NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Enemy to Lovers
Popularitas:4.9M
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Maksud hati merayakan bridal shower sebagai pelepasan masa lajang bersama teman-temannya menjelang hari pernikahan, Aruni justru terjebak dalam jurang petaka.

Cita-citanya untuk menjalani mahligai impian bersama pria mapan dan dewasa yang telah dipilihkan kedua orang tuanya musnah pasca melewati malam panjang bersama Rajendra, calon adik ipar sekaligus presiden mahasiswa yang tak lebih dari sampah di matanya.

.

.

"Kamu boleh meminta apapun, kecuali perceraian, Aruni." ~ Rajendra Baihaqi

Follow Ig : desh_puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 - (Sedikit) Centil

“Santai saja, aku hanya khawatir kau tidak mampu, Rajendra.”

"Apa?" Rajendra tertawa hambar, getir. Kalimat yang keluar dari mulut Bagaskara barusan justru terasa seperti pisau yang menusuk dalam-dalam.

Alih-alih terdengar peduli, itu terdengar meremehkan. Seolah dirinya memang tak lebih dari seseorang yang lemah dan tak berguna.

Tawa Rajendra berhenti seketika. Sorot matanya berubah tajam, nada suaranya kini serius, nyaris penuh luka. Pembicaraan yang awalnya tak dia sangka akan serius ini perlahan menjadi beban yang telah lama dia pendam.

“Kalau kau memang benar khawatir aku tidak mampu,” ujarnya pelan namun penuh tekanan. “Lalu kenapa malam itu kau menolak mendengarkan penjelasanku? Kenapa kau malah memaksaku menikahinya, Kak?”

Wajah Rajendra mengeras, napasnya memburu. Dia melanjutkan dengan suara gemetar tertahan, “Kau tahu betul aku bahkan belum siap. Tapi setiap kata yang keluar dari mulutku kau anggap bualan. Kau bahkan tidak berhenti memukulku sampai aku mengaku, sampai aku menuruti kehendakmu ....”

Rajendra berhenti. Ada jeda panjang dalam diamnya, dan dalam keheningan itu, hanya terdengar tarikan napas berat yang tertahan. Dia seperti tengah mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan, karena semua ini, semua luka ini sudah lama dia pendam rapat-rapat.

“Dan sekarang,” lanjutnya dengan nada tajam dan sinis. “Kau tampil bak pahlawan yang mengkhawatirkan uang jajan adik yang katamu tidak tahu diuntung ini?”

Di seberang telepon, Bagaskara tidak langsung menjawab. Hanya terdengar helaan napas panjang, berat dan dalam. Sebentuk penyesalan? Atau hanya kelelahan?

“Ya sudah, maaf kalau begitu … lanjutkan—”

Tuuut ... tuuut ....

Tanpa menunggu kalimat itu selesai, Rajendra memutuskan sambungan telepon. Tak ada basa-basi. Tak ada penjelasan. Dia cukup sudah.

Tangannya mengepal erat, rahangnya mengeras. Matanya menatap nanar ke arah dinding kamar yang gelap. Emosi bergelora di dalam dadanya.

Dendam, sakit hati, dan luka yang selama ini dia bungkam mulai muncul ke permukaan. Dia tampak seperti seseorang yang ingin berteriak, tapi terlalu lelah untuk melakukannya.

Sama sekali dia tidak menyadari bahwa Aruni sudah terjaga dan ikut mencuri dengan pembicaraannya bersama Bagaskara.

Selang beberapa saat, ponselnya bergetar dan memperlihatkan notifikasi dari mobile banking di ponselnya.

Bersamaan dengan itu, pesan singkat dari Bagaskara dia terima. || 150 juta sudah aku kirim ke rekeningmu, gunakan seperlunya ... dan itu untuk berdua.

"Ck, sudah kubilang tidak perlu masih saja!! Apa mungkin dia tidak mengerti bahasa manusia?" Rajendra mengomel dan siap untuk membalas pesan Bagaskara.

Sudah tentu dia bermaksud menolak pertolongan dari pria itu, tapi tepat di saat dia hendak melakukan hal itu telinga Rajendra mendengar pergerakan di belakangnya.

Aruni menguap, dia menggeliat dan memperlihatkan rambutnya yang persis singa betina.

