NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat
Popularitas:32.3k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 DBAP

Sebuah mobil sedan hitam berhenti perlahan di depan rumah mewah bergaya klasik milik keluarga Adroson. Begitu pintu terbuka, Nisa dan Dito digiring keluar. Beberapa pelayan langsung menyambut mereka dengan hormat. Bahkan para pengawal yang tadi tampak seperti penculik, kini membungkuk dengan sikap sopan.

"Selamat datang, Nona Nisa," ucap mereka serempak.

Nisa hanya menanggapi dengan ekspresi datar, seolah sudah terbiasa. Berbeda dengan Dito yang jelas-jelas kebingungan, bahkan sedikit gugup. Ia mendekat, berbisik pelan di telinga Nisa.

"Nona besar? Jadi kamu bukan pelayan restoran? Kamu nyamar kayak di drama drama gitu?"

"Diam sebentar, bisa?" sahut Nisa cepat, suaranya rendah tapi tajam. "Daripada mikir yang aneh-aneh, mending cari cara biar kita bisa kabur dari sini."

Dito terkekeh kecil, mencoba meremehkan ketegangan. "Kalau aku sih gampang. Lagi pula, yang mereka incar itu kamu, bukan aku."

Nisa menarik sudut bibirnya, seperti hendak tertawa, tapi tak ada tawa di matanya. Dito tak menyadari itu. Saat tawa palsu Nisa memudar dan suaranya kembali terdengar, nada dinginnya membuat Dito langsung membeku.

"Kamu pikir bisa semudah itu? Kamu sudah melangkahkan kaki ke tempat ini. Kalau mereka gak jual kamu ke Kamboja, mungkin tubuhmu bakal dikirim dalam bentuk potongan organ ke berbagai negara."

"Eh… jangan becanda gitu dong!" teriak Dito panik, matanya membesar, keringat dingin mulai menetes.

Suara Dito yang cukup nyaring menggetarkan udara tenang sekitar rumah. Tak lama kemudian, dari dalam bangunan megah itu, muncul sosok lelaki tua dengan tatapan tajam menusuk. Setiap langkahnya membawa tekanan yang membuat dada terasa sesak.

Langkah berat lelaki tua itu bergema di halaman, didampingi seorang pelayan setia yang mengikuti dari belakang. Wajahnya tegas, keriputnya mempertegas usia dan wibawa yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tatapan matanya langsung mengarah pada Nisa, dingin dan penuh tekanan.

Nisa menegang. Tangannya mengepal di balik gaun yang dikenakan sejak pagi. Wajahnya tetap berusaha tenang, tapi matanya waspada, siap untuk kemungkinan terburuk. Ia membisik lirih ke Dito, “Kalau dia bicara aneh-aneh, jangan ikut-ikutan. Kita harus tetap cari cara kabur.”

Namun, sebelum Dito sempat menjawab, lelaki tua itu mendekat, lalu yang terjadi justru tak disangka siapa pun.

“Dito?” Suaranya berubah. Lembut. Bahkan terdengar hangat. “Astaga, ini benar kamu, Nak Dito?”

Dito yang tadinya tegang seketika mengangkat wajahnya, mengedip beberapa kali, lalu berseru, “Lho! Kakek Salim?!”

Nisa menoleh cepat. Apa yang baru saja Dito katakan?

Dito melangkah cepat, menghampiri lelaki tua itu, senyumnya lebar. “Ya ampun, saya gak nyangka Kakek Salim tinggal di rumah sebesar ini! Selama ini saya kira Kakek cuma pasien biasa yang suka cerita-cerita soal kebun dan kucing!”

Kakek Salim terkekeh, matanya menyipit karena senang. “Kamu masih ingat semua itu? Wah, kamu memang cucu favorit saya di rumah sakit. Suster-suster juga bilang kamu yang paling sabar waktu ngurusin saya.”

Nisa masih terdiam di tempat, matanya tak percaya melihat Dito kini tertawa-tawa dan bahkan bersalaman hangat dengan kakeknya yang biasa otoriter. Ia mengedipkan mata beberapa kali, bingung antara ingin lari atau ikut tertawa sarkastik.

