NovelToon NovelToon
Jodohku Teman Mama

Jodohku Teman Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Raisa tak pernah mengira hidupnya akan berubah drastis setelah ulang tahunnya yang ke-23. Gadis ceria itu terkejut ketika sang mama mengenalkannya pada seorang pria—bukan untuk dijodohkan dengan lelaki muda seperti biasanya, melainkan dengan teman dekat mamanya sendiri, seorang pria dewasa bernama Ardan yang berusia hampir dua kali lipat darinya.

Ardan, seorang duda mapan berwibawa, awalnya tak berniat menerima tawaran perjodohan itu. Namun, kepribadian Raisa yang hangat dan polos perlahan membuatnya goyah. Raisa pun dilanda dilema: bagaimana bisa ia jatuh hati pada seseorang yang selama ini ia kenal sebagai “Om Ardan”, sosok yang sering datang ke rumah sebagai sahabat mamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Sehari setelah Mama pergi, suasana apartemen Ardan terasa aneh. Bukan tegang… tapi juga bukan tenang. Lebih seperti hening yang dipenuhi kata-kata tak terucap.

Raisa sudah duduk di ruang tamu sejak pagi, membuka laptop mencoba mengerjakan tugas kuliah, tapi pikirannya buyar. Gosip di media sosial belum berhenti. Bahkan beberapa temannya di kampus mulai chat dengan nada basa-basi menusuk.

"Eh Raisa, kamu beneran sama om-om ya? Serius deh, spill dong!"

"Katanya sih Om Ardan itu pengusaha. Cuan banget kamu, bestie."

Raisa menggebrak laptop. “Astaga… mereka tuh mikir hidup orang kayak drama sinetron!”

Ia mengacak rambut. Ya Allah, aku capek banget.

 

Suara shower dari arah kamar mandi dapur berhenti. Raisa baru sadar Ardan ternyata sedang mandi. Ia menghela napas panjang. Dia itu manusia apa robot sih? Sejak semalem santai banget kayak nggak ada apa-apa.

Raisa meneguk air putih, lalu berdiri. “Ambil camilan, biar nggak gila,” gumamnya, melangkah ke dapur.

 

Dan di situlah momen itu terjadi.

Ardan keluar dari arah kamar mandi kecil yang terhubung ke dapur. Rambutnya masih basah, menetes, sebagian jatuh menutupi kening. Ia hanya mengenakan celana training gelap, sementara bagian atas tubuhnya… terbuka. Kaos putih bersih tersampir di tangannya.

Raisa membeku di tempat.

Astaga.

Itu pertama kalinya ia melihat Ardan tanpa kemeja rapi atau jas formal. Kulitnya sawo matang, bidang bahunya lebar, otot lengan dan dada terbentuk tapi tidak berlebihan—lebih seperti tubuh pria yang menjaga diri tapi tidak narsis.

Air menetes perlahan dari rambutnya ke garis rahang, turun ke leher, membuat Raisa entah kenapa menahan napas.

 

Ardan menoleh, kaget melihatnya. “Raisa? Kamu udah bangun?”

Raisa cepat-cepat melengos, pura-pura sibuk membuka kulkas. “Iya… cari minum.”

Suara Ardan terdengar ringan. “Kulkas kanan, rak kedua. Ada jus jeruk.”

“Tau, kok.” Raisa menggumam cepat, berharap suaranya tak terdengar aneh.

 

Ardan berjalan melewatinya, mengambil kaos di kursi dapur, lalu memakainya. Raisa bisa merasakan tubuhnya mendadak panas. Astaga, Rai, jangan kelihatan bego. Jangan kelihatan bego.

“Kenapa kamu diem aja?” tanya Ardan, sudah mengenakan kaosnya, lalu mengambil handuk kecil mengelap rambut.

“Enggak.” Raisa menutup kulkas dengan cepat. “Biasa aja.”

Ardan menatapnya sejenak, lalu mengangkat alis. “Kalau ada yang mau kamu omongin, ngomong. Jangan dipendam.”

Raisa balas menatapnya sebentar—lalu buru-buru menoleh lagi. “Nggak ada, Om. Aku… mau di kamar aja.”

Ia berjalan cepat ke kamarnya, menutup pintu dengan keras, lalu menempelkan punggung ke pintu.