Sadar akan hal itu, seketika Rajendra khawatir bahwa sang istri mendengar apa yang mereka berdua perdebatkan.

Rajendra membalikkan badan dengan cepat, wajahnya sedikit pucat. Dia tidak siap, sama sekali tidak.

"Kamu ... sudah bangun?" tanya Rajendra gugup, nada suaranya berubah kaku, tak lagi sekasar saat berbicara dengan Bagaskara.

Matanya mencari-cari ekspresi di wajah Aruni, berharap perempuan itu tidak mendengar apapun.

Aruni menatapnya diam-diam, masih dengan mata setengah terpejam. Dia tidak langsung menjawab. Hanya mengangguk pelan sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan, seolah tengah menahan sisa-sisa kantuk yang belum sepenuhnya menguap.

“Aku haus,” gumamnya lemah.

"Sebentar, aku ambilkan air,” sahut Rajendra cepat, terlalu cepat. Seperti orang yang terburu-buru melarikan diri dari interogasi yang tak terjadi.

Dia berdiri dan berjalan ke meja kecil di pojok ruangan, menuangkan air mineral ke dalam gelas. Tapi tangannya sedikit gemetar, dan nyaris menumpahkan air itu sebelum akhirnya bisa diserahkan ke Aruni.

“Thanks, Kak,” ucap Aruni lirih, menerima gelas itu.

Rajendra duduk kembali di sisi tempat tidur, diam, canggung, dan gelisah. Dia mencuri pandang ke arah istrinya, mencoba membaca apakah Aruni tahu apa yang terjadi. Tapi wajah perempuan itu tetap datar, tak menunjukkan ekspresi apapun selain lelah.

Namun justru itulah yang membuat Rajendra semakin gelisah. Diam Aruni terasa menekan. Dan ketenangannya membuat pria itu makin tak tenang.

"Ehm, Aruni ...."

"Iya? Kenapa?"

.

.

"Aku ... boleh tanya sesuatu tidak?"

Tak segera menjawab, Aruni meletakkan gelas di nakas, lalu menatapnya dalam diam. Untuk sesaat, hanya suara detak jarum jam yang terdengar di antara mereka. "Boleh, tanya apa?"

Sama sekali tidak ada penolakan, Aruni sudah sangat siap menerima pertanyaan darinya, tapi Rajendra yang justru mendadak ragu untuk bertanya.

"Kamu ada kelas hari ini?" Inginnya bertanya A, tapi yang keluar dari mulutnya justru berbeda.

Begitulah jadinya jika seseorang dikuasai kegugupan, hanya untuk memastikan "Kamu dengar semuanya?" saja tidak kuasa.

Bukan karena takut, tapi Rajendra bingung saja dan ada ketakutan tersendiri andai Aruni mengetahui bagaimana dirinya tengah marah seperti tadi.

Sebaliknya, Aruni justru terlihat santai dan sama sekali tidak berpikir ada sesuatu yang mencurigakan di sana.

"Ehm tidak sih, ini hari sabtu ... kenapa memangnya?" Dia balik bertanya dengan lagi-lagi menguap seolah memang baru terjaga.

Padahal, dia memang mendengar pembicaraan antara Rajendra dan Bagaskara, tapi Aruni memilih enggan untuk menginterogasi Rajendra sebelum pria itu sendiri yang berinisiatif untuk bercerita.

Terpenting, saat ini Aruni ketahui suaminya baru saja menerima uang jajan dari kakaknya. Walau memang belum dia ketahui jumlahnya, tapi poin utama dari masalah ini dia tahu, dan cukup saja.

"Oh, sama berarti."

"Yee sama apanya? Anak semester 14 itu memang bukan habitatnya di kelas, tapi di perpus sama ruangan dosen pembimbing, itu yang benar."

Lagi, Aruni mengingatkan Rajendra secara tidak langsung terkait skripsinya yang terbengkalai itu.

Alih-alih tersinggung, pertanyaan semacam itu justru membuat Rajendra tersenyum, bahkan lupa perkara kemarahannya pada Bagaskara.

"Ih malah senyum, kerjain lah."

"Malas ah."

"Loh kok malas sih? Katanya semalam mau," protes Aruni lagi dan lagi mendadak kesal dalam hal ini.

