NovelToon NovelToon
Detektif Jola Joli

Detektif Jola Joli

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:757
Nilai: 5
Nama Author: NonaNyala

Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.

Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak di Balik Mata Kevin (2)

*Bertambah Umur, Bertambah Keras Suara*

   Ketika masuk SMP, Kevin mulai tidak hanya melihat, tapi juga mendengar. Suara-suara samar sering masuk ke telinganya. Kadang panggilan lirih namanya, kadang tangisan, bahkan ada yang berupa jeritan marah. Ia pernah hampir pingsan di kelas ketika tiba-tiba mendengar suara perempuan menjerit di telinganya.

   “Ampuni aku... ampuni aku...” Padahal, di kelas saat itu sedang hening. Guru menulis di papan, teman-temannya mencatat. Sejak itu, Kevin makin dijauhi. “Si Kevin aneh,” kata teman-teman. “Suka ngomong sendiri.” Ada juga yang mengejek, “Indigo-indigoan.”

  Kevin memilih diam. Ia tahu, kalau ia cerita, orang hanya akan menertawakan. Hidup Kevin seperti berada di dua lapisan dunia: dunia nyata yang penuh canda, dan dunia lain yang sunyi, dingin, serta mencekam.

 Saat Semua Menjauh

  Memasuki SMP, keadaan makin berat. Suara-suara itu semakin jelas, kadang terdengar tepat di telinga. Ia sering melamun di kelas karena perhatiannya terbagi. Teman-temannya menganggap ia sombong, bahkan ada yang terang-terangan mengejek.

   “Eh jangan deket-deket sama Kevin, nanti kesurupan,” celetuk seorang murid.

 Anak-anak lain tertawa, menjauh. Kevin terbiasa sendirian, makan di kantin tanpa teman, pulang tanpa ditemani. Ia tidak pernah membela diri. Baginya, semakin banyak bicara, semakin dianggap gila.

 *Pertemuan dengan Bayu*

   Namun, di tengah keterasingan itu, ada satu orang yang berbeda, Bayu. Anak baru pindahan dari kota, pembawaannya ceria, agak nyeleneh, dan suka bercanda. Alih-alih menjauh, Bayu justru penasaran dengan Kevin yang selalu sendiri.

  Suatu siang, ketika Kevin duduk di bawah pohon sambil menatap kosong, Bayu datang membawa dua gorengan.

   “Lu kenapa diem aja, bro? Nih, gua traktir bakwan. Jangan ditolak, gua pantau dari tadi lu belum makan.”

  Kevin menoleh, kaget. Biasanya orang mendekat hanya untuk mengejek. “Aku… nggak lapar.”

   “Bohong. Muka lu laper. Nih, makan aja.” Bayu menyodorkan bakwan ke tangannya.

  Kevin akhirnya menerima, meski canggung. Sejak hari itu, Bayu mulai sering duduk di sampingnya, mengajak ngobrol hal-hal sepele.

   “Lu beneran bisa liat yang orang lain nggak bisa?” tanya Bayu suatu kali, dengan nada penasaran tapi tanpa mengejek.

  Kevin diam, menunduk.

   “Kalau iya juga nggak masalah, bro. Santai aja, gua nggak bakal menjauh. Malah seru kali, punya temen bisa liat dunia lain.” Bayu tertawa lepas.

  Itulah pertama kalinya Kevin merasa diterima. Bayu tidak menilai aneh, tidak menjauh. Justru semakin hari semakin dekat, membela Kevin ketika ada anak yang mengejek.

   “Eh jangan songong sama temen gua,” bentak Bayu.

   “Ngaca dulu gih, lu aja serem tiap makan ngunyah kayak traktor.”

  Kevin hanya tersenyum kecil, tapi di dalam hati ia tahu Bayu adalah satu-satunya cahaya di hidupnya yang kelam.

 *Dunia yang Masih Menghantui*

   Meski ada Bayu, teror dunia lain tidak berhenti. Pernah suatu malam, Kevin dan Bayu pulang bersama lewat kebun pisang. Bayu sibuk bercanda, namun Kevin tiba-tiba terdiam. Dari balik pepohonan, sosok perempuan berambut panjang muncul, kepalanya miring tak wajar.

   Kevin pucat, keringat dingin bercucuran. Bayu heran.

  “Bro, lu kenapa? Liat apaan?”

   Kevin tak menjawab. Hanya berdoa dalam hati, berharap sosok itu segera hilang.

