Evan Bramasta, cowok berbadan tinggi, kulit putih dan hidung bangir. Berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah Sekolah Menengah Atas dan sudah mempunyai seorang istri atas perjodohan dari orang tuanya. Istrinya bernama Sabina Elliana yang bekerja di sekolah yang sama dengan suaminya.
Beberapa bulan belakangan ini, Evan selalu memperhatikan seorang murid perempuan yang selalu membuatnya sakit di bagian bawah. Ia menginginkan gadis itu menjadi miliknya dengan cara apapun.
Namanya Ziyara Liffyani, gadis yatim piatu berparas cantik di usianya yang baru 17 tahun. Dia harus bekerja paruh waktu di toko buku untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ziyara juga diam-diam sangat menyukai guru olahraganya itu. Apa pun akan Ziyara lakukan untuk menggapai cita-citanya dan mendapatkan keinginannya, termasuk menjadi istri simpanan guru olahraga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu Buta
Ziyara tak menjawab, ia sibuk dengan makanan yang ada di depannya.
“Babby ... Daddy udah beliin kamu rumah di dekat apartemen.”
“Kan aku udah bilang, Dad ... aku enggak mau,” ucap Ziyara kesal.
“Sekaliiiiiii aja, enggak usah ngebantah Daddy ... pulang sekolah kita langsung pindah,” ucap Evan tak mau dibantah.
“Iya-iyaa,” jawab Ziyara dengan mata yang menjeling ke arah tempat bekal Sabina. “Awas ih tempat bekal nya,” sambung Ziyara.
“Hahaha, tempat bekalnya enggak gangguin kamu padahal, mau dicemburuin juga?"
“Bodo.”
“Daddy mau lagi nanti.”
“Silakan aja,” tantang Ziyara dengan membuka lebar lebar pahanya.
Evan berdiri dari duduknya dan langsung mengacak acak rambut Ziyara.
“Nakal banget sih By ... enggak di sini sayang ... di rumah aja nanti, ya.”
“Tapi mau cudlle sambil ciuman, Dad,” ointa Ziyara.
Evan menuruti permintaan Ziyara yang sangat menguntungkannya, ia memeluk tubuh kecil Ziyara dan mencium bibir manis kekasihnya. Setelah di rasa bibirnya sudah membengkak, Ziyara mendorong dada Evan.
“Daddy ih, nyedotnya kuat banget ... bengkak kan jadinya bibir aku.”
“Babby juga tadi narik lidah Daddy kuat, kok,” ujar Evan tak mau kalah.
Asik berdebat perkara melahap dan menarik, bel pulang sekolah pun berbunyi dan memberhentikan masalah yang tidak penting. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan muncul lah Sabina yang langsung masuk.
“Eh, Ziyara ... kenapa di sini?”
“Kemarin dia seminggu enggak masuk ... ada tugas aku yang belum dikerjain,” jawab Evan.
“Ohh ... kita pulang bareng ya, Mas,” pinta Sabina.
“Kamu kan bawa mobil ... aku lagi banyak kerjaan ... nanti aku pulang ke rumah.”
“Janji, ya?”
“Hmm.”
Sabina mengambil tangan Evan untuk salim.
“Aku pulang dulu kalau gitu.”
Apakah mereka tidak menganggap Ziyara yang teronggok di sofa sana?
Sabina melemparkan senyumannya kepada Ziyara dan langsung keluar dari ruangan suaminya.
Evan langsung menghampiri Ziyara dan memeluk tubuh kekasihnya, wajah Ziyara sudah seperti singa yang ingin memakan mangsanya.
“Langsung pulang ya, By ... langsung beres-beres terus pindah.”
Ziyara bangun dari duduknya lalu langsung membuka pintu dan menutupnya dengan keras.
BRAKK!!
“Astaghfirullah ... serem banget ya Allah,” ucap Evan.
Evan buru-buru membereskan ruangannya dan menyusul Ziyara yang sudah menunggu di parkiran.
“Lama banget sih, Dad?"
“Ya maaf sayang ... ya udah ayo masuk.”
Setelah mereka masuk, Evan langsung menancapkan gas menuju kontrakkan Ziyara dan beres-beres untuk pindah ke rumah yang sudah dibelikan Evan.
Sampai di kontrakan, mereka langsung membereskan semua barang Ziyara untuk dimasukkan ke mobil.
Setelah selesai, mereka pun langsung menuju di kediaman baru Ziyara.
30 menit, sampai lah mereka dan Evan langsung menurunkan semua barang milik kekasihnya ke dalam rumah.
“Huhh ... capeknyaa.”
“Capek?"
“Iya, Dad.”
“Hmm ... enggak jadi dong ngen—"
Belum selesai Evan berbicara, Ziyara langsung menubruk tubuh Evan yang sedang duduk di karpet, hingga terlentang dan mencium bibir Evan. Ziyara naik ke tubuh kekasihnya dan menggesek-gesekkan rahimnya ke tombak Evan.
Evan memasukkan dua tangannya ke dalam rok sekolah Ziyara dan menguyel brutu yang semampai dan sekal itu.
“Enggghhh.”
“Punya kamu udah enggak sabar ya mau dimasukin?"
“Mmmhh ... iya Dad ... me-Q aku ketagihan, Daddy.”
“Buka semuanya sekarang Babby!”
Ziyara tergesa-gesa membuka seragamnya lalu membuka pakaian Evan.
