Caroline Damanik Dzansyana, hanya gadis malang berprofesi sebagai koki dessert di sebuah restoran Itali, dia diberatkan hidup karena harus membiayai rumah sakit ibu angkatnya yang koma selama satu tahun terakhir ini karena sebuah kecelakaan tragis.
Lalu, di suatu hari, dia dipertemukan dengan seorang wanita berwajah sama persis dengannya. Dia pikir, pertemuan itu hanyalah kebetulan belaka, tetapi wanita bernama Yuzdeline itu tidak berpikir demikian.
Yuzdeline menawarkan perjanjian gila untuk menggantikan posisinya sebagai istri dari pewaris Harmoine Diamond Group dengan bayaran fantastis—300 Milyar. Namun, Caroline menolak.
Suatu malam, takdir malah mempertemukan Caroline dengan Calvino—suami dari Yuzdeline dan menimbulkan kesalahpahaman, Calvino mengira jika Caroline adalah istrinya, sehingga dia menyeretnya masuk ke hidupnya.
Sejak saat itu, Caroline tidak pernah bisa kembali ke hidupnya. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apa yang akan Caroline lakukan untuk kembali ke hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teriablackwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16—PPMITMC
HAPPY READING
___________________________________
Marisa ingin menyembunyikan hal ini sampai akhir. Akan tetapi, semakin dia bungkam, maka Calvino akan semakin keras dan hal yang mereka inginkan tak akan ada yang terwujud.
Harus mereka akui bahwa kemampuan berbisnis sang putra jauh lebih unggul, Calvino mendapatkan didikan eksklusif dari Harmoine Corvin secara langsung, itulah yang membuat Marisa berbeda dengan putranya.
Sementara suaminya, yang merupakan putra tunggal Harmoine memiliki kelemahan, yakni mudah terkecoh, dan dia sering kurang fokus, pria ini sering tergiur untuk bermain bersama kawan-kawannya.
Marisa berhembus. Mengaku kalah dengan putranya. "Oke, Mama akan jelaskan semuanya, jadi stop menyalahkan kami atas kematian istri kamu, karena semua itu takdir," elaknya.
"Saat Mama lihat kamu frustasi karena kehilangan Karmelita, kamu jadi kehilangan arah, kehidupanmu jadi kacau tak terkendali, Mama, Papa dan Kakek sepakat untuk mengambil cara ini," terangnya sembari mengingat hal-hal yang telah dia lalui.
Langkah Marisa bergulir ke sebuah bingkai besar, foto pernikahan Calvino dengan menantu pertamanya—Karmelita. "Kakek takut kamu terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan, jadi kami menemui orangtua Yuzdeline untuk menjodohkan kalian."
"Lalu ...," timpal Bambam mengambil alih penjelasan selanjutnya, "Kami menemui Yuzdeline secara private, di keluarga itu ada dua orang anak, anak kandung mereka bernama Ken Bumantara Barbara, jelas dia pewarisnya, tapi ternyata yang memiliki kemampuan besar adalah Yuzdeline."
"Jadi ...."
Dua tahun lalu ....
Sebelum Yuzdeline bertemu dengan Calvino, bahkan dalam situasi tak terduga sekalipun, wanita cantik berkulit putih agak kemerahan itu tak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Calvino.
Pasca perbincangan perjodohan antara Yuzdeline dan Calvino, seperti ucapan Bambam dan Marisa—mereka memang menemui wanita itu secara tertutup tanpa diketahui oleh Harmoine Corvin ataupun keluarga Barbara.
Tepat di sebuah rumah kaca milik keluarga Harmoine, tepat di paviliun mewah di sebuah villa terbesar di ujung kota, mereka berbicara serius, Marisa dan Bambam menyerahkan sebuah map hitam berisi kontrak pernikahan yang telah mereka persiapkan.
"Kami baru aja mendengar kondisi perusahaan keluargamu," ucap Marisa, tenang, namun penuh intrik.
"Kami cukup prihatin dengan merosotnya bisnis keluarga kalian. Kami sama-sama tahu, bahwa tahun ini bisnis di bidang kalian memang sedang dalam penurunan ekstrim," timpal Bambam menghenyakkan punggung, lantas menyandarkannya di sana.
"Perusahaan kalian mengalami guncangan besar. Dalam tiga kuartal terakhir, nilai investasi yang kalian kelola anjlok hampir setengah dari total aset. Pasar global sedang tidak stabil—harga saham jatuh, nilai tukar bergejolak," ungkap Marisa sesuai dengan data yang telah dia selidiki.
"Dan proyek properti yang kalian biayai terhenti di tengah jalan. Namun, bukan hanya faktor eksternal yang menghantam kalian. Kesalahan strategi internal—penempatan modal pada instrumen berisiko tinggi tanpa perhitungan matang—mempercepat kerugian ini." Bambam membuka map hitam yang sejak tadi ditonton Yuzdeline.
"Investor mulai menarik dananya, reputasi perusahaan merosot, dan kepercayaan pasar runtuh. Singkatnya, kalian sedang menghadapi krisis terburuk sejak perusahaan berdiri; kerugian besar ini bukan hanya mengikis aset, tapi juga mempertaruhkan nama dan masa depan kalian." Map itu digeser lebih dekat dengan Yuzdeline yang terduduk, tenang.
Namun, bukan berarti wanita itu hanya duduk tanpa memikirkan solusi, dia sedang berusaha memutar akalnya untuk menyelamatkan perusahaan keluarga yang rela mengadopsinya dari usia 3 tahun.
Yuzdeline mengernyit memasati permukaan depan surat perjanjian pernikahan itu, hatinya bergelut rasa tidak nyaman. Marisa dan Bambam adalah otak bisnis yang terkadang mengambil jalur licik juga cerdik.
