Entah sebuah kesialan atau keberuntungan karna Audrey mengandung anak dari seorang mafia besar dan pebisnis paling berpengaruh di Kanada. Sosok Lucas tidak tersentuh, bahkan tak seorangpun bisa mencampuri bisnis gelapnya. Dia pria yang memiliki wajah sempurna, namun tak sesempurna hatinya.
Kehidupan Audrey mungkin tak akan baik-baik saja jika berkaitan dengan Lucas. Lalu bagaimana Audrey akan menyembunyikan keturunan Lucas? Agar hidupnya tak bersinggungan dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Audrey tampak kebingungan ketika didatangi keluarga besar Lucas. Bahkan kabar kehamilannya sudah di ketahui mereka. Anehnya semua orang malam bersikap baik dan bahagia mengetahui dirinya mengandung anak Lucas. Russel memang sangat baik, tapi Audrey tidak menyangka keluarga yang lain juga sama baiknya. Lalu bagaimana bisa Lucas memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan keluarganya? Hanya Lucas satu-satunya anggota keluarga Thomson yang tidak punya hati.
"Kakak ipar, apa kau punya tips agar cepat hamil? Kejadian itu tepat pada malam pernikahan ku dengan Jane, tapi aku belum berhasil membuat Jane hamil." Ujar Theo di tengah-tengah ketegangan Audrey lantaran menjadi satu-satunya orang asing di tengah-tengah keluarga Thomson.
Albert memukul kepala Theo. "Jangan bicara sembarangan padanya."
Theo berdecak sembari mengusap kepalanya. "Aku juga ingin segera punya anak, Kakek seharusnya mencari solusi juga."
Albert menatap malas. "Kalian bahkan selalu menunda bulan madu, bagaimana akan memiliki anak. Lebih baik pergi ke Antartika untuk waktu yang lama."
"Bagus sekali, sepertinya Kakek ingin melihat cucunya yang tampan ini mati membeku di Antartika." Gerutu Theo kesal.
"Sekali lagi kau bicara, aku sendiri yang akan melempar mu ke Antartika!" Omel Albert dengan kesabaran yang mulai menipis. Theo ini jika sudah bicara selalu memancing emosi karna selalu bicara sembarangan. Padahal ini pertama kalinya mereka menemui Audrey, bukannya memperlihatkan sikap baik dan membuat Audrey nyaman, Theo malah membuat suasana menjadi canggung.
Jane merangkul lengan Theo dan mengusap-usapnya. "Kita duduk di sofa saja." Bisikan Jane pelan. Theo tidak memprotes dan memisahkan diri dari kedua orang tua serta Kakek Albert yang sedang berdiri mengelilingi ranjang Audrey.
"Sayang, apa Lucas sudah menyelidiki kehamilan Audrey? Maksud ku, dia perlu memastikan itu benih Lucas atau bukan. Audrey memang terlihat baik, tapi kita harus tau apakah ada seseorang dibelakangnya atau tidak." Lirih Jane. Keluarga Thomson bukan orang sembarangan, apalagi sosok Lucas selalu menjadi incaran banyak banyak wanita dan saingan bisnisnya. Banyak orang yang menginginkan kehancuran Lucas karna merasa tersaingi. Bisnis mereka meredup ketika Thomson memperkenalkan Lucas sebagai CEO dan memimpin banyak perusahaan.
Belum lagi perusahaan yang didirikan sendiri oleh Lucas bisa berkembang pesat dalam waktu singkat. Tidak heran jika beberapa waktu lalu Lucas dinobatkan sebagai pengusaha nomor 1 paling berpengaruh di Kanada.
"Lucas tidak bodoh, jika dia membawa Audrey dan rela merawatnya, sudah dipastikan itu anak Lucas. Kalaupun Audrey berniat jahat, Lucas yang paling tau harus melakukan apa. Jika terbukti, Audrey hanya tinggal nama." Ujar Theo.
Jane bergidik ngeri mendengarnya. Lucas ini memang berdarah dingin dan tidak mengenal ampun.
...******...
Lucas sampai di rumah sakit pukul setengah 2 siang. Jalanan menuju rumah sakit tiba-tiba macet karna ada kecelakaan dan tidak memungkinkan untuk putar balik karna akan semakin lama sampainya.
Dia memasuki ruang rawat inap Audrey dengan membawa banyak makanan. Ketika masuk, dia mendapati Audrey sedang tertidur. Dua orang perawat yang berjaga segera berdiri dan membungkuk pada Lucas.
"Audrey belum makan siang, kenapa dibiarkan tidur?"
"Nyonya sudah makan siang 1 jam yang lalu, Tuan."
"Dia mau memakan menu dari rumah sakit?" Lucas bertanya dengan dahi yang dipenuhi kerutan.
Perawat itu menggeleng. "Keluarga Anda datang menjenguk dan membawakan makan siang untuk Nyonya."
Lucas berdecak. Lucas langsung menebak jika itu adalah ulah Russel.
