NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semakin Tidak Terlihat

Ariana berdiri di depan cermin panjang, mengenakan gaun biru gelap yang menjuntai sederhana hingga mata kaki. Bahan satin itu tidak mengilap, tidak mencolok, tapi jatuh rapi mengikuti tubuhnya. Rambutnya disanggul ke atas hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Ia menatap bayangannya di cermin sejenak hanya untuk memastikan bahwa segala sesuatu tepat berada di tempatnya. Ariana ulangi, Sean menyukai kesempurnaan.

Ariana membuka pintu bersiap untuk pergi. Satu lagi, Sean tidak suka menunggu.

Sean berdiri tepat di depan pintu dibalut setelan jas hitam dengan kemeja putih bersih dan dasi abu-abu muda. Dia memang terlalu sempurna, terlalu sempurna untuk sekedar disamping Ariana. Ha ha ‘Si upik abu’ kata mama mertuanya saat pertama kali datang kesini.

Ariana mengikuti langkah Sean tanpa kata. Tidak ada pujian ataupun komentar tentang gaunnya. Tidak ada kalimat “kamu cantik malam ini”. Namum Ariana tak menunggu, sudah tidak lagi. Ia sudah terlalu lelah untuk sekedar menaruh sedikit harapan. Harapan bahwa Sean akan mencintainya.

“Ada sesi penghargaan jam tujuh. Setelah itu makan malam dan perkenalan beberapa relasi baru.”

Ariana mengangguk. “Apakah saya perlu berdiri di atas panggung bersamamu?”

Sean menoleh sebentar. “Tidak. Tapi akan ada sesi foto bersama keluarga direksi. Kamu boleh ikut berdiri jika mau.”

Ariana tersenyum tipis mengerti arti ucapan pria itu. “Tidak perlu, saya akan menunggu di meja saja.” Sean tidak menginginkannya untuk berada disana.

***

Lobi hotel dipenuhi cahaya kuning hangat, kristal gantung berkilauan di atas langit-langit ballroom. Aroma parfum mahal dan wine berusia puluhan tahun mengambang di udara. Beberapa pelayan langsung menyambut mereka di depan pintu kedatangan. Tidak… bukan mereka, tapi hanya Sean.  Ariana berjalan di samping Sean, bersama namun tak saling bersentuhan.

Begitu mereka masuk, suasana berubah. Mata orang-orang berbalik secara otomatis. Wajah-wajah dari majalah bisnis, pemilik galeri, putra dan putri duta besar, pemilik restoran, pewaris merek furnitur besar, semua orang mengenal Sean.

“Akhirnya datang juga!” ucap seorang pria paruh baya yang berdiri di dekat meja minuman.

“Sean, congratulations untuk ekspansi terakhir. Itu sangat hebat sekali,” ujar seorang wanita bergaun merah yang memegang dua gelas prosecco.

Sean tersenyum sopan, pujian sudah bukan kata asing di telinganya saking seringnya mendengar kata itu. Bisnis adalah bisnis. Apa yang ditunjukkan dihadapan matanya saat ini bukanlah wajah asli mereka.

Ariana tetap berdiri di sampingnya, Sean tidak memperkenalkannya atau sekedar menunjukkan bahwa mereka cukup dekat untuk membuatnya merasa dihargai. Ariana terkekeh di dalam hati, inilah dirinya yang sebenarnya. Tidak terlihat bahkan barang secuil pun. Kadang ia bertanya-tanya, untuk apa dibawa kalau tidak diinginkan. Bukankah dunia terlalu kejam padanya?

Seorang pria muda bersetelan abu-abu memperhatikan Ariana sesaat, lalu bertanya, “Maaf, Anda sekretaris Tuan Montgomery?”

Sebelum Ariana menjawab, Florence muncul dari sisi kanan ballroom, seperti sosok aristokrat yang baru selesai memberi perintah kepada pelayannya. Ia mengenakan gaun hitam elegan, rambutnya tersanggul sempurna, bibirnya merah tua seperti lukisan lama.

