Metha Safira Maharani, wanita cantik dan memiliki kesempurnaan fisik, nyatanya tak mampu menahan suaminya untuk tak mendua, Ryan Dewantara, suami yang begitu dia cintai nyatanya selingkuh dan menikahi dengan wanita lain. Jika banyak istri sah yang melabrak dan mempertahankan suaminya yang tak setia. Tidak dengan Metha, dia memilih mengalah dan mengiklaskan suaminya bahagia dengan perempuan lain. Melepaskan adalah jalan yang dia pilih untuk meraih kebahagiannya sendiri. Untuk apa bertahan jika sudah tak ada yang bisa dipertahankan. Tapi sebelum itu, dia memberi suami dan selingkuhannya itu pelajaran.
Metha diam diam menceraikan suaminya dan menikah lagi dengan sahabat lamanya, Evan Anggika, pria tampan dan mapan yang mau menerima dia apa adanya. Saat dia sudah bahagia dengan rumah tangganya bersama Evan, mantan suaminya kembali dan memohon untuk hidup bersama lagi. Dia tak terima Metha menceraikannya secara sepihak. Apa yang akan dilakukan Metha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menangis Di Bahu Sahabat
"tentu saja mengunjungi suamiku yang jarang pulang karena dinas keluar kota terus" jawab ku lantang, beberapa orang langsung menoleh pada kami karena ucapanku yang sukses menarik perhatian, mereka langsung berbisik bisik, membuat keduanya risih
Wanita itu hendak melenggang pergi,
"tunggu!" teriakku membuat dia berbalik
"ada apa?" tanyanya sok polos
"apa kamu menemani suamiku dinas keluar kota? kenapa kalian datang bersamaan?"
"ya, memangnya suamimu tidak bilang? kami rekan satu team, jadi dimana ada mas Ryan disitu juga ada aku" jawabnya enteng, dasar tidak tahu diri, satu team ranjang maksudnya, munafik, dia bahkan memanggil suamiku mas, cih..
"aku melihat kalian bergandengan tangan, apa satu team juga diwajibkan begitu?!!" tanyaku ketus
"Metha sudah, sekarang jam kerja kantor sebaiknya kamu pulang" usir mas Ryan padaku, wanita itu tersenyum sinis, dia merasa menang karena dibela lalu melenggang masuk
"aku tunggu kamu dirumah mas, kamu harus ingat jika masih memiliki istri yang menunggumu setiap hari dirumah" ucapku lalu pergi, aku sempat menoleh kebelakang, berharap mas Ryan masih memandang kepergianku, nyatanya dia sudah masuk dan tak terlihat, mungkin buru buru menyusul gundiknya itu.
Air mataku lolos begitu saja, rasanya sakit sekali, aku istrinya, tapi suamiku membela wanita lain, dia bahkan memilih berbohong demi bersama selingkuhannya itu. Tega....
Tiba tiba aku merasakan ada yang merangkulku dan membawaku pergi, jangan mengira dia adalah mas Ryan, karena suamiku pasti sibuk dengan gundiknya, dan seseorang yang membawaku pergi adalah Evan, sahabatku.
Kami berada didalam mobil, Evan tak mengatakan apapun, dia hanya menemaniku sambil mendengar tangisanku
"minta tisu" seruku, Evan hanya menoleh sambil memberikan tisu padaku
Srettttthh
"ish, patah hati boleh kali Met, tapi ngelap ingusnya biasa aja" keluhnya, tapi aku tahu kalau dia hanya berusaha menghiburku, aku menghadap ke arahnya
"Van"
"hm"
"lihat aku"
Dia menoleh dan menatapku, tentu aku yakin wajahku sudah berantakan, hidungku pasti sudah seperti tomat
"apa yang kurang dari wajahku?" tanyaku serius
"ga ada, lengkap kok"
"maksudku, apa aku terlalu kelihatan natural dan membosankan? apa aku harus mengukir alis cetar membahana sama seperti si gundik, apa aku juga butuh shading dihidung, atau.." Evan memotong ucapanku
"kamu ga perlu semuanya Met, kamu cantik alami, dan jarang yang seperti itu jaman sekarang, lagipula hidungmu sudah mancung jadi ga perlu shading, alismu juga bagus kayak jalan tol Surabaya, ga perlu tambahan lagi"
"tapi kenapa aku diselingkuhin Van, kata kamu aku cantik, tapi buktinya mas Ryan berpaling, aku kurang apa coba? aku bahkan hebat di ranjang, dia mah suka nikmati aja, tapi masih selingkuh hi hi hi" tangis Metha pecah, Evan justru tertawa, membuat wanita itu menatapnya bingung
"ngapain malah ketawa?"
"aku ga bisa komen kali Met kalau soal itu, aku mana tahu kamu beneran hebat atau enggak, tapi kalau mau dibuktikan sih ayo deh" ucapnya tertawa, aku memukul lengan Evan, pria itu menatapku lalu membawaku ke pelukannya
"menangislah Met, luapkan semua rasa kecewamu" aku menangis sejadi jadinya di bahu sahabatku, sejak kecil, hanya Evan yang mengerti aku, bahkan ketika ibuku meninggal, Evan dan orang tuanya yang menghiburku
"Van, kenapa nasibku malang sekali, aku harus bagaimana? aku sudah terlanjur kecewa sama mas Ryan"
"jika kamu sudah tidak mampu, tinggalkan dia Met, kamu terlalu berharga untuk pria macam suamimu itu" jawaban Evan membuatku melepas pelukannya,
Apakah perpisahan adalah jalan terbaik bagiku, tapi aku masih mencintai mas Ryan, lagipula Allah membenci perceraian, gumam Metha dalam hati