NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

"Mbak. Mas Tama inilah yang nolongin aku dari orang-orang jahat tadi." Ucap Sabrina menatap Tama dengan mata menyipit, melempar senyum manis dibalik cadar. "Disaat mereka hampir melecehkanku. Tiba-tiba dia Dateng dan ngelawan mereka semua, sendirian."

Semua kepala menoleh ke arah Tama secara serempak. Ekspresi mereka berubah—antara terkejut, syok, dan tak percaya. Namun sorot mata Tama hanya tertuju pada Sabrina, lembut. Penuh ketulusan.

Livy menutup mulutnya, Lucky menggelengkan kepalanya, menggulum senyum kagum pada sosok Tama. Leon dan Revan saling pandang,

sementara Bella…

Bella mematung. Matanya membulat, wajahnya menegang. Kata-kata Sabrina barusan menggema di telinganya, membentur hatinya seperti palu godam.

Tama? Menolong Sabrina dari orang-orang yang ingin melecehkannya? Seorang diri?

Satu hal yang pasti. Hati Bella mencelos saat mendengar cerita Sabrina. Bukan hanya karena itu, tapi karena pria yang baru ditemuinya itu telah menempati ruang dihati. Entah mengapa perasaan ini seperti tak asing, namun sulit dijelaskan alasannya.

Bella mengigit bibir bawahnya, menahan tangis. ia cemburu luar biasa.

"Thanks banget bro! Thanks banget!" Kata lucky semangat, penuh rasa syukur yang sulit diungkap lewat kata-kata.

"Makasih banyak, bang, sudah nolongin kakak saya" Kata Sean menimpali dengan rasa haru.

Beberapa orang ikut mengangguk dan mengucapkan terima kasih, wajah mereka tampak lega dan penuh penghargaan.

"Kalau nggak ada Lo mungkin entah gimana nasib Sabrina, bro." Ucap Raka tersenyum bangga, sambil mengedipkan satu matanya.

"Sabrina yang ditolongin Malah Gue yang baper sama Lo, bro. Muachhh!" Revan melempar flying kissing ke arah Tama.

Tama bergidik ngeri, mengusap lengannya merinding.

melihat ekspresi Tama yang terkesan lucu, tawa mereka pun pecah. sedikit mencairkan suasana yang semula hampa. Tapi Bella tetap diam. Dalam tawanya yang palsu, hanya dia yang tahu kalau hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Bella dengan suara serak, mengeluarkan suara. "Kita semua berhutang budi sama Mas Tama."

"Kalian terlalu lebay. lama-lama saya muak sendiri ngedengernya!" Kesal Tama. emosian.

"Bukan lebay, mas Tama. Tapi mas ini sudah baik banget sampai nolongin adik saya. Jara-"

"Sudah tugas saya melindungi, mbak Sabrina." Tama memotong ucapan Bella.

Suasana hening menyusup. Kalimat-kalimat itu menggema kembali dibenak Bella, membuat Hatinya terasa gilu dan perih.

"Biasanya laki-laki kalau melindungi wanita, itu Karena dia punya rasa, loh." Celetuk livy serius.

Kepala Bella terangkat. Ia menatap livy sekilas, lalu menatap Tama lekat-lekat. Namun pria itu sejak tadi hanya menatap Sabrina.

"Bener mas? Kamu punya perasaan sama adik saya? Maksudnya, Sabrina?" Tanya Bella. Hatinya getir.

"Ya. Saya memang naksir sama dia." Ungkap Tama terdengar jelas dan serius.

Suasana pun sunyi kembali. Ungkapannya menggema dalam kepala semua orang, terutama Bella, yang merasa dadanya dicengkram kuat oleh sesuatu yang sulit dijelaskan.

"Dia cantik banget. Perhatian, baik, lembut juga. Bikin saya nyaman. Cuman Dia wanita terbaik yang pernah saya kenal, selebihnya nggak ada."

Bella tertunduk, matanya berkaca-kaca, berusaha menahan air mata yang nyaris tumpah.

Dengan suara tegas namun serak, Bella berkata. "Lupakan adik saya! Percuma juga kamu naksir dia. Kalian nggak akan pernah bisa bersatu. Mau sekuat apapun perasaan kamu, nggak bakal ngebuat adik saya ngebalas cinta kamu. Carilah wanita lain"

Lucky menoleh, keningnya berkerut. Kenapa Bella mengatakan itu?