“Ariana,” ucap Florence dengan suara yang cukup keras untuk didengar tamu di sekitarnya, “akhirnya sampai juga. Saya sempat mengira kamu tidak ikut.”

Ariana tersenyum kecil, ‘Dia berharap aku tidak ikut, aku tahu itu.’

Florence tersenyum manis, lalu menoleh ke sekelompok wanita yang menatap Ariana penasaran sebab gadis itu datang bersamaan dengan Sean Montgomery. “Ini Ariana, sekretaris Sean.” Ucap Florence segera. Ia tidak akan membiarkan Ariana memiliki celah untuk dikenal sebagai istri Sean, menantunya.

Wanita-wanita itu tersenyum cerah mendengar pernyataan Florence sesuai dengan yang mereka ekspektasikan. Mereka kembali menatap ke arah Florence tanpa mempedulikan keberadaan Ariana.

‘Aku memang selalu tidak terlihatkan?’ Batin Ariana.

Florence melangkah mendekat, lalu berbisik pelan di telinga Sean, “Nanti setelah sesi foto, Segeralah temui investor dari Singapura. Clarissa juga ada di sana.”

Ariana tidak menoleh, tapi ia mendengar dengan jelas.

Sean hanya mengangguk pelan.

Florence lalu kembali menatap Ariana dan berkata cukup keras, “Duduklah di meja sebelah sana. Sesi foto ini khusus untuk keluarga inti Montgomery.” Dia menunjuk meja si sudut ruangan. Yah, pada akhirnya Ariana akan selalu semakin tidak terlihat. Sean juga tidak mengatakan apapun untuk menahannya pergi.

Seorang pelayan menawarkan segelas anggur. Ariana menerimanya dengan tenang. Segelas minuman ini mengingatkannya pada kejadian pengalaman pertamanya meminum anggur. Mabuk berat hingga mempermalukan keluarga Montgomery. Florence semakin tidak menyukainya saat itu begitupun dengan Sean yang merasa Ariana selalu mempermalukannya. Sean malu punya istri sepertinya.

Ariana menghela napas panjang lalu meminum seteguk kecil, sedikit menoleh ke belakang dimana Florence dan Sean yang tengah berbincang dengan tiga orang tokoh penting dari media. Sean… sama sekali tidak melihat kearahnya sekalipun.

Dari kejauhan seseorang memanggil nama Sean, semua orang bergantian menyapanya seolah memang dialah bintang utama malam ini.

Florence melangkah ringan di depan mereka, gaunnya bergerak seperti air tenang yang tidak pernah menyentuh tanah. Ia mengarahkan langkah ke salah satu sudut ballroom yang lebih redup cahayanya, sebuah ruang kecil tempat para tamu istimewa berkumpul dalam lingkaran privat.

“Itu dia Clarissa.” Ucap Florence menarik tangan Sean menemui calon menantu yang dia dambakan selama ini. Wanita yang pantas berdiri disamping putranya, pewaris satu-satunya di keluarga Montgomery.

Ariana mengikuti arah matanya.

Seorang perempuan muda berdiri di tengah ballrom dengan segelas champagne di tangannya. Rambut hitam pekatnya disanggul separuh, gaunnya berwarna gading dengan potongan leher tinggi dan lengan renda tipis. Sexy dan sangat mencolok, sekali bergerak mampu mengalihkan beberapa pandangan pria hanya padanya. Sempurna, seperti kata kesukaan Sean.

Florence memberi isyarat halus kepada Clarissa, yang segera melangkah mendekat dengan langkah ringan.

“Clarissa,” sapa Florence, suaranya hangat dan bersahabat, “Dia baru kembali setelah dua tahun di London, lulusan hubungan internasional dengan predikat magna cumlaude Sean.”

“Senang bertemu lagi, Tante Florence.” Clarissa tersenyum pada Florence namun sudut matanya hanya fokus pada satu orang, Sean Montgomery.

Florence melanjutkan, “Clarissa pernah magang sebentar di kantor kita kalau saya tidak salah?”

“Betul, sewaktu Pak James masih aktif.”

