NovelToon NovelToon
Hello, Mr. Kordes

Hello, Mr. Kordes

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:107.2k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Siapa sangka moment KKN mampu mempertemukan kembali dua hati yang sudah lama terasa asing. Merangkai kembali kisah manis Meidina dan Jingga yang sudah sama-sama di semester akhir masa-masa kuliahnya.

Terakhir kali, komunikasi keduanya begitu buruk dan memutuskan untuk menjadi dua sosok asing meski berada di satu kampus yang sama. Padahal dulu, pernah ada dua hati yang saling mendukung, ada dua hati yang saling menyayangi dan ada dua sosok yang sama-sama berjuang.

Bahkan semesta seperti memiliki cara sendiri untuk membuat keduanya mendayung kembali demi menemui ujung cerita.

Akankah Mei dan Jingga berusaha merajut kembali kisah yang belum memiliki akhir cerita itu, atau justru berakhir dengan melupakan satu sama lain?

****

"Gue Aksara Jingga Gayatra, anak teknik..."

"Meidina Sastro Asmoro anak FKM, kenal atau tau Ga?"

"Sorry, gue ngga kenal."
.
.
.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Evaluasi malam

Hanya satu kali tepukan tangan Jingga yang meminta mereka untuk evaluasi malam para anggota kkn 21 langsung sigap berkumpul, macam laron ngerubungi neon.

Mahad dan Arshaka yang tengah menyesap alat vape nya di beranda, para anggota perempuan yang awalnya berada di kamar dan menyebar di dapur, turut menyerbu ruang depan.

Mei memaksa badannya untuk bangkit dari kasur, ia merapatkan cardigannya karena suhu disini memang selalu dingin apalagi malam.

"Lo dah baikan, Mei? Padahal ngga usah dipaksain kalo masih pusing atau lemes..." Senja memberikan space untuknya di samping Jingga, seolah mereka pun tau jika ruang di samping Jingga tercipta hanya untuk Mei.

Lelaki itu melambaikan tangan dan menepuk karpet sampingnya saat Mei datang, "dibilangin gue ngga apa-apa. Cuma luka kecil bekas beling doang..." jawab Mei menurut menempati posisinya.

Vio masih bingung dimana ia akan duduk, sempat ia hendak nyempil di antara Syua dan Lula namun ia justru mengurungkannya, lantas bergerak hendak duduk diantara Alby dan Lula namun kembali urung mengingat tak adanya celah untuknya, hingga akhirnya gelagat serba salah itu membuat Arshaka menarik tangan Vio untuk segera duduk.

Gerakan yang tak ada aba-aba itu praktis membuat gadis dengan cepolan satu nan longgar itu jatuh tepat di pangkuan lelaki itu.

"Aww, aduhhhh! Lo tuh..." sengit Vio membalikan wajahnya.

"Ya abisnya kelamaan, pan tat lo ngalangin yang lain, Vi..." Shaka tak kalah sewotnya.

"Udah Vi, udah pas banget lo duduk di pangkonan begitu...kaya bapak sama anaknya." Tawa Alby.

"Persis boneka susan sama kak Ria..." cibir Jovi, namun tak serta merta membuat Vio meredupkan tensi sengitnya terhadap Shaka. Mei mengulas senyuman tipis, melirik perban kaki yang dipasang Jingga, lalu beralih kembali menatap Vio dan Arshaka yang masih saling melemparkan umpatannya, dimana Vio sudah ingin beranjak namun Shaka kekeh menahan tangannya untuk membuat Vio duduk di sampingnya.

Hingga suara Jingga yang meminta keduanya untuk berhenti bicara sukses membuat Mei mengalihkan pandangan dari keduanya. Ia yakin jika siang tadi, di belakang rumah itu...

"Eval gue mulai ya guys," ujar Jingga membuka rapat evaluasi, mendengarkan para penanggung jawab proker untuk bicara termasuk Meidina.

"Proker gue udah di titik pemasangan kincir air Ga," ujar Jovi memulai.

"Butuh berapa lama kira-kira itu, Jov?" tanya Jingga lagi.

Alis Jovi mengernyit serius, "sekitar 5 hari sampai seminggu, kayanya Ga. Agak lama, soalnya gue mau step by stepnya tuh bener-bener tepat, biar ngga kerja 2 kali, gue juga butuh setidaknya 3 sampai 4 orang soalnya kincir yang dibuat bukan ukuran kecil kan, energinya juga bisa disimpen di genset."

"Oke...untuk 5 hari ke depan lo bisa tunjuk siapapun buat bantuin, Jov."

"Oh siap, Ga. Kebetulan pak kadus juga tadi bilang gitu...jadi kalau misal bantuan banyak, insyaAllah untuk urusan kincir bisa cepet...termasuk di bagian tiang-tiang lampu listrik di rumpun bambu sana."

