Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Kartu hitam
.
Hari telah senja ketika mobil yang dikendarai Ricky berhenti di depan sebuah mansion mewah. Sharmila benar-benar terkesima melihatnya. Rumah itu begitu besar dan mewah, desainnya berkelas, mencerminkan kekuasaan seorang Zayden Pratama.
"Selama setahun ini aku akan tinggal di Mansion mewah," gumam Sharmila dalam hati.
Zayden, yang sudah keluar dari mobil, menoleh padanya. "Kamu bisa masuk ke ruang atau kamar manapun yang ada di rumah ini," ucapnya datar, lalu menggandeng tangan Sharmila untuk dibawa masuk.
"Apa aku akan jadi Nyonya besar yang boleh melakukan apa saja?" tanya Sharmila setengah bercanda.
"Tentu saja, Nyonya Pratama. Apa pun itu. Tunjukkan kesaktian jarimu di hadapan mereka.” jawab Zayden yang telapak tangannya mengarah ke pintu masuk.
"Selamat datang, Nyonya.”
Sepuluh pelayan pria dan sepuluh pelayan wanita berbaris rapi menundukkan kepala membuat Sharmila terbelalak.
Seorang pria berjas hitam panjang maju ke depan. "Salam, Nyonya," sapanya. "Saya Rudi, kepala pelayan di rumah ini. Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, Anda bisa mengatakannya pada saya.”
Sharmila meringis sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Menatap ke arah Zayden yang hanya mengangkat kedua bahunya. “Salam, Pak Rudi. Terima kasih,” ucapnya.
“Ayo!" Zayden kembali menarik tangan Sharmila. Wanita itu pun hanya mengangguk mengikuti kemana dirinya di bawa.
"Ini kamarmu," ucap Zayden ketika mereka masuk ke dalam sebuah kamar yang sangat luas. Sharmila benar-benar terpesona dengan desain interior kamar itu. Benar-benar sesuai dengan seleranya.
“Kamu boleh melihat-lihat dulu atau istirahat, terserah. Aku harus menyiapkan dokumen yang akan aku bawa besok," kata Zayden, lalu berbalik dan melangkah menuju pintu utama.
"Kamu mau pergi?" tanya Sharmila, sedikit terkejut.
Zayden berhenti dan menoleh. "Iya. Mungkin beberapa hari ini aku tidak akan di rumah. Aku ada pekerjaan di luar kota yang harus aku lakukan," jawabnya tanpa ekspresi.
"Kalau kamu mau pergi, kenapa harus buru-buru membawaku ke rumah ini? Seharusnya aku bisa tinggal di rumahku dulu," ucap Sharmila, sedikit kesal.
Zayden mengangkat alisnya, lalu kembali masuk dan duduk di sofa panjang yang da di dalam kamar itu.
"Kenapa?" tanyanya. “Apa kamu nggak mau pergi dari rumahmu? Atau jangan-jangan kamu sedang menunggu kedatangan mantan calon suamimu itu?" tanyanya dengan nada sinis.
Sharmila, yang baru saja hendak melihat-lihat isi kamar itu, menghentikan langkahnya mendengar pertanyaan Zayden yang terdengar tidak suka.
"Kenapa kamu bicara seperti itu?" tanya Sharmila yang entah kenapa tiba-tiba merasa tak enak hati.
"Itu sesuatu yang sangat jelas," jawab Zayden dingin. Pria itu tahu betul Devan pasti tak kan berhenti mengejar Sharmila.
Sharmila ikut duduk di sofa di samping Zayden. “Kenapa aku merasa bersalah seperti ini?” gumam Sharmila dalam hati. “Aku seperti orang yang ketahuan selingkuh,” batinnya lagi.
Suasana menjadi hening beberapa saat sampai Zayden menghela napas panjang dan mengambil sesuatu dari dompetnya, sebuah kartu berwarna hitam, dan mengulurkannya kepada Sharmila.
"Biasanya aku tinggal sendirian. Aku tidak tahu apa saja kebutuhan rumah ini. Semuanya pelayan yang urus. Aku juga tidak tahu apa yang kamu butuhkan. Ini bawa kartuku, supaya kalau ada yang kurang kamu bisa beli sendiri," ucapnya tanpa menatap Sharmila.
Sharmila terbelalak melihat kartu berwarna hitam yang diulurkan Zayden. Tapi,
"Tidak perlu," ucapnya sambil mendorong tangan Zayden. Ia tak mau dianggap memanfaatkan. "Kalaupun butuh sesuatu, aku masih punya uang sendiri," lanjut Sharmila.