Rajendra tak bercanda, tapi memang benar dia malas dan jelas ada alasannya. "Skripsi setengah jadi dan data-datanya masih di rumah, aku malas ngambilnya."

"Ambil."

"Nanti saja."

"Hari ini," tegas Aruni tak terbantahkan, dan jelas memaksa. "Biar aku bantuin."

"Hem?" Tawaran yang menarik, Rajendra bahkan mengerjap pelan. "Serius?"

"Iya, sekalian latihan ... supaya terbiasa nanti."

"Hem, tapi aku tidak punya tenaga buat ambilnya, malas ketemu Mama dan orang-orang di rumah."

"Ya sudah, biar aku yang bantu ambilkan ... Kakak antar saja depan rumahnya."

"Heih?" Rajendra mengerutkan dahi lantaran merasa ucapan Aruni tidak masuk akal sama sekali. "Kamu serius, Aruni?"

"Iya, sejak kapan aku bercanda?"

"Yakin?"

"Yakin."

"Di rumah ada Kak Bagas loh," ucap Rajendra memperingatkan, tapi yang diingatkan justru biasa saja.

"Ya biarin, memangnya kenapa kalau ada dia?"

"Aneh saja, mana tahu kamu malu ... secara dia kan-"

"Oho tidak begitu!! Aku tidak melakukan kesalahan kenapa harus malu? Justru aku harus bersemangat menyapa Kakak iparku yang satu ituuuuh," ucapnya sesantai itu, kemudian tanpa basa-basi berlari kecil ke kamar mandi dan meninggalkan Rajendra yang terdiam membisu. "Seingatku dulu dia paling kalem, kenapa sekarang jadi sedikit centil begitu?"

.

.

- To Be Continued -

1
Supriyatun
mulai pinter rajendra nya heheje.kalo dalangnya papa tirinya
novel destiny
ini si Haikal pasti mau nyamperin balas dendam gara2 dibohongin 5 jta nya ga dikasih sama nomornya di blokir nihh
Ela Anjani
kamu kalau diajak cuma bikin heboh run,
mending duduk manis sambil cuamik datang 😀
Ela Anjani
langsung to the point nggak tuch🤣🤣
nuraeinieni
aruni di kamar aja tunggu babang rajen bawa berita.
Ela Anjani
hadech gimana wes jendraaa... istrinya sampe lupa nggak kebawa itu loh 🤦‍♀️🤣😂🤣.

udah tadi bibirnya istri maju beberapa centi gara-gara dijemput depan gerbang, ini malah tambah ditinggal 😀😀, awas kena ultimatum si bawel runi
Bun cie
duh aruni...mmng betul2 ajaib pemikirannya😂 main bakar aja..
Ela Anjani
bener kan tebakkanku pelakunya papa tirinya sendiri. dan begonya lagi mama kandungnya malah seakan mendukung kelakuan busuk suaminya. hadech buuuukkk, begomi kocx sampe keakar sampe tidak memikirkan kehidupan anak kandungmu sendri
Ela Anjani
aku nebaknya sich kalau nggak papa tirinya ya saudara tirinya rajendra
Ela Anjani
itu baru sebagian yang kamu tau Jendra, kalo tau seberapa bar-bar nya opa Evan waktu muda, mungkin kamu akan ciut seperti semut😂😂
Ela Anjani
tepat kamu aruni. opamu bahkan dulu lebih kejam dari apa yang baru lakuin,
selagi garda terdepan mu opa Evan, kamu nggak usah khawatir,😀
Nurhartiningsih
kabur paling si Haikal.
Nurhartiningsih
sabar Runi..nnti juga dapet bocorannya
daroe
darah mafia bergejolak 😄
Galih Pratama Zhaqi
waduhhh apa yang akan dilakukan oleh Haikal ?knp sama Mahen ? hooo mebagongkan
Farhana Ana
haikal mau main hakim sendiri y.
jgn tamat dl say...
daroe
bakiak apa jepit Thor? 🩴
daroe
uwoooooowwwwww
daroe
hadehhh jen jen, gw baca dah kaya sambil lari marathon 🥵
Farhana Ana
tegang bgt Nok
amp ikut nahan nafas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!