Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan Baru
Selasa, Pukul 15:43 .
09, April 2000.
Arka berlari dengan sekuat tenaga mengelilingi lapangan bola yang ada sudut kota ini. Lapangan ini hampir tak terurus pemerintah dan hanya memberikan sedikit saja perhatian untuk pemeliharaan rutin lapangannya .
"Jadi kamu beneran mau berkembang ?" Saat Arka beristirahat, pertanyaan itu terlontar dari bibir seorang kasir cantik di minimarket tempat ia berkerja. Sherry.
"Harus, bukan mau" jawab singkat dari Arka.
Andrew berlari ke arah mereka berdua dengan membawa beberapa alat olahraga .
"Waktu dua Minggu ya, itu sih kurang untuk perkembangan fisik, karna perkembangan fisik yang umum itu paling minim sebulan." Kata Andrew .
"Ini bukan pilihan, tapi keharusan!" Arka mengambil sarung tinju yang di bawa Andrew . "Manusia hanya bisa berkembang bukan karna pilihan, melainkan sebuah keharusan" Lanjut Arka .
Sherry kagum dengan semangat dari Arka, ia sangat kagum dengan prinsip Arka. Karna di usia segitu dulu, ia hanya bisa menangis ketika di tindas oleh anak anak seusianya.
Kemarin, ketika mereka sedang bercanda tawa di toko. Arka pulang ke toko dalam keadaan babak belur dan hampir pingsan. Yang membopong pun adalah Ruhus. Mereka yang ada di toko dengan bergegas menolong .
"Siapa yang melakukan ini sialan! " teriak Andrew dengan amarah besar.
"Jefry anak Sumpah Pemuda." ucap Ruhus.
"Brengsek, anak itu berani membuat perkara" Andrew hendak pergi untuk memberu pelajaran, namun di hentikan Arka.
"Ini pertaruhan ku om. Tolong bantu aku untuk berlatih, aku menerima tantangan darinya dalam waktu dua Minggu"
Kemudian arka menceritakannya.
Ketika ia di berikan dua pilihan itu, arka membalas dengan pertanyaan balik. "Apa benefit dan kerugian dari keduanya?"
Jefry mengernyit, baru kali ini ada orang yang berfikir tentang benefit dan kerugian. Seorang anak di bully pada umumnya hanya memikirkan keuntungan sekilas, ketika ia tak cukup percaya diri untuk melawan target, pastilah ingin menjadi anjing orang itu agar kehidupannya tidak di rusak oleh orang sebelumnya.
Tetapi Arka berbeda, dengan tubuh yang seperti itu ia masih memikirkan untung dan rugi.
"Jika kau menjadi anjingku, tak akan ada lagi yang memukulmu asal kau patuh kepadaku. Jika kau bisa mengalahkan ku dalam duel, maka aku akan ada di pihak mu" jelas Jefry.
"Pihak dalam artian di sini adalah aliansi?" tanya Arka.
"Benar" jawab Jefry.
"Kalau aku jadi anjing mu, belum tentu kamu bisa melindungi ku dari pihak yang lebih kuat dari mu. Ada kemungkinan kamu membuang ku dan bahkan kau menjualku" kata Arka kepada Jefry.
Jefry mengangguk kagum. "Benar, kemungkinan itu bisa terjadi"
Arka berfikir sejenak.
"Tantangan, aku menerima tantangan mu" kata Arka.
Seisi lorong kantin sekolah itu semakin kaget .
"Baiklah, kalau begitu. Sesuai rules di sekolah ini, sang penerima tantangan lah yang menentukan rules tantangan. Bisa kau ajukan kepadaku?" tanya Jefry dengan tangan yang bersilang di dada.
"Karna perbedaan power dan tubuh kita aku meminta waktu sebulan untuk mempersiapkan diri. Dan dalam waktu itu mohon jangan ganggu Ruhus. Dan aku ingin jika aku berhasil menghajar mu aku ingin sebuah aliansi tersebut" Arka sudah memikirkan nya dengan matang.