“Tiduran sini ... ngang-kang!” perintah Evan.
Ziyara pun berbaring dan membuka lebar-lebar kakinya dan menampakkan rahimnya yang merah merekah.
Evan menyerbu rahim kekasihnya dengan bringas, ia cium dan ia hisap rahim Ziyara, ditariknya kacang saraf Ziyara dengan mulutnya.
“Aaaahh, punya Babby di apain Dad ... Ohh!"
“SLURP ... SLURP ... SLURP!”
“Daddy ... udah, Dad ... Babby mau pipis!”
Evan menggesekkan tombaknya ke rahim Ziyara, menekan-nekan kepala tombak yang sudah mengkilap itu ke belahan rahim kekasihnya.
“Mmhhh ... masukin, Dad!"
“Apanya Babby?"
“Ngghh ... itunya Daddy ... Babby pingin itunya Daddy!"
JLEEEEBBB!
“Aaaakkkhh, Daddy!"
Evan menggeber dengan ritme pelan dan menyumpal mulutnya dengan dada Ziyara.
“Mmhh ... isep terus, Dad ... gigi Babby ... ahhhh ... yang kenceng, Dad!
Evan tak tahan mendengar racauan dari kekasihnya ini. Ia langsung menggeber kasar rahim Ziyara. Menggigit kismis itu dengan kuat.
“Aaaakkkhhhh … Daddy ... ampun , Dad ... Ehmm… akhh ... ahh ... akhh!"
“Enak? Daddy hamilin mau?"
“Aakkh ... aakkh ... aahh, enak Dad ... enak … Hamilin Babby Dad ... aahh!"
“Rasain punya Daddy sayang ... Aaahh!"
“Babby mau pipis, Dad!"
“Daddy mau keluar ... keluaaaaaaar!"
“Aaahh, ahh, ahh, keluar ... Babby juga keluaaar ... aaaakkkhhhhh!!”
“Aaaakkkhhhhh!n”
Evan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Ziyara dan mengatur kembali napasnya.
“Capek banget, Dad ... pingin tidur”
“Iya sayang ... tidur aja ... nanti Daddy pindahin.”
Evan mencabut tombaknya dan membersihkan sisa-sisa benih yang berada di luar bibir rahim Ziyara.
Setelah di rasa bersih, ia memakai kembali pakaiannya dan mengangkat Ziyara untuk pindah ke kamarnya.
Evan menyelimuti tubuh Ziyara dengan selimut lalu membereskan barang-barang Ziyara untuk dirapikannya. Usai semuanya beres, ia langsung mandi untuk membersihkan dirinya dan bergabung tidur bersama Ziyara.
જ⁀➴୨ৎજ⁀➴
Matahari siang menyapa dua insan yang masih tertidur lelap dengan memeluk tubuh satu sama lain. Tidur Ziyara terbangun karena suara dering HP Evan yang terus berbunyi. Ziyara mengelus wajah berjambang Evan untuk membangunkan kekasihnya itu.
“Dad, hp kamu bunyi terus dari tadi.”
“Mmmhhh.”
Evan menggeliatkan badannya dan kembali memeluk tubuh Ziyara.
“Bangun Dad, hp kamu bunyi lagi itu.”
“Huh, iya-iya.”
Dengan rasa malas Evan bangun dan mengambil HPnya yang berada di atas tempat tidur. Evan melihat nama yang ada di HPnya dan mengusap kasar wajahnya, takut-takut jika kekasihnya akan mengamuk lagi. Ziyara yang melihat tingkah Evan seperti itu pun bertanya.
“Siapa, Dad?”
Evan menunjukkan HPnya di depan wajah Ziyara.
“Oh, angkat aja.”
Evan pun mengangkat panggilan dari Sabina, istrinya.
“Hallo,” sambut Evan.
“Hallo Mas, kok kamu enggak pulang lagi? Aku ke apartemen juga kamu enggak ada, kamu tidur di mana?”
“Kenapa Sabina?”
“Hm ... kepala aku pusing banget dari semalam Mas ... terus aku muntah-muntah terus, temenin aku ke rumah sakit, ya?”
“Gak bisa minta anterin supir aja?” tanya Evan.
“Aku mau sama kamu Mas, please.”
“Huh, ya udah bentar lagi aku pulang, aku tutup dulu.”
TUUUTTT!
Evan menoleh Ziyara yang menutupkan matanya, ia tahu kalau Ziyara sedang meredam amarah dan rasa cemburunya. Evan memeluk tubuh itu lagi dan berbaring di dada kekasihnya.
“Mandi yuk, Daddy mandiin,” gernyit Evan mencoba untuk merayu Ziyara agar nanti ia bisa pergi dengan selamat.
“Daddy aja yang mandi terus siap-siap ketemu sama istri Daddy,” jawab Ziyara dengan mata yang masih terpejam.
“Babby."
“Gak apa-apa dad, aku mau lanjut tidur lagi ... masih ngantuk sama capek.”
Evan yang tidak ingin membuat masalah pun bangun dan mencium seluruh wajah Ziyara, lalu langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan setelah itu bersiap untuk pulang.
Setelah selesai dengan mandi dan bersiap, ia pamit kepada Ziyara.
“Daddy pulang sebentar ya sayang, nanti Daddy ke sini lagi.”
“Hmm.”
Evan mengecup sekilas bibir Ziyara dan langsung pergi.
“Huh.” Ziyara menarik dan membuang napasnya kasar.