"Apa urusannya dengan anda? Nggak usah nyuruh-nyuruh saya mencari wanita lain. Perasaan saya. Urusan saya. Bukan hak siapapun buat ngatur-ngatur. Terutama anda! Paham!" Tegas Tama dingin.

Kata-kata itu menyentak perasaan Bella. "Tapi saya nggak suka. Sabrina masih mencintai suaminya." Ucap Bella matanya memerah, terluka.

"Saya nggak peduli. Kalau saya dan mbak Sabrina sama-sama suka. Lantas apa hak anda? Mau melarang? Karena anda kakaknya? CK! Sadarlah posisi anda. Kau hanya sebatas kakak. Tidak lebih dari itu." Kata Tama tajam, penuh penekanan.

"Kamu!!" Bella menggeram kesal, sorot matanya menyala. hatinya sesak tak tertahankan. Kalau sampai Sabrina dan Tama bersatu ialah orang paling pertama yang akan menentang. Tentu karena tidak rela. Cemburu.

"Apa? Kau marah dengan fakta yang saya katakan? Mau ngamuk? Anda kira saya takut? Hah?" Bentak Pria itu bangkit dari duduknya. Ia hampir mendekati Bella. dengan cekatan Sabrina menarik pergelangan tangannya, hingga Tama kembali terduduk. Namun kemarahan masih membara di matanya.

Air mata berlinang. Bella tak bisa lagi menahan diri. "Jangan bentak-bentak saya!" Teriaknya keras. beranjak dari duduk. Ia mengambil toples, nyaris melempar toples kaca ke muka pria itu.

Belum sempat toples melayang, livy Eva dan Rara buru-buru memeluknya dari samping, mencegah aksi itu. menahan tubuh Bella yang terus memberontak, menenangkan wanita itu yang tengah mengamuk-ngamuk, dan ketiga wanita itu mendelik sinis kearah Tama yang memicu ketegangan.

Para pria yang menyaksikan, ikut tegang, wajah mereka penuh kekhawatiran sekaligus keterkejutan melihat kemarahan bella. Disisi lain, Tama tak takut, tak gentar. Ia tetap santuy menyaksikan Bella yang ngamuk, sembari menggunyah nastar.

Bella berteriak-teriak. Ia tak terima kemarahannya disepelekan oleh tama yang masih menyantap nastar.

"Bro! Plis! Jangan bentak-bentak cewek!" Tegur lucky lembut, meski ia sering disakiti. Namun melihat Bella yang dibentak oleh orang lain, entah mengapa ia tak tega.

"Bro! Plis ini mah! Jangan ngunyah nastar dulu Napa. Gue juga belum pernah nyoba tuh nastar selama nongkrong disini." Seru Revan setengah kesal, mencoba menahan tawa ditengah Medan perang.

"Enak banget nastarnya." Kata Tama menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan, menikmati nastar yang dikunyah.

"Bagi satu bro!" Celetuk lucky penasaran dengan rasanya.

Tama menyodorkan toplesnya. Lucky meraih 3 nastar dan menyantapnya. wajah berbinar seketika. Ternyata Beneran lezat. ia berkomentar memuji nastar. Menghiraukan Bella yang menjerit-jerit disampingnya.

Yang ikut menyaksikan jadi kebingungan, antara pengen marah atau juga kepingin ketawa ditengah suasana panas yang sedang melonjak-lonjaknya.

"Orang tua saya saja tidak pernah membentak saya! Kamu orang lain, bukan siapa-siapa saya, malah berani-beraninya membentak!" Kata Bella. wajahnya merah padam, marah disepelekan.

"bodoamat! Wanita seperti anda memang pantas dibentak-bentak! Apa mau ngamuk? Sini ngamuk!" Tantang Tama tak gentar sedikitpun dengan sorot mata tajam Bella.

"Bang! Sabar bang! Jangan marah-marah sama kakak saya!" Kata Sean merasa kasihan dengan Bella.

"Bilangin ke kakak kamu, jangan suka mengatur-atur hidup orang lain. Tegur dia! Kalau perlu hantam aja nih pake toples! Lempar ke muka dia sampe memar!" Ketus Tama mengangkat toples berisi nastar barusan.