 Bayu menatap Kevin lama, lalu menepuk bahunya.

 “Santai aja, gua ada di sini.” Entah bagaimana, ucapan itu membuat Kevin lebih tenang.

 *Malam di Kebun Pisang*

   Namun pengalaman paling mengerikan tetap di kebun pisang. Malam itu, selepas mengaji, Kevin berjalan sendiri. Udara dingin menusuk, bulan tertutup awan. Dari kejauhan terdengar suara lirih memanggil namanya,

    “...Pin...”

   Dari balik rumpun pisang, muncullah sosok perempuan dengan leher patah, kepalanya terkulai ke samping, matanya hitam penuh. Ia berjalan terseret, lalu mendekat.

   “Temani aku...” katanya dengan suara serak.

  Kevin ingin lari tapi kakinya kaku. Baru ketika suara adzan Isya dari mushola terdengar samar, sosok itu berhenti, menunduk, lalu lenyap perlahan. Kevin jatuh terduduk, menangis sampai seorang tetua desa menemukannya. Tiga hari Kevin sakit demam, tubuhnya lemah, matanya kosong. Sejak itu ia tidak pernah lagi berani melewati kebun pisang sendirian.

 *Kakek, Satu-satunya Tempat Bercerita*

   Satu-satunya orang yang Kevin percaya hanyalah kakeknya. Kakeknya dulu seorang kiai kampung, bijak dan penuh ketenangan.

   “Kalo kau bisa lihat mereka, jangan takut,” ucap kakek suatu malam sambil mengelus kepala Kevin.

    “Mereka itu sama kayak kita, hanya saja udah nggak punya raga.”

   Kevin menatap mata kakeknya. “Tapi, Kek... mereka serem. Ada yang nangis, ada yang marah.”

  Kakeknya tersenyum tipis. “Karena mereka tersiksa, Nak. Ada yang belum tenang, ada yang minta didoakan. Kau jangan lari, cukup doa dalam hati.”

   Sayangnya, kakeknya wafat tiga tahun lalu. Sejak itu Kevin benar-benar sendirian menghadapi “dunia lain” yang melekat pada dirinya.

   Kembali ke Pos Ronda....

   Suara tawa Bayu mengembalikan Kevin ke masa kini. Namun dari sudut mata, ia kembali melihat sosok samar. Pria pucat berdiri di belakang Pak Galuh, tatapannya kosong. Tak ada satu pun warga menyadari. Kevin menarik napas, menunduk, pura-pura sibuk membetulkan tali pinggang.

  Dalam hati ia hanya bisa berdoa, “Semoga kau tenang.”

  Karena ia tahu, masa lalu itu tidak akan pernah hilang. Hanya menunggu waktu sampai bayangan-bayangan itu kembali mendekat.

 Perjalanan Kevin masih panjang, aura negatif dari berbagai makhluk tak kasat mata menyebar dimana dimana, dia diam bukaan sedang tenang, dia diam sebab dia tak mau melayani mereka yang hendak merasuki dirinya, seperti ucapan kakeknya dulu “Pinn, kalau ada salah satu makhluk ingin bicara dan komunikasi, dan jika kau belum siap atau kau tak sanggup tolak saja mereka dan berpura puralah tak mendengar rintihan mereka, jika mereka di layani mereka takkan berhenti.”

 Hanya Alm. Kakek kevin sebagai penenang hati karena mata ini pemberian dari keturunan keluarga kakeknya sudah banyak saudara yang juga memiliki kelebihan yang sama dengannya namun semuanya sudah bisa menjaga diri, dan bisa berani melawan mereka yang hendak mengambil alih tubuhnya.

...**---------------------**...

 DISCLAMER❗️⚠️

 Cerita ini hanya karangan semata jika ada perilaku/kata yang kasar mohon di maafkan. Terimakasih

 Happy Reading...🕵‍♂️📸

1
Siti Musyarofah
jangan serem 2 thor aslinya aku takut
Elisabeth Ratna Susanti
like plus 🌹 untuk karya keren ini 😍
Elisabeth Ratna Susanti
ahhhh aku merinding disko nih 😱
NonaNyala
teruslah berkarya dirikuu
Elisabeth Ratna Susanti
kasihan. Zikri
Elisabeth Ratna Susanti
awal yang bagus.....bikin merinding disko.....good job Thor 🥰👍
NonaNyala: aaaa makasih maee akuuu🥰🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!