Zayden menatap Sharmila dengan pandangan mengejek. "Nyonya Pratama, kamu terlalu percaya diri ya. Aku tidak memberikan uang ini padamu, tapi aku memberikan uang ini untuk kebutuhan rumah selama aku tidak ada."
Sharmila tertawa pelan. "Baiklah,” ucapnya. "Jangan menyesal jika aku menguras uangmu!” Ancamnya
Zayden tertawa terbahak-bahak. “Nyonya Pratama, aku menantangmu. Kalau kamu bisa menghabiskan isi kartu itu dalam sehari, aku akan memberikan lima kartu lagi,” tantangnya lalu keluar dari kamar Sharmila masih sambil tertawa.
Sharmila menatap punggung pria itu sambil mendelik kesal. Dia selalu kalah berdebat dengan Zayden.
*
*
*
Mentari pagi menyelinap masuk melalui jendela kamar, membangunkan Sharmila dari tidurnya. Setelah membersihkan diri, ia keluar dari kamar dan memeriksa sekeliling. Zayden tidak terlihat di mana pun.
Tiba di ruang tengah, kepala pelayan Rudi menghampirinya dan menundukkan kepala dengan sopan. “Selamat pagi, Nyonya," ucapnya.
Sharmila mengangguk dan tersenyum tipis. "Selamat pagi, Pak Rudi. Oh iya, Arya ke mana ya?" tanyanya.
"Tuan Muda sudah dijemput oleh Asisten Joshua pagi-pagi sekali, Nyonya" jawab Pak Rudi dengan hormat.
Sharmila terdiam sambil mengetuk-ngetuk dagunya. "Ternyata dia benar-benar pergi," gumamnya dalam hati. Ia pun pamit kepada Pak Rudi dan kembali ke kamarnya.
"Nyonya," panggil Pak Rudi sebelum Sharmila sempat masuk ke kamar. "Sarapan sudah siap."
"Saya belum lapar, Pak Rudi. Saya akan makan nanti saja," jawab Sharmila sambil tetap melangkah.
Namun, kata-kata Pak Rudi berikutnya menghentikan langkahnya. "Maaf, Nyonya, tapi jika Nyonya tidak makan dengan baik, mungkin dan para chef yang akan dihukum karena dianggap tidak bisa melayani Nyonya," ujarnya dengan nada cemas.
Sharmila menghela napas kesal karena Zayden yang berlebihan, tapi ia merasa tidak tega jika Pak Rudi benar-benar terkena masalah karenanya. Ia ingat betul, sejak masih sekolah dulu Zayden orang yang kejam dan suka membuli dirinya. Akhirnya ia mengikuti langkah Rudi menuju ruang makan.
Di meja makan, dua orang pelayan wanita sudah siap melayani Sharmila. Sharmila merasa risih karena tidak biasa diperlakukan seperti itu. Karena biasanya di rumahnya, ia dan para bibi pelayan makan bersama dalam satu meja.
"Silakan, Nyonya," ucap salah seorang pelayan wanita sambil menarik kursi untuk Sharmila.
Sharmila duduk dengan canggung. "Kalian juga sarapan, yuk," ajaknya pada kedua pelayan itu.
Kedua pelayan itu saling bertukar pandang dengan gugup. "Maaf, Nyonya, kami tidak berani," jawab salah seorang dari mereka dengan suara pelan.
"Kenapa?" tanya Sharmila heran.
"Tidak apa-apa, tapi kami makan nanti saja,” jawab satu dari mereka yang di dadanya tertulis nama Mirna.
Sharmila memaksa tapi mereka tetap tidak mau hingga Sharmila hanya bisa menghela napas. “Dasar Arya! Ini pasti aturan dia,” batinnya kesal. Ia pun mulai menyantap sarapannya dalam diam, merasa tidak nyaman dengan suasana formal dan kaku di ruang makan itu.
*
*
*
Selesai sarapan, Sharmila kembali ke kamar. Ia duduk terdiam di atas ranjang, membuang napas kasar. Ia merasa bosan berada di rumah sendirian. Pelayan di rumah itu terlalu kaku, tidak bisa diajak bercanda seperti bibi pelayan di rumahnya.
Tiba-tiba, ia teringat kartu hitam yang diberikan Zayden semalam sebelum pria itu pergi. Zayden mengatakan dirinya boleh menggunakan kartu itu sesukanya. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya.
“Lihat saja, Arya.aja. Aku pasti akan menguras kartumu,” ucap Sharmila dengan seringai licik di wajahnya.
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