“Heh…” panggil Nisa pelan, suara setengah berbisik. “Jadi… kamu kenal?”

Dito menoleh sambil tertawa kecil, “Ya iyalah! Ini Kakek Salim, pasien langganan klinik tempat aku magang dulu. Dulu beliau cerita sering kesepian di rumah, makanya suka ngobrol panjang di klinik. Aku gak nyangka ternyata rumahnya kayak istana, hahahaha!”

Kakek Salim menoleh ke arah Nisa. Tatapannya langsung berubah tajam, kontras dengan sorotan hangat yang ia berikan pada Dito tadi. “Lihat? Bahkan orang luar pun tahu aku kesepian. Tapi kamu, cucuku satu-satunya, malah kabur terus setiap aku panggil.”

Nisa melipat tangan di dada, mendengus pelan. “Ya salah siapa?”

Kakek Salim menyipitkan mata. “Jadi kamu masih menyalahkan Kakek?”

“Kakek…” Nisa menghela napas berat, suaranya terdengar jenuh. “Aku ini masih muda. Masih pengen ngerasain hidup, bukan diatur-atur terus soal nikah.”

Ia memang selalu kabur setiap kali sang kakek menjodohkannya dengan anak-anak kolega bisnisnya. Dan setiap perjodohan itu, selalu ia sabotase dengan caranya sendiri—membuat si calon ilfeel dan menjauh dengan sendirinya.

Tapi Kakek Salim tak lagi menanggapi Nisa. Matanya kini kembali tertuju pada Dito. “Dito, nama kakekmu Bayu Anggara, kan?”

Dito mengangguk cepat. “Iya, Kek. Kenapa emangnya? Kakek kenal?”

Senyum tipis muncul di bibir keriput itu. “Tidak apa-apa. Besok, aku akan minta dia datang ke sini.”

Dito tampak bingung. “Tapi… Kakek Bayu lagi di luar negeri. Sepertinya gak bisa pulang dalam waktu dekat.”

Kakek Salim mengangkat alis, suaranya terdengar penuh keyakinan. “Kata siapa? Kalau demi calon cucu mantu, dia pasti pulang. Apalagi kalau aku yang meminta.”

Dito tercengang. “Calon… cucu mantu?”

Nisa yang sedari tadi berusaha diam akhirnya menyahut cepat—terlalu cepat. “Maksudnya kamu akan segera menikah, gitu aja gak ngerti?”

Begitu kalimat itu keluar dari mulutnya, Nisa langsung menyesal. Matanya membesar, sementara Dito menatapnya tak kalah kaget.

“Menikah?” seru keduanya hampir bersamaan, saling bertatap dengan ekspresi bingung dan panik.

Sementara itu, Kakek Salim hanya tertawa pelan, puas, lalu berbalik menuju dalam rumah dengan langkah ringan. Suara tawanya menggema, meninggalkan keduanya yang masih terpaku di tempat, dilingkupi kebingungan dan degup jantung yang mulai tak karuan.

***

Sementara itu, di sisi lain, Naya dan Arsen akhirnya tiba di rumah yang selama ini mereka tinggali. Begitu Naya turun dari mobil, ia langsung mendapati dua orang asing berdiri di depan pintu, seolah telah menunggunya. Matanya menyipit curiga.

“Siapa mereka?” tanya Naya datar.

“Mereka akan menjaga kamu,” jawab Arsen. “Aku nggak bisa terus-terusan di rumah karena jadwal operasi yang padat. Aku khawatir kamu kesepian atau butuh bantuan. Tapi tenang, kalau aku ada di rumah, mereka akan pulang.”

Penjelasannya panjang lebar, berbeda dari kalimat-kalimat singkat yang biasa Naya dengar dari Arsen. Justru karena itu, Naya menatapnya lekat. Terlebih saat tangan Arsen dengan tenangnya melingkar di pundaknya, seolah menyambut istri yang hendak menempati rumah bersama.

Andai semua ini terjadi saat pertama kali ia pindah, mungkin Naya akan merasa benar-benar jadi Nyonya Alastair. Sayangnya, Arsen baru menunjukkan sisi ini setelah semuanya terlambat. Dan itu cukup menyadarkan Naya, rumah ini, perhatian ini, bukan miliknya.

