hanya diam, makin menundukkan kepalanya.
“Memangnya kamu sedang ada janji dengan siapa? Pacarmu?!” cerca Hansel. Membuat Dika heran dengan tingkah Hansel yang tidak seperti biasanya. Sangat terlalu kepo, pikirnya.
“Tidak, tuan, saya mau ke rumah sakit,” jawab Kaila, masih dengan mode takut.
“Siapa yang sakit?” tanya Hansel. Lagi-lagi, membuat Dika terheran-heran.
Kaila jadi bingung menjawabnya. Tidak mau bilang anaknya yang sakit, takut kalau sampai Hansel tahu, apakah lelaki itu akan mengambil anaknya itu dan menjauhkannya dari Kaila.
“Itu.. teman saya yang sakit, tuan.” Kaila terpaksa berbohong.
“Baiklah, kali ini kamu aku lepaskan. Ingat bahwa kamu harus dihukum karena melakukan kesalahan di perusahaan ini,” ancam Hansel.
“Pergilah,” lanjutnya, membiarkan Kaila pergi.
Kaila pun segera permisi dan keluar. Saat keluar, barulah dia meregangkan ototnya yang pegal akibat berdiri berjam-jam dan hanya bisa mendundukkan kepala.
“Dia benar-benar diktator,” bisik Kaila.
Kaila menoleh kearah meja Mika tapi Mika tidak ada. Mungkin sedang istrahat makan siang, pikir Kaila. Setelah itu, Kaila buru-buru turun dan segera memesan ojeg online lagi dan menuju ke rumah sakit untuk menemui Gavin dan Astrid.
Didalam ruangan CEO..
“Dika, tugaskan orangmu untuk mengikuti kemana gadis itu pergi,” perintah Hansel pada Dika.
“Kamu masih menuduh dia melakukan kesalahan?” tanya Dika.
“Sejak kapan kamu mulai berani membantahku, hah,” hardik Hansel.
“Ck.. baiklah tuan muda, segera hamba laksanakan,” kata Dika, sedikit menyindir. Hansel hanya tersenyum miring. Memikirkan apa yang Kaila lakukan di rumah sakit, membuatnya penasaran.
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,