"Cukup!! Jangan kurang ajar!!" Pekik Bella ngamuk, air matanya tumpah.

"Yang kurang ajar anda! Bukan saya! Tau dirilah! Butuh kaca? Sepertinya anda tidak pernah sadar siapa yang salah! Jangan karena anda wanita, lantas merasa bisa bicara seenaknya, mengatur hidup orang, dan menyudutkan saya sesuka hati!" Bentak Tama, urat lehernya menegang.

Tubuh Bella gemetar. Ia menangis tersedu-sedu menutup wajahnya, sakit dan takut dibentak oleh seseorang. Baru kali ini ada yang berani membentaknya. Lucky saja yang sering ia sakiti, tidak pernah membentaknya.

Lucky ingin sekali memeluk Bella yang tengah rapuh. Namun semua itu harus ia urungkan dalam-dalam, malu sama orang-orang sekitar.

"Mas! Kamu apa-apaan sih ngebentak kakak saya!" Sentak Sabrina.

"Maaf, mbak Sabrina." Kata pria itu, nadanya melunak.

Suasana yang semula tegang, mendadak sunyi. Tangis Bella terhenti. Ia mengusap air matanya. Menatap Tama dengan sorot mata heran, tersirat kekaguman kecil.

Dia lembut? Bisa meminta maaf? Pikir Bella. Hilang sudah rasa sakitnya dalam sekejap karena sikap pria itu.

"Jangan minta maaf sama saya! Minta maaflah sama mbak saya, Sekarang!" Titah Sabrina tegas.

Tama mengganguk cepat. "Saya minta maaf!" Katanya. tanpa menatap Bella.

Bella tersenyum dibalik cadarnya, terkesima dengan caranya yang berani meminta maaf. meskipun ia tak menatapnya. "HM! Iya mas" Jawabnya lembut, seolah melupakan semua sikap kurang ajar Tama.

"Sudah kan, mbak?" Tanya Tama.

Sabrina mengganguk pelan. Tapi Dalam hati ia bertanya-tanya. Kenapa Bella bisa secepat itu memaafkan Tama? Padahal tadi nyaris melempar toples.

Aneh dan membingungkan, dengan sikap Bella yang suka rela memaafkan Tama, terlihat sangat tulus, bahkan ikhlas seolah tak mempermasalahkan kesalahan Tama barusan.

"Sabrina kok dia lembut banget sama kamu?" Tanya Bella tenang. Tapi hatinya cemburu.

"Orang kalau udah suka sama cewek. Pasti lembut bel. Bener gak bro?" Tanya lucky yang diangguki Tama.

Bibir Bella terbuka, namun tak sanggup berkata-kata, hanya bisa memendam rasa sakitnya seorang diri.

"Tama! Bagaimana bisa kamu selamat dari kontrakan itu? Seharusnya kamu sudah meninggal sama 5 korban tersebut." Tanya Leon mengalihkan pembicaraan.

"Kontrakan mana, kak?" Tanya raya.

"Kontrakan yang di berita tadi?" Livy menaikkan sebelah alisnya.

Leon mengganguk dan mengatakan kalau kontrakan tersebut dihuni Tama. Mereka terdiam dan beralih menengok tama dengan eskpresi sulit diartikan.

"Mereka bukan korban. Tapi pelakunya dan sayalah korban disini!" Jawab Tama menyangkal.

"Kamu korban?" Tanya Bella tak percaya.

"Boleh diceritakan awal mulanya bagaimana, bro?" Ujar lucky penasaran.

Bella dan Lucky terpaku saat Tama perlahan membuka mulut, suaranya tenang namun berat.

"Mereka bukan korban... mereka pelaku. Dan saya yang membunuh mereka semua."

Kalimat itu menghantam seperti palu. Bella membeku. Lucky mencengkeram lututnya erat. Tama lalu menceritakan malam itu—rumahnya digerebek lima pria bersenjata, pintu digergaji, lampu senter menerobos kegelapan. Ia bersembunyi di lemari. Begitu salah satu mendekat, ia menyerang dengan pisau, lalu merebut pistol, menembak empat orang, menghabisi yang terakhir dengan celurit.

Bella bergidik. Lucky menelan ludah. Ceritanya terdengar nyata terlalu nyata. Tapi bukan itu yang paling mengguncang mereka. Yang paling menakutkan adalah ekspresi Tama yang tetap datar saat mengatakan semua itu.