Sean menatap Clarissa lalu berkata pelan, “Saya ingat. Kamu ikut membantu bahan konferensi di tahun terakhir Papa menjabat.”

Clarissa mengangguk, sedikit tersenyum. “Saya masih simpan fotonya di meja kerja. Itu pengalaman berharga untuk saya.”

Sean hanya mengangguk kecil, tanpa menanggapi lebih jauh.

Florence tersenyum puas, pemandangan ini yang ia inginkan sejak dulu. Pendamping yang setara untuk putranya, bukan si upik abu itu.

Clarissa bercerita tentang pengalamannya selama menempuh Pendidikan di Inggris. Tentang museum dan salju, gadis itu mencoba berbagai topik untuk menarik perhatian pria incaran seluruh wanita di kota inu. Sean sesekali menanggapi dengan ringan namun tetap profesional.

Ariana memperhatikan semuanya dalam diam. Tapi di detik itu juga ia tahu, sebentar lagi…ya sebentar lagi hubungan ini akan selesai.

“Kupikir Clarissa akan sangat cocok membina hubungan bilateral dengan kita.” Bisik Florence di telinga Sean.

Ariana menyendokkan potongan salmon kecil ke mulutnya. Rasanya asin dan manis lalu lidahnya kembali hambar. Seperti hidupnya saat ini, tanpa rasa. Ia melihat tangan Sean mengambil gelas dari kejauhan, tangan itu tangan yang sama dengan tangan menyentuh tubuhnya malam-malam sebelumnya. Tapi malam ini, tangan itu tak tampak mengenalnya. Dia fokus pada satu wanita… wanita yang kelak akan menggantikan posisinya disisi Sean. Ia terus saja memandangi Sean, berharap pria itu menoleh padanya… sekali saja. Untuk yang terakhir, namun Ariana tetaplah Ariana si upik abu.

‘Jika aku tidak duduk di sini malam ini, apakah ada yang sadar?’

Ariana terkekeh pelan. Bodohnya dia bertanya sesuatu yang sudah dia ketahui jawabannya, tentu saja tidak.

1
Anonymous
so iye lu sean
Asriani Rini
Jangan jabgan keoindahan org. Tua Risa ulanh Resa sengaja ingin menjauhkan mereka dari Arians
annis
loooohhh... kok bersambung thoor.. 🙁
annis
ya Allah.. ya Allah... 🥺
Ratih Tupperware Denpasar
semangat ariana, smg bayinya sehat2
Mundri Astuti
si sean bener" ya
Ratih Tupperware Denpasar
sekarang kamu meeasa terhina, sebelum2nya tindakanmu ke ariana apa ga menghina dia? nikmati aja kesombonganmu sean, sdh bagus papamu memcafikan istri yg baik malah kamu sia2kan... hanya krn ariana miskin dan ga dipoles mau up kamu merndahkannya... dasar bod 0h kamu
Purnama Pasedu
ariana bersama Sean,aman dari teror Clarisa dan nyonya
hartiva lattang
sean semangat utk mempertahankan ariana. buktikan klo qm berubah
Ratih Tupperware Denpasar
menyesal ya kamu sean? walaupun terlambat jaglah calon anakmu jangan sampe ibumu dan clarisa menyakitanya lagi
Atika Sari
sejauh ini masih bisa dibikin greget,tokoh cewknya ga menye2,klo bsa bkin sean bersaing sma pak letnan,biar seru
Ulla Hullasoh
semangat Thorrr
Ulla Hullasoh
semangat Arianaaaaa
Ulla Hullasoh
Ariana pantas bahagia dengan irang yg lbh segalanya dari sean
Ulla Hullasoh
kasian Ariana
hartiva lattang
kak buat ariana dan sean balikan yaaa. memulai rt lahi bersama
tp sebelumx buat Sean setengah mati mengejar kembali ariana
Purnama Pasedu
meneror ariana tahu
Ratih Tupperware Denpasar
sean memang pria b0d0h bin tolong ini pasti turunan dari mak nya
Anonymous
ayo ka up lagi seru nih cerinta nya
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary Of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!