“Paman, nggak perlu seperti ini,” ucap Naya pelan namun tegas. “Lagi pula, setelah aku sembuh, aku akan kembali kerja di restoran. Jadi aku nggak bakal sering di rumah. Paling cuma malam, itu pun kalau nggak ada kuliah. Sebentar lagi juga mulai magang, jadi aku nggak butuh orang buat jagain aku.”

Perkataan itu seperti tembok yang kembali dibangun Naya, tebal dan dingin. Arsen bisa merasakannya. Dan dalam diam, ia sadar… mungkin inilah karmanya. Ia terus berpikir, mencari cara untuk menghancurkan tembok itu. Ia ingin Naya bisa melihat ketulusannya. Supaya kelak, saat semua rahasia terbuka dan Naya tahu siapa dirinya sebenarnya, gadis itu tidak pergi begitu saja.

“T-Ta… Tapi tetap saja, kamu butuh mereka, Nay,” ucap Arsen, mencoba membujuk dengan nada seramah mungkin.

“Tidak, Paman. Aku sama sekali tidak membutuhkannya,” tolak Naya dengan tegas, matanya tak menunjukkan celah untuk berkompromi.

Arsen menelan ludah kasar. Penolakan demi penolakan sukses memancing kesabarannya yang sudah setipis tisu. Akhirnya, ia berkata dengan nada lebih keras, menyiratkan emosi yang selama ini ia tahan.

“Kamu itu keras kepala sekali. Lagian, kamu masih butuh waktu untuk benar-benar pulih, kan? Sekarang, anggap saja semua yang aku lakukan ini… demi menjaga anak itu.”

Sunyi.

Naya menatap Arsen, perlahan seperti baru saja tersadar ada sesuatu yang selama ini disembunyikan. Napasnya tercekat.

“Ta-tapi kenapa, Paman?” tanyanya sangat penasaran.

Arsen menatap Naya, sorot matanya tak bisa lagi menyembunyikan apa pun.

“Karena dia adalah anakku!” cetus Arsen, tak mampu menahan kebenaran lebih lama lagi.

Naya membeku. “Apa?”

1
Nur Nuy
jahat banget si rokok pengen gua sumpal mulutnya gue buang ke empang
Hayurapuji: buat makanan ikan lele ya kak
total 1 replies
partini
jahat sekali ,,
Hayurapuji: kasian ke Puput gak sih kak?
total 1 replies
Milla
next min
Nur Nuy
seru pokoknya
Nur Nuy
lanjutkan
Hayurapuji: siap kakak
total 1 replies
Anbu Hasna
1 mawar untuk Naya.
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Uswatun Kasanah
Next Thor /Rose//Rose/
Hayurapuji: siap ditunggu ya kak
total 1 replies
Hayurapuji
yang mau double up, yuks beri like, komentar dan bintangnya kakak, biar semangat autornya ikut menyala.

terimakasih
Hayurapuji: ditunggu ya kak malam ini, hehe
css: mau dong kak
total 2 replies
partini
jreng jreng
Hayurapuji: jadi apa ayo jadi apa, tolong dibantu
total 1 replies
css
next
Hayurapuji: siap kakak
total 1 replies
Anbu Hasna
Itu namanya cemburu, Om
mely
mantap....
Nifatul Masruro Hikari Masaru
kok nggak jujur aja sih arden itu
Nifatul Masruro Hikari Masaru
wah keceplosan nih
Sinta bule
dauble up thour 🙏🙏
Hayurapuji: siap kak, ditunggu masih review
total 1 replies
partini
Arsen agak Laen loh ,,, cembukur
Hayurapuji: gak sadar dia kyaknya
total 1 replies
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
arsen gak satset. salah paham. mulu😢😢
Hayurapuji: hehehhe iya itu kak
total 1 replies
partini
busehhhh Arsen muter muter kaya obat nyamuk deh ,,apa nunggu Naya mau wasalam baru jujur ihhh gumussss , break dulu lah esmosi bacanya
Nifatul Masruro Hikari Masaru
sadis banget
partini
sampai kapan Arsen ,, bisa bisa mati rasa Naya 🤦
Hayurapuji: jangan atuh jangan ☺☺☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!