"Tidak sampai sebulan, dua Minggu. Dengan catatan bahwa kau berhasil mendaratkan pukulan apa saja ke wajahku. Ingat, wajahku! Tak perlu sampai aku berdarah atau berdamage, kau mendaratkan serangan apa saja ke wajahku maka kau menang" potong Jefry .
"Kenapa gak boleh sebulan?" tanya Arka.
"Karna aku akan bertarung dengan seseorang di luar sana " jawab Jefry .
"Tidak ada pilihan lain?" tanya Arka lagi.
"Tidak ada pilihan lain!" Jefry mempertegas .
"Baiklah deal" Arka mengulurkan tangan.
Jefry menyambut tangan itu.
Sebelum Jefry benar benar meninggalkan Arka, ia menyempatkan diri untuk memukul perut Arka yang membuat Arka terpental jauh ke tembok dan berhasil membuat ia hampir pingsan .
Br*ngsek, rasanya seperti di hantam mobil.
Batin Arka.
Karna sepanjang tahun di sekolah ini, baru kali ini ia merasakan pukulan sekuat itu .
"Itu hanyalah gambaran tinjuanku nanti yang akan kau hadapi, dan kau harus bisa mempersiapkan dirimu di dua Minggu kedepan. Aku tunggu di belakang gedung olahraga"
Dan Jefry pun pergi meninggalkannya.
Dan seperti itulah ceritanya yang di sampaikan oleh Ruhus.
Dan kini Sherry melihat keteguhan dari seorang anak yang masih SMP untuk berlatih.
Hari demi hari Sherry melihat kegiatan yang di lakukan Arka. Pagi buta ia berlari mengelilingi lapangan. Yang di lanjutkan dengan mengangkat beban. Lalu kemudian ia meminum susu sebanyak segelas lima ratus Mili, lalu lanjut dengan minum air putih sebanyak satu liter. Di siang hari ia membantu angkat barang dan kerja hingga sore. Di sore hari pun ia kembali ke lapangan untuk melanjutkan latihannya, namun jika sore hari ia di temani Andrew untuk melatih tinjuan Arka.
Jika orang dewasa biasa yang melatih tubuhnya selama dua Minggu itu tidak ada artinya, berbeda dengan Arka. Usia yang di masa puber ini sangat cepat menyerap semua yang masuk dan keluar dari tubuhnya. Alhasil dalam waktu seminggu lebih dua hari, ia berhasil memperkuat otot kaki dan lengan.
"Sudah seminggu kau memperkuat otot kaki dan lengan, kini di mingu ini stop sudah berlari lapangan" ujar Andrew.
"Trus ngapain?" tanya Arka .
"Latihan semingu berikutnya itu dada perut dan back, Biar tubuhmu bisa menahan dan meredam damage yang di berikan Jefry." Andrew menyerahkan burble, dan dumbles ke Arka.
"Ingat, tetap recovery satu hari di pertengahan latihan dan satu hari di akhir latihan" Andrew memperingatkan.
"Ayok sher" Ajak Andrew.
"Yakin gak di temenin?" tanya Sherry .
"Dia gak fokus nanti" Andrew berjalan pergi meninggalkan lapangan.
Sherry melihat sebentar ke arah Arka yang kini sedang mengangkat dumbles secara bergantian.
Sherry tersenyum manis ke Arka. Walaupun mereka tak memiliki hubungan sedarah, namun Sherry merasa bangga bahwa Arka merupakan adik yang tidak lemah.
Paling tidak, mental Arka sudah di atas para karyawan di minimarket itu.
Sesampainya kembali ke toko, para karyawan lain menanyakan bagaimana keadaan Arka yang sedang latihan.
"Kalian tau kan kalau ini Arka?" kata Sherry mencoba menenangkan karyawan lain .
Mereka tersenyum dan salah satu dari mereka berucap.
"Jangan kan tantangan manusia, tantangan dari takdir tuhan aja dia sanggupi"
"Jangan kan pukulan manusia, badai pun dia lewati" yang lain menimpali.
Mereka yang ada di toko sudah tau seberapa keras mental Arka. Seberapa keras Arka menjalani kehidupan, dan bahkan pola pikir pebisnis pun ada di Arka.