 

“Ya ampun…” Raisa menutupi wajah dengan kedua tangan. “Kenapa Om Ardan bisa kayak gitu?!”

Ia merosot ke lantai, jantungnya masih berdebar. Nggak adil banget. Dia tua, tapi… kenapa bisa seganteng itu?

 

Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi. Dina.

“RAI! Astaga, liat IG gosip! Video kamu keluar dari club sama Om Ardan udah naik di akun gosip gede. Komennya gila semua!”

Raisa membuka Instagram. Benar saja—video itu sekarang sudah di akun gosip dengan jutaan followers. Captionnya:

> “Siapa nih mahasiswi cantik keluar club bareng pengusaha tajir? Rumor: calon istri muda?”

Komentar-komentarnya? Lebih kejam dari sebelumnya.

“Cewek zaman sekarang emang nggak malu, nyari om-om.”

“Pantes di kampus keliatan gaya hidupnya mewah.”

“Bapak-bapak juga butuh hiburan, kan? Wkwk.”

Raisa melempar ponsel ke kasur. “Aku nggak kuat!”

 

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.

“Raisa?” suara Ardan.

“Kenapa?!” suaranya sengit.

“Kampus kamu telepon saya. Mereka mau ketemu. Tentang gosip ini.”

Raisa membeku. “APA?!”

“Besok. Saya antar.”

“Aku nggak mau.”

“Ini bukan pilihan.”

 

Raisa menjerit ke bantal. Ia ingin menghilang dari dunia. Tapi besok ia harus berhadapan dengan rektorat kampus.

Dan entah kenapa… bagian dari dirinya sedikit lega karena Ardan akan ada di sana.

 

Malamnya, Raisa makan malam di meja dapur. Ardan duduk di seberang, mengetik di laptop. Hening. Hanya suara sendok garpu.

Raisa akhirnya berkata lirih, “Om… kenapa sih nggak marah? Kalau aku jadi Om, aku udah pergi jauh-jauh biar nggak ikut kebawa masalah.”

Ardan menghentikan ketikan. “Karena ini bukan cuma masalah kamu. Ini juga masalah saya.”

Raisa menatapnya, bingung. “Maksudnya?”

Ardan menutup laptop. “Kalau orang bilang kamu simpanan om-om, itu bukan cuma merusak nama kamu. Itu juga merusak nama saya. Dan saya nggak akan biarin orang terus ngomong sembarangan.”

Ada ketegasan dalam suaranya.

Raisa menggigit bibir. Kenapa sih dia selalu kayak gitu? Selalu datang di saat aku jatuh, selalu ngomong hal-hal yang bikin aku bingung sendiri…

Ia akhirnya berdiri. “Aku… kenyang. Makasih, Om.”

Ardan menatap piringnya yang masih setengah penuh, tapi tak menahannya. “Oke. Istirahat.”

Raisa melangkah ke kamarnya. Tapi sebelum masuk, ia melirik ke arah Ardan sekali lagi.

Om Ardan… kok bisa bikin aku segini ribetnya sih?

*

Hujan turun sejak subuh, deras, membuat suasana apartemen dingin. Raisa berdiri di depan jendela ruang tamu, menatap titik-titik air yang mengalir di kaca.

Hari ini hari yang ia takutkan: pertemuan dengan pihak kampus.

Raisa menggenggam ponselnya. Beberapa pesan dari Dina masuk.

“Rai, kamu serius mau datang ke rektorat sama dia?”

“Hati-hati, nanti gosip tambah panas.”

Raisa mendesah. Seolah gosipnya belum cukup panas.

 

Ardan keluar dari kamar, rapi dengan kemeja biru tua dan celana bahan. Rambutnya masih basah, wangi aftershave samar tercium.

“Siap?” tanyanya, suaranya biasa saja—seolah mereka mau pergi ke acara santai, bukan menghadapi rektor.

Raisa yang duduk di sofa mendengus. “Kalau Om ngerasa ini gampang, ya Om aja yang ke sana.”

Ardan menatapnya lama, lalu berkata datar, “Kalau saya bisa gantiin posisi kamu, saya sudah lakukan dari kemarin.”

Kalimat itu membuat Raisa mendelik—karena tak tahu harus marah atau diam.

 

Mereka akhirnya berangkat. Hujan masih turun ketika mobil memasuki area kampus. Pandangan semua orang terasa menusuk.