"Oke." Jingga mengangguk dan beralih pada Alby yang juga angkat bicara tentang sejauh mana programnya, "gue cukup kecolongan buat masalah green house, Ga. Kayanya gue juga mau minta bantuan 3 orangan lah, tapi cuma buat 1 hari aja juga beres, untuk selanjutnya....pasang paralon-paralon sama instalasi airnya itu bisa gue kerjain bareng seorang aja, atau bareng kelompok tani yang udah dibentuk, untuk bibit tanaman sama bibit ikan lele, kapanpun greenhouse sama tempatnya selesai, mereka siap kirim."

Alis Jingga mengeriting, "oke. Besok mungkin gue sama Maru pecah dulu buat bantuin, lo..."

"Thanks, Ga."

"Zal, Had?"

"Sejauh ini oke, Ga...para pelaku umkm mulai bisa menata produksi, kemasan, beberapanya juga mulai kirim-kirim logo masing-masing buat dipatenkan. Pelatihan yang kita adain juga memunculkan produsen/produk perorangan baru yang nyatanya menurut gue bisa bersaing di market place udah mulai bermunculan, next...gue mau datangin guest star buat jadi motivator...kendala mereka justru memang ada di modal aja."

"Terus solusinya?" tanya Jingga.

"Ada babang Mahad, Ga." Zaltan nyengir.

"Biar itu jadi urusan gue, Ga." Ujar Mahad.

"La?" kini pandangannya pindah pada si calon guru tk ini, "kalo program gue udah tinggal masuk-masukin barang aja, Ga. Ngundang anak-anak buat baca di rumah belajar, kasih jadwal karena tempat yang terbatas ngga bisa nampung banyak orang juga demi kenyamanan." Jedanya merotasi bola mata ke seluruh arah, "terus paling, ngadain acara mendongeng aja sih rutin, biar anak-anak tuh tertarik buat membaca..." ia kemudian menoleh pada Vio, "Vi, besok lo ikut gue ya...ambil buku-buku yang udah dikirim dari temen-temen donatur kita di Jakarta."

"Sip!" Vio menjempoli Lula.

"Gue ikut beresin deh! Biar cepet selesai!" ujar Senja.

"Boleh kaka Senja, sekalian nempelin dekorasi ya..." jawab Lula.

"Oke."

Lantas Mei membuka catatan miliknya, "tiap hari jum'at aku ke rumah bu Yeti ya, Ga..." lirih Mei buka suara.

"Aku bantuin ibu-ibu pkk dulu buat nentuin menu sehat anak-anaknya. Biar sabtu bisa dibikin ibu-ibu pkk buat hari minggunya." Jelas Mei.

"Oke. Kegiatan cek kesehatan sama bang Hamzahnya cuma berlaku satu kali aja kan?" tanya Jingga digelengi Mei, "2 kali. Pekan ini sama pekan besok. Kebetulan kang Hamzah masih bisa ijin untuk pekan besok katanya."

"Yaaa....belum bisa tenang dong...badainya." cibir Arshaka tak diindahkan Jingga, karena sejatinya ia sudah menulikan diri untuk segala bentuk cibiran.

"Iya. mana greenhouse gue belum selesai lagi."

"Jemuran gue takut ngga kering..."

Para setan itu masih saja berisik, namun Jingga memang kuat iman, Mei benar. Meski entah sampai kapan....

"Oh iya, aku juga mau ijin buat ambil paket ke bale desa...terus pergi ke rumah Arika, besok." Ijinnya. Tatapan mereka silih bergantian menatap Mei dan Jingga seolah tengah melihat pertandingan sepak bola, dimana bola bundar bergulir kesana kemari.

"Aku yang anter." Tukas Jingga tak ditolak Mei.

Kembali, pandangan Jingga mengedar untuk semuanya, "buat acara 17an, udah dikoordinasiin sama tarka sama kang Wahid, kalau anak cewek campur sama beberapa nama ibu pkk. Jadwalnya kebetulan lawan rt 5 itu sabtu sore."

"Jadi kita berempat aja, Ga?" tanya Vio menunjuk para perempuan kecuali Mei.

"Iya. Mei ngga ikut." Dan keputusan Jingga itu tak ada lagi yang mendebat sebab kondisi Mei kini sudah diketahui semuanya.

"Gue ngga bisa voli ihh..." keluh Senja.

"Gampang, Nja...ntar gue ajarin..." angguk Syua.

"Semangat guysss!" Mei mengepalkan tangannya.

"Terus jadwal kita jadi lusa, Ga?" tanya Jovi diangguki Maru.

"Iya."

Jingga manggut-manggut mendorong sejenak kacamatanya, lantas pandangannya kini beralih pada Mei yang tengah mencatat hasil evaluasi malam ini, wajahnya melongok ke arah catatan Mei.

"Bener gini kan?" netra Jingga begitu khusyuk membaca setiap catatan Mei membuat semua orang disana turut memperhatikannya serius. Bahkan tak ada yang bersuara selain dari binatang malam.

