Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ALIANSI HANTU
Tamara hanya diam dengan wajah datar nya, penuturan Reifan tidak berpengaruh apa-apa untuk dirinya.
"Ciuman ini, Tamara, adalah ciuman peresmian perang. Bukan janji cinta," lanjut Reifan.
Tamara bangkit berdiri, menantang Reifan. Dia menjulurkan lehernya, seringainya kembali.
"Maka cium lah aku, Raja. Dan pastikan itu ciuman yang layak dikenang sebagai Awal Mula Kehancuranmu," tantang Tamara, tanpa rasa takut.
Reifan tersenyum, senyum yang mematikan. Tanpa peringatan lebih lanjut, Reifan membungkuk dan mencium Tamara, bukan dengan kelembutan, tetapi dengan kebutuhan yang mendesak, menuntut kendali.
Itu adalah ciuman kekuasaan. Ciuman di mana setiap sentuhan bibir adalah janji ancaman. Tamara merespons dengan intensitas yang sama, membalas ciuman itu, mencengkeram bahu Reifan, menanamkan kekuatannya sendiri ke dalam pertempuran itu.
Beberapa saat kemudian, Reifan melepaskan ciumannya, terengah-engah. Matanya berkilat penuh kemenangan dan juga kekalahan.
"Selamat malam, Nyonya Adhitama," ucap Reifan.
"Selamat malam, calon suamiku. Tidurlah dengan nyenyak, karena besok, aku akan mulai menghancurkan cash flow mu," balas Tamara, tersenyum dingin.
Reifan hanya tertawa kecil, suara tawanya mengandung janji dan ancaman. Ia berbalik dan meninggalkan kamar itu.
Tamara menyentuh bibirnya, lalu menatap cincin Safir di jarinya.
Sistem 007: Peringatan: Ciuman ini mengaktifkan Level 'Ketertarikan Berbahaya' pada kedua belah pihak. Risiko hubungan emosional yang tak terduga meningkat.
"Ketertarikan adalah data. Dan data adalah keunggulan. Biarkan dia tertarik. Semakin dalam perasaannya, semakin dalam dia jatuh. Dua hari lagi, aku akan menjadi Nyonya Adhitama yang sah," gumam Tamara, tersenyum miring.
Tamara kembali ke tabletnya. Ia membuka data Yayasan Azura. Sambil melihat wajah Azura di foto, Tamara mengetik.
Tamara mengetik dengan cepat. Desmond, gaun pengantin. Aku ingin kain yang tampak lembut, tetapi memiliki tulang baja. Aku ingin tampil sebagai Ratu yang menghormati kenangan, tetapi siap berperang. Gaun itu harus memiliki elemen biru tua dan biru muda. Safir Azura dan Aldrian. Aku tidak akan memakai warna putih murni. Aku akan memakai warna Aliansi Hantu.
🤍🤍🤍
Satu hari setelah menginap di Villa Timur, Tamara kembali ke hotel tempat dia tinggal, sementara Reifan dan kedua anaknya, juga sudah kembali ke kediaman Adhitama.
Dan dua hari sebelum pernikahan nya adalah badai perencanaan dan manuver diam-diam.
Sistem 007 bekerja keras.
Laporan Keuangan 007: Dana $1.2 Juta kepada Helena Darmawan telah menciptakan soft alliance. Tuan Darmawan kini mengirimkan laporan logistik Black Dragon kepadaku secara tidak langsung melalui kode. Hutang Reno telah dipadamkan, Senator Ranu sekarang berhutang loyalitas kepadaku.
Laporan Emosional Anak-Anak: Azka (Level Hormat: 7/10) sekarang meminta pendapat Tamara tentang buku strategi militer barunya. Alvero (Level Rasa Aman: 8/10) sekarang tidur dengan mobil anti-peluru pemberian Tamara, dan sering meminta Tamara mendongeng tentang pahlawan perempuan yang cerdas dan kejam.
Tamara telah menemukan ritme: Menghabiskan pagi hari untuk menembus jaringan Reifan, dan sore hari untuk menembus hati anak-anaknya.
Di sisi lain, Reifan tidak tinggal diam.
"Robert! Batalkan penerbangan ke Manhattan. Kita akan menikah di kompleks ini. Di kapel bawah tanah yang dibangun Kakekku. Aku tidak akan membiarkan dia mengira dia bisa melarikan diri dariku di tengah New York!" perintah perintah Reifan di ruang kerjanya.