Dia memang di tinggal oleh kedua orang tuanya, namun kini Arka menemukan rumah yang bisa di andalkan. Bahkan tak di pungkiri lagi, takdir berat itulah yang membuat Arka berfikir dewasa dan bermental kan baja. Untuk saat ini dan kedepannya, mereka tak akan mengkhawatirkan Arka yang lemah dan tak berdaya, tetapi mereka hanya perlu mendukung keputusan Arka yang kuat dan tahan banting.
Minggu 22 April 2000.
Pagi, pukul 06.29
"Hari ini hari trakhir ya latihan" Sherry yang baru selesai berdandan melihat Arka yang sedang olahraga pemanasan.
"Ia , besok rest untuk recovery. Dan lusa adalah hari H nya" Jawab Arka .
"Sudah siap buat latihan trakhir ?" Kata Andrew dari belakang Sherry .
"Tolong yang keras ya om, lawan ku soalnya monster dengan pukulannya sekuat hantaman mobil" senyum Arka mengembang indah di wajahnya.
Sherry berdesir melihat senyuman itu.
Semangat ya Arka !!
Batin Sherry kepada anak kecil yang ada di depannya.
Selasa, 24 April 2000
Suara bel sekolah Sumpah Pemuda telah berbunyi. Tanda jam sekolah sudah mulai.
Para murid kini bukan lagi ke arah kantin, atau bahkan ke kelas mereka. Pagi ini, hari Selasa adalah hari yang mereka tunggu tunggu. Sebuah pertunjukan akan segera di gelar di belakang gedung olahraga. Lorong kantin yang biasanya ramai pun kini menjadi sepi, anak anak lantai bawah yang biasanya bermain bola atau sekedar berkelahi untuk mengisi waktu kosong kini sedang pergi ke belakang gedung olahraga.
"Nak, kok tumben sepi" tanya ibu kantin kepada si tindik .
"Iya bule, soalnya lagi ada pertunjukan. Oh iya aku beli ini ya, ini uangnya" si tindik mengambil perkedel dan menaruh uang lima ratus rupiah.
"Memangnya pertunjukan apa le?" tanya bule.
Si tindik tersenyum "Sebuah pertunjukkan yang unik dan asik bule"
Sementara itu, di lapangan basket tepat di belakang gedung olahraga sekolah Sumpah Pemuda. Para murid sudah mulai berkumpul untuk menyaksikan sebuah pertarungan terunik dan yang menantang . Walaupun mereka sudah tau dan menebak bahwa lawan yang sedang di tantang itu tak akan membuat perubahan yang berarti, namun mereka tetap antusias untuk menonton.
Dan kini sorak Sorai makin memenuhi ruangan itu ketika dua orang sudah memasuki arena.
Dari seberang arah sisi pintu keluar gedung sebelah timur berjalan lah sesosok penantang. Tubuhnya yang tinggi dan berdada bidang serta di dukung dengan bahu yang lebar, membuat ia sangat mudah untuk menghajar musuh yang memiliki daya tahan kuat. Urat di lengan nya pun sudah mulai menimbul, tanda ia sudah siap sekali akan pertarungan ini .
Dari sisi berlawanan, berjalanlah orang yang di tantang. Orang yang tubuhnya dua kali lipat lebih kecil ketimbang Jefry . Namun jika dua Minggu yang lalu ia kurus kering dan kecil, sekarang ia sudah tumbuh tinggi sedikit sekitar dua centi. Otot yang di betis dan di lengannya begitu nampak, bahunya yang sudah lumayan lebar kini mungkin sanggup menahan benturan kuat dari tinjuan seorang Jefry .
"Sudah siap? Kayaknya kamu tumbuh pesat" Sapaan Jefry untuk memulai pertarungan.
"Yah, semoga aja bisa memuaskan kamu" Arka merenggangkan tubuh melakukan pemanasan olahraga .
Dan di sinilah perubahan besar akan membawa dampak besar bagi kehidupan Arka selanjutnya.
...****************...