Gerakan tak terduga yang justru dibuat Jingga ketika ia bersama Mei selalu mengundang decihan.

Tangannya yang nakal itu merangkul dari bagian belakang demi hanya untuk memegang ujung note yang dipegang Mei dengan tangan lain memegang pulpen, hingga posisinya kini Jingga yang memeluk Mei dengan dagu yang sengaja ia taruh di pundak gadis itu, "yang ini salah dong..."

Mei benar-benar dibuat mematung, begitupun yang lain.

"Anj ing bangeettt....bisa-bisanya ya lo..." wajah syok sekaligus malas dari beberapa anggota mengundang tawa sebagiannya.

"Ga...Ga...lo tuh modusnya bener-bener kacau. Bisa kan ngga usah di depan kita-kita, oh...mo nyet?"

"Lo anggap kita-kita ini se tan kah? Tak terlihat begitu?" hardik Arlan ditertawai Jovi, "udah sii ini, fix...abis dari sini jadian. Atau justru besok?"

Saking kesalnya mereka dengan sikap Jingga yang kekanakan itu.

Bahkan Syua berdecih, "bisa banget elu biji korek, gue udah serius juga.... Mata gue terkontaminasi nih..."

"Sini gue ruqyah, ci, gue cuci matanya pake bayclin..." Jovi menjawab.

"Huuu, pengen pulang jadinya. Kangen banget sama pacar gue..." Senja merengek.

"Peluk aja Arlan, Nja..." kekeh Mahad, yang langsung digidiki oleh Senja dan Arlan sendiri.

"Lo, punya pacar Nja?" tanya Vio diangguki Senja, "ya punya lah!"

"Meragukan..." angguk Arlan bergumam yang masih terdengar oleh Senja dan praktis dihadiahi jambakan oleh gadis itu.

"Awww...Nja...sakit!"

"Eval gue tutup, guys.. Selamat beristirahat." Jingga mengurai pelukannya yang membuat Mei risih. Ia menggeleng beberapa kali, Jingga...lelaki itu memang keras kepala, kekeh sumekeh, dan ngeyel.

"Ngga bisa banget dibilangin sih, Ga..." decaknya memantik cengiran lebar Jingga, "biar mereka heboh aja, belingsatan. Siapa suruh jadi setan terus."

"Masuk, gih...tidur. Udah malem."

Mei mengangguk dan beranjak dari duduknya ketika mereka semua langsung membubarkan diri.

"Ga, buruan sini! Ini rapat antar lelaki nih!" suara Arlan kini sudah menggelegar memanggil Jingga ke beranda.

"Rapat apa?" tanya Mei sebelum ia benar-benar berjalan ke arah kamar.

"Voli, siapa aja personel yang mau main." Jawab Jingga sukses memancing kata oh dari mulut Mei. Selanjutnya gerakan kedua tangan Jingga menarik dan merapatkan cardigan Mei, "have a nice dream."

.

.

.

1
little boyy
msh untung pth kl kn pas jadi belang , cb kl item trus belang" putih bunder" gitu kn jadinya panu🤭
MunaRizka
bisa bnget yaa bang jingga modusnya n bikin rusuh
stnk
pokoknya ya anak-anak KKN 21 sealin Abang Jing sama mei ..kalian tuh harus bener2 kuat iman ..secara kalian dianggap makhluk kasat mata.../Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
stnk
bang Jing emang kagak ada malunya nih....main rangkul aja didepan orang2...
YL89
ABG jingga aku padamu,,dlm bynganku ABG jingga ini Spek Cowok kacamata,,cool,act service ma pasngannya!! Physical touch y ABG😁😁
ayu rahma
wkwkwk sa ae abang jingg bikin pada mupeng salbrut,,, 🤭😂😂 kuat iman muka lempeng tak tergiyahkan😂
sweet escape
Seruuu
🌜melody 🌛
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
betol tu by mending tanya langsung orgnya ya khannnnnn
🌜melody 🌛
kklo cwe yg ngomong panjang ceritanya
nurul @zna
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Satri Eka Yandri
Asli seru bangett..ga berhenti ketawa..🤣🤣🤣🤣
Fitria Syafei
Waduh Jingga baru komitmen sama Mei akan tetapi …. masih telepon an sama cewek yang lain kekasihnya yg dulu kah 🙄 Kk cantik terima kasih 😘😘
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣akhirnya buyarrrr deh ga jadi kepo.
eeeeh tapi ngapain jingga n mei didlm????
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣astaga
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣mulut nya arlan
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣bukan ank lutung?????
lestari saja💕
kenapa si ci yuuu
lestari saja💕
si alby memang diluar prediksi bmkg🤣🤣🤣🤣🤣
lestari saja💕
maru tak terbawa arus....
sya-sha
candaannya bikin ngakak.yg baca jadi ikutan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!