"Kalian boleh keluar." Usir Lucas sembari mengibaskan tangannya.
"Baik. Kami permisi." Dua orang perawat itu segera keluar dari ruangan.
Lucas meletakkan bawaannya di atas meja. Dia melepas jas sebelum duduk di sofa dan bersandar di sana. Tatapan matanya tertuju pada Audrey yang tidak terusik sedikitpun dengan kedatangannya.
Ponsel Lucas berdering, pria itu merogohnya dari saku celana. Melihat Russel yang menelepon, Lucas segera menerimanya.
"Kenapa Mommy datang ke rumah sakit tanpa memberitahu ku." Lucas langsung mencecar Russel begitu telponnya tersambung.
"Seharusnya kamu bersyukur Mommy datang menjenguk Audrey. Kamu sibuk bekerja sampai makan siang Audrey tidak diperhatikan! Calon cucu Mommy tidak bisa memakan makanan dari rumah sakit, seharusnya kamu memesankan makanan sebelum pergi!" Russel tidak terima ditegur Lucas dan balik memarahinya.
Lucas membuang nafas kasar sembari menatap makanan di atas meja. Dia juga bukan calon Ayah yang akan membiarkan anaknya kelaparan. Jika tidak peduli pada calon anaknya, semua makanan itu tidak akan ada di atas meja.
"Apa saja yang Mommy lakukan disini?" Lucas mengalihkan pembicaraan, dia tidak akan mengatakan soal makanan itu. Tidak peduli meski di cap jahat pada Audrey oleh Ibunya sendiri.
"Mengenalkan Audrey Pada Daddy, Theo dan Kakekmu."Suara Russel terdengar lantang diseberang sana, dia tampak bangga dengan tindakannya.
Lucas memijat pelipisnya yang mendadak nyeri. Masalah besar sudah terlihat didepan mata. Jika Kakek Albert sudah turun tangan, semua yang telah direncanakan Lucas akan sia-sia.
"Bilang pada Kakek agar tidak mengacau."
"Mengacau apanya? Justru Kakek dan Mommy sudah menemukan solusinya, kamu akan menikahi Audrey dalam waktu dekat."
"Mom! Kali ini saja jangan mengatur hidup ku. Menikah bukan solusi!" Lucas jadi emosi mendengarnya. Dia tidak suka hidupnya diatur oleh orang lain.
"Lalu kau ingin mengambil anak itu dan membuat Audrey menderita?! Luke, Ibu mu juga wanita. Jika Mommy ada di posisi Audrey, apa kamu akan terima?! Kamu tidak bisa seenaknya memisahkan anak dari Ibunya."
Lucas hampir menjawab lagi, tapi dia melihat Audrey ingin turun dari ranjang.
"Nanti kita bicarakan lagi." Lucas memutuskan sambungan telfonnya dan segera menghampiri Audrey untuk membantunya.
"Mau apa?"
"Buang air kecil." Jawab Audrey tanpa melihat Lucas sedikitpun. Tiba-tiba saja Lucas mengulurkan tangannya.
"Aku bisa sendiri." Audrey menepis pelan tangan Lucas.
"Aku tidak mau tau kau bisa ke toilet sendiri atau tidak." Jawab Lucas datar. Dia tetap membantu Audrey dengan menggendongnya dan meminta Audrey memegangi tiang infus.
Lucas menurunkan Audrey di dalam toilet dan memastikan Audrey berdiri dengan benar.
"Kenapa masih disini?"
"Menunggumu sampai selesai, memangnya apa lagi." Jawab Lucas enteng.
Audrey mencebikkan bibir. Lucas ini benar-benar selalu menguji kesabaran.
"Tunggu saja di luar, kenapa harus didalam."
"Kondisimu masih lemah, jika terjadi sesuatu dan membahayakan anakku, kau bisa tanggu jawab?"
Audrey memutar malas bola matanya. "Bukankah aku yang seharusnya bicara begitu? Kamu pikir aku jadi seperti ini karna siapa?"
Lucas benar-benar tidak mau disalahkan dan menganggap dirinya selalu benar. Padahal perbuatan Lucas yang membuat mereka hampir kehilangan bayinya.
"Jangan salahkan aku jika tiba-tiba mencium bau busuk. Perutku mendadak sakit dan ingin BAB." Ujar Audrey kesal.
Lucas melirik tajam sebelum keluar dari toilet. "Panggil aku jika sudah selesai." Dia terlihat terpaksa keluar dari toilet.
"Tolong tutup pintunya!" Teriak Audrey.
"Bocah itu semakin berani saja!" Lucas menggerutu sembari menutup pintu kamar mandi. Cuma Audrey yang berani menyuruhnya.
Hanya saja gengsinya tingkat tinggi
Buktinya Lucas cepat² plng dan langsung melarang Ayah Jason untuk bertemu denganmu
Padahal Audrey juga butuh Ayahnya
Jangan bikin Audrey tertekan Lucas,karena gak baik untuk kesehatan bayi dan ibunya
Lanjut lagi kak Icha updatenya 🥰