“Rasanya kayak semua mata orang nembusin aku,” gumam Raisa.

Ardan, tanpa melihatnya, berkata, “Biarin. Orang yang cuma bisa ngomongin, nggak punya daya buat mengubah hidup kamu.”

“Gampang ngomong gitu kalau jadi Om,” Raisa merengut. “Aku yang digoreng.”

 

Pertemuan di ruang rektorat singkat tapi menusuk. Rektor berbicara panjang soal “citra baik kampus” dan “perilaku mahasiswa di luar lingkungan akademik”. Raisa menunduk, menahan rasa malu.

Ardan, sebaliknya, tenang. Ia bicara seperlunya, menjelaskan kejadian malam itu tanpa defensif, tapi tegas menolak tuduhan tak berdasar.

Sebelum keluar ruangan, Ardan sempat berkata ke pihak kampus, “Kalau gosip yang menyebar lebih mengganggu daripada fakta, mungkin yang perlu dibenahi bukan mahasiswinya, tapi cara lingkungan menangani rumor.”

Raisa menatapnya kaget. Om ini… ngomongnya berani banget di depan rektor.

 

Setelah keluar dari gedung rektorat, Raisa berjalan cepat menuruni tangga. Ia ingin segera menjauh. Ardan mengikutinya santai.

Hujan masih gerimis, membuat anak tangga licin. Raisa yang terburu-buru tak memperhatikan pijakannya.

“KYAAA—!”

Kakinya terpeleset. Waktu seperti melambat. Raisa menjerit kecil, siap menghantam tanah.

 

Tapi tidak.

Sebelum ia jatuh, sepasang lengan kuat menangkapnya.

Ardan.

Raisa menatap ke atas—ke wajahnya yang basah oleh gerimis. Jarak mereka begitu dekat. Nafasnya tercekat.

 

“Kalau kamu mau jatuh, bilang dulu,” suara Ardan rendah, terdengar hampir seperti teguran.

Raisa masih terdiam, jantungnya berdebar tak karuan. Ia bisa merasakan detak jantung Ardan di dadanya.

Ardan perlahan membantunya berdiri. “Kaki kamu sakit?”

“E-enggak,” jawab Raisa cepat, menunduk, wajahnya memanas.

 

Beberapa mahasiswa yang lewat menatap mereka sambil berbisik-bisik.

Raisa buru-buru menjauh. “Astaga… dilihat orang.”

“Kalau dilihat, biar aja,” sahut Ardan, tak terlihat terganggu.

Raisa ingin memprotes, tapi tak menemukan kata-kata. Ia hanya melangkah cepat menuju mobil.

 

Di dalam mobil, keheningan aneh menguasai. Raisa melirik ke arah Ardan yang fokus menyetir. Kenapa sih aku harus jatuh di depan dia? Malu banget…

Namun bagian lain dari dirinya berbisik: Tapi… rasanya aman banget.

 

Ardan tiba-tiba bicara. “Mulai sekarang, hati-hati. Jangan buru-buru. Kamu nggak harus terus lari dari semua ini.”

Raisa memalingkan wajah ke jendela. “Om nggak ngerti. Aku cuma… pengen semua ini cepat selesai.”

“Yang bisa bikin selesai itu kamu sendiri. Bukan gosip, bukan mereka.”

Kalimat itu menggantung di udara.

 

Saat kembali ke apartemen, Raisa langsung masuk kamar, membanting pintu. Ia memeluk bantal, menutup wajah.

“Om itu… kenapa sih? Kenapa selalu ngomong hal-hal yang bikin aku tambah mikir?”

Ia terdiam. Gambaran tadi—saat Ardan menangkapnya—terus berputar di kepalanya.

Jarak yang dekat. Tatapan itu. Suara tenangnya.

 

Raisa menutup wajah dengan bantal.

“Om itu kok… bisa bikin jantung aku berisik gini, sih?”

1
Nurminah
manusia terkadang menilai sesuatu berdasarkan sudut pandang mereka tanpa tabayun dulu sehina itu menikah beda usia tapi laki-laki yg memiliki sugarbaby dianggap wajar zina dinormalisasi pernikahan dianggap aib
Aliya Awina
siapa yg gak sok baru datang langsung lamaran,,,
Julia and'Marian: 🤭🤭🤭,,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!