Ragu-ragu dia membaca setiap deretan kalimat di dalamnya. "Kalian ingin membantu krisis perusahaan keluargaku, dengan imbalan aku harus menjadi istri dari putra kalian?" ujarnya tanpa melepaskan pandangan dari map hitam di depannya.
"Tepat," sahut Marisa, dengan bebas dia sandarkan ke kursi yang dia duduki, "Dalam kondisi seperti ini, kamu tidak hanya butuh dana segar, tapi juga dukungan reputasi yang bisa mengembalikan kepercayaan pasar."
"Itulah mengapa kami menawarkan jalan keluar. Bukan sekadar suntikan modal, tapi ikatan yang lebih kuat—pernikahan kontrak dengan putra kami. Lewat ikatan itu, perusahaanmu akan mendapatkan perlindungan finansial dan stabilitas, sementara nama besar keluarga kami akan melekat sebagai tameng reputasi," sahut Bambam menambah keyakinan Yuzdeline.
Yuzdeline terdiam. Berpikir keras untuk memutuskan keputusan paling tepat untuk kebaikan bersama, meski dia harus membunuh hatinya sendiri. Menikah dengan lelaki yang tak pernah dia ketahui sebelumnya, artinya dia harus meninggalkan kehidupan dan cintanya.
Surat kontrak itu dilepaskan secara sengaja dari map-nya. "Selain dukungan finansial dan perlindungan reputasi, apa lagi yang kalian inginkan?" pungkasnya menurunkan secarik kertas surat perjanjian di atas materai itu ke atas map hitam.
"Tentu kalian gak hanya meminta saya untuk menikah dengan putra kalian, pasti ada hal lain untuk membayar semua yang kalian lakukan untuk keluarga saya, bukan?" tambah Yuzdeline dalam keyakinan penuh.
Marisa dan Bambam sangat menyukai wanita seperti Yuzdeline. Wanita yang tidak hanya cantik, melainkan aku pintar juga pandai menerawang. Dalam dunia bisnis, kemampuan seperti inilah yang paling dibutuhkan.
"Sangat sederhana, kami akan memberikan dukungan untuk bisnis keluarga kalian sampai kontrak pernikahan berakhir, dan kamu harus membuat Calvino kembali hidup normal." Marisa mulai mengatakan tujuan utamanya.
"Bawa Calvino untuk meninggalkan dunia malam dan wanita-wanita gak jelas di luar sana, dan dorong Calvino untuk membantu kami menyelesaikan proyek bisnis yang kami kelola," lanjut Bambam.
Ingatan itu berakhir di sana. Bambam dan Marisa tak lagi mengingat pertemuan pertama mereka dengan Yuzdeline dan langsung menjalin kerjasama yang sama-sama menguntungkan bagi ke-tiganya.
Penjelasan itu sangat detail, namun Calvino tidak puas. Putra tunggal Bambam dan Marisa ini masih menimbang, apakah yang dikatakan orangtuanya benar atau tidak? Jujur ataukah ada manipulasi yang biasa dilakukan mereka pada klien-kliennya.
Calvino menyipitkan mata, memindai penuh kecurigaan pada mereka. "Hanya itu?" serunya meragukan semua yang dikatakan oleh Bambam dan Marisa.
"Jika ada hal lain, dan kalian bukan memberi mereka keringanan, sedangkan kalian membawa putri mereka di sini, bagai penjara, maka aku akan membuat kerjasama ini hancur, aku akan ambil alih kerjasama itu, dan mengembalikan kendali pada tangan mereka," ancam Calvino tak segan-segan.
Aku tahu. Kalian bukan hanya meminta Yuzdeline untuk menjaga dan menjadi pasanganku demi aku ikut andil dalam proyek yang entah apa itu.
Selama itu bukan keserakahan yang membuat perusahaan Barbara malah menjadi kendali di tangan mereka, aku gak akan mempermasalahkan hal ini.
Meski aku kurang menyukai Yuzdelina, tapi bagaimanapun, Yuzdeline adalah korban mereka, dan aku akan memastikan, jika Yuzdeline dan keluarganya tetap milik pribadi.
Batin Calvino.
Calvino melenggang meninggalkan Bambam dan Marisa di ruang tengah, sedangkan dia menaiki tangga, kembali ke kamarnya, tak peduli jika pandangan mereka terhadapnya kurang baik.
Embusan napas Marisa pun terdengar berat di telinga Calvino, meski jarak mereka cukup jauh, namun pendengaran lelaki bertubuh tegap itu sangatlah baik, bagai telinga kelinci.
Di bawah, Marisa mendengkus, kesal. Untuk ke sekian kalinya mereka tak pernah bisa mengendalikan sang putra. "Anak kamu itu susah banget diatur, loh, Pah. Padahal aku melakukan itu semua untuk kita, dan dia juga punya pasangan sepadan dengan keluarga kita," keluh Marisa melepas tubuh terjatuh ke atas sofa.
"Walaupun Karmelita dan Yuzdeline itu sama-sama anak angkat di keluarganya, tapi kedudukan mereka berbeda," tambahnya bersikeras membandingkan orang yang telah tiada dengan pilihannya.
"Iya ..., tapi sepertinya kita harus lebih menurut dengan putra kita, selama dia mau bantu kita mengembangkan bisnis baru kita, kenapa enggak, Mah?" timpal Bambam berpendapat berbeda dengan pemikiran istrinya.
"Maksud Papa, kita lepaskan keluarga Barbara dan hanya mendukungnya gitu? Tanpa kita mendapatkan imbalan, gitu?" Kernyit di wajah Marisa semakin terlihat berambisi.
To be continued ....
Moga aja Calvino gk kebablasan
nasib mu yuz, anyep bgt