"Akan dilaksanakan, Tuan," jawab Robert.
"Dan pastikan semua kontak terpenting Black Dragon hadir. Beri tahu mereka, pernikahan ini adalah demonstrasi kekuatan. Dia ingin kontrol, aku akan memberinya panggung!" ucap Reifan tegas.
Kompleks Adhitama, Satu Hari Sebelum Pernikahan
Tadi malam Tamara sudah di jemput dari hotel tempat dia tinggal, meninggalkan Cindy yang masih betah menginap di sana
Saat ini Tamara sedang berada di perpustakaan besar, di kediaman Adhitama, diserahi tugas untuk memilih buku-buku lama untuk penthouse Manhattan, sebuah tugas yang kini menjadi sia-sia.
Saat dia menyentuh sebuah buku kuno tentang diplomasi perang, Azka muncul.
"Mereka mengubah tempatnya, Ratu" bisik Azka, matanya tajam dan penuh perhitungan.
"Damian sedang mengubah keamanan kapel. Mereka tidak ingin kau berada di New York. Mereka ingin kau dikunci di sini," lanjut Azka, si bocah genius, umur 8 tahun.
"Tentu saja. Ayahmu tidak suka bermain dengan mudah," jawab Tamara tersenyum, tidak terkejut
"Kenapa kau tidak marah? Itu manipulasi yang jelas," tanya Azka, bingung
"Dalam strategi, usuhmu akan selalu melakukan langkah yang paling logis untuk mengamankan wilayahnya. Aku sudah memprediksi ini. Jika dia membawaku ke New York, dia akan kehilangan home advantage. Dia ingin aku merasa terperangkap. Ini adalah perang mental," jawab Tamara, mengusap debu dari buku itu.
"Lalu, apa langkahmu?" tanya Azka, dengan nada tertarik.
"Aku akan memberinya ilusi kekalahan," bisik Tamara.
"Semua orang akan berpikir dia menang, dan aku terperangkap. Tapi aku sudah mendapatkan hal yang jauh lebih berharga daripada lokasi pernikahan," lanjut Tamara tersenyum miring.
"Ayahmu memiliki satu kelemahan yang tak tertembus, Azka. Rasa loyalitasnya yang buta terhadap masa lalu. Dia menghormati nama Adhitama lebih dari segalanya. Dan semua yang terjadi dalam sejarah keluarga ini, adalah kunci kendali yang sesungguhnya," ucap Tamara menunjuk ke sebuah buku yang berisi silsilah keluarga Adhitama yang tebal.
"Aku tidak mengerti," jawab Azka.
"Nanti saat waktu nya tiba, kau akan mengerti, Tuan Muda Strategi," jawab Tamara, tersenyum.
"Kau dan Alvero, malam ini kalian akan tidur di kamar yang berbeda. Aku ingin kau dan Alvero tetap di kamar. Tidak peduli apa yang kalian dengar," lanjut Tamara.
"Ayo aku akan mengantar kan mu ke kamar mu," ucap Tamara, menggandeng tangan kecil Azka.
Mereka berdua keluar dari perpustakaan, berjalan di lorong-lorong besar di kediaman Adhitama yang memiliki bangunan sangat besar dan megah.
Tamara membawa Azka ke kamar yang ada di lantai empat, tepat berada di samping kamar yang di tempati Alvero dan di juga diri nya.
Ceklekk
"Masuklah, sebelum tidur jangan lupa cuci muka dan sikat gigi dulu," ucap Tamara membuka pintu kamar.
"Hem, terimakasih Ratu, aku mengerti," jawab Azka, mengangguk kan kepala nya.
Setelah Azka masuk, Tamara kembali menutup pintu itu dengan rapat, lalu berjalan ke arah kamar nya, kamar yang dia tempati selama tinggal di kediaman Adhitama.
Di dalam kamar nya Tamara langsung mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.
"Hallo..."
"Pernikahan ku akan di adakan di kediaman Adhitama," ucap Tamara tanpa basa-basi.
"What!?" kenapa? Apa ada masalah?" tanya Cindy, berteriak di seberang.
"Reifan takut aku kabur di tengah kota New York," jawab Tamara tersenyum.
"Gila," ucap Cindy di seberang sana.
"Sudahlah aku tutup telpon nya, jangan lupa besok kau harus hadir Ratu Sosialita," ucap Tamara.
"Siap bos" jawab Cindy, semangat.
Tutt
Sambungan telpon di matikan oleh Tamara.