Lucky tahu Tama sedang tidak mengarang-ngarang cerita, ia paham mana orang jujur dan suka mengarang, karena dia sendiri pengarang paling ahli.

"Saya hanya membela diri."

Semua terdiam. Hening. Lalu suara-suara penolakan bermunculan, menyebut Tama jahat. Tapi pria itu membalas dengan ledakan emosi.

"Kalau kalian di posisi saya, apa kalian rela mati konyol?" Ia menggebrak meja kaca.

Semua terperanjat.

Bella tak bisa menjawab. Lucky pun diam. Dalam hati, mereka sadar apa yang dilakukan Tama mungkin salah di mata hukum. Tapi di ambang hidup dan mati, siapa yang bisa benar-benar menghakimi?

"CK! Dasar tukang menghakimi!" Bentak pria itu.

Suara beberapa orang kembali menghakimi dan mengecap nya orang jahat, seolah tak membenarkan tindakan tersebut.

"Iya, saya sudah melakukan kejahatan! Sekarang, laporkan saya!"

Tama menantang mereka semua. Namun Leon dan lucky segera membelanya dengan alasan mempertahankan diri itu penting daripada mati konyol. Lucky menambahkan kembali 'tama hanyalah korban'.

"Wajib banget mempertahankan diri, kalau kamu tidak sengaja membun*h mereka. Maka kamu tidak berdosa dan orang yang kamu b*n*h masuk neraka. Sedangkan kalau kamu m4t1, terhitung syahid karena kamu sedang mempertahankan diri." Timpal Bella lembut, ia tak menghakimi Tama. Justru tersirat kekaguman dengan sosok pria ini yang mampu melawan mereka, meski caranya ngeri.

"Mbak Bella. Mohon maaf, yang namanya memb*n*h orang lain itu dilarang! Dosa!" Sela Raka setahunya.

Bella menoleh padanya, tenang. "Dalam Al-Isra ayat 33 jelas disebutkan, 'Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar. mas tama membunuh karena mempertahankan nyawa, bukan karena niat jahat."

'adem banget ya tuhan. Dia pinter banget, arghhh!' jerit lucky kegirangan dalam hati. terbella-bella.

"Tapi cara lu pertahanin diri keren banget sih bro, bisa ngekill 5 orang itu sendirian. Jangan bilang lu pshyco?" Tebak lucky dengan nada bercanda.

"HM!"

"Hah?" Reaksi mereka tak mengerti.

"Tidak. Saya bukan pshyco."

"Oh. Kirain. Btw, lu nggak takut sama yang bawa gergaji mesin? Kan bunyinya ngeri tuh bro 'grong! Grong! grong!" Lucky menirukan bunyi gergaji mesin.

"Nggak. Justru, saya pengen banget motong kepala mereka satu persatu dengan gergaji mesin." Tama menyeringai. Semua membeku ditempat. Lucky tercengang. Bella menelan ludahnya keras.

Huek!

Huek!

Mereka semua menoleh tampak Leon dan Revan yang tengah muntah.

*

*

"Kalian kenapa bisa muntah? Mikir apa? Habis nonton film pemb*n*h*n?" Tanya Bella setelah ruangan bersih serta konflik antara Sabrina dan tama barusan.

Revan dan Leon hanya terdiam lemas dipunggung sofa. Lucky tak henti-hentinya mengomel jijik, sesekali menjitak kepala Revan.

Bella diam. Hatinya teriris kala teringat momen Tama dan Sabrina berpelukan tadi. Ada sesuatu yang sulit dijelaskan. Tetapi intinya, Bella tak suka, tak rela melihat pemandangan tadi.

Adegan tadi masih berputar-putar dibenaknya. Tama merengkuh Sabrina begitu erat, penuh kelembutan, kehangatan, seolah dunia milik mereka berdua. Menyaksikan momen tadi, Bella sempat meneteskan air mata.

Suara Tama kembali terngiang jelas di kepalanya, begitu tulus dan menyentuh, 'Sayang, bangunlah! Aku nggak mau melihat kamu rapuh di sini!'.

Bella hanya jadi penonton dan kata-kata Tama yang dilontarkan untuk Sabrina, membuat air matanya semakin deras saat tadi, sakit tapi tak berd4rah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!