NovelToon NovelToon
Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Greta Ela

Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.

Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Mel!!" teriak Bunga sambil membuka pintu kamar apartemen mereka

Bunga langsung memeluk Melina yang masih baru bangun tidur. Ia sangat rindu pada sahabatnya itu.

Bunga telah kembali dengan koper besar berisi berbagai macam oleh-oleh dari kampung halamannya, mulai dari makanan khas hingga kain tradisional untuk Melina.

"Mel, kamu harus coba ini! Ini buatan Ibuku sendiri," seru Bunga sambil membongkar isi tasnya di ruang tengah.

"Eh, tapi serius deh, dua bulan aku tinggal, kamu kok kelihatannya makin... apa ya? Auranya itu beda. Lebih tenang, tapi juga kayak lagi nyembunyiin sesuatu yang bikin kamu bahagia."

Melina hanya bisa tersenyum simpul, menyembunyikan detak jantungnya yang sedikit melompat.

"Mungkin karena aku banyak istirahat selama liburan, Bunga."

Minggu pertama berlalu dengan perkenalan materi singkat yang masih terasa santai. Namun, memasuki minggu kedua, suasana akademik berubah menjadi kesibukan yang sesungguhnya.

Semester ini, beban mata kuliah tidak main-main. Ekologi Lingkungan dan Fisiologi Tumbuhan menjadi mata kuliah utama, apalagi kedua mata kuliah ini langsung dibimbing oleh para pakar setingkat Doktor dan Profesor.

Di semester ini, peran Erick dan Miss Yolan sedikit berubah. Karena kesibukan riset mereka bersama para Profesor, mereka lebih banyak ditugaskan menjadi pembimbing praktikum di laboratorium daripada mengajar teori di kelas besar.

Bagi mahasiswa lain, ini berarti mereka akan lebih jarang bertemu dengan "Dosen Kejam" itu di kelas. Namun bagi Melina, ini adalah tantangan baru untuk menjaga profesionalisme di tengah kedekatan rahasia mereka.

Di tengah kesibukan laporan praktikum yang mulai menumpuk, Devano Larnh kembali menunjukkan sifatnya. Jika di semester dua ia cenderung pasif, di semester tiga ini Devano seolah lebih berani menunjukkan bahwa ia memperhatikan Melina.

Setiap kali mereka berada di ruang diskusi atau laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Devano selalu memastikan ia berada dalam jarak yang cukup dekat untuk membantu Melina. Saat Melina sedang sibuk mencatat data pengamatan laju transpirasi tanaman, Devano tiba-tiba meletakkan sebuah botol air mineral dingin di dekat tangan Melina.

"Minum dulu, Mel. Kamu dari tadi nggak berhenti nulis, nanti dehidrasi," ujar Devano dengan suara rendahnya yang tenang.

Melina mendongak, sedikit terkejut.

"Oh, makasih, Dev. Nggak usah repot-repot padahal."

Devano hanya tersenyum tipis, senyum yang sama yang pernah membuat Erick terbakar cemburu.

"Nggak repot kok. Aku juga sekalian beli tadi."

Bunga, yang duduk di seberang mereka, hanya bisa berdehem keras sambil menutup mulutnya dengan buku laporan.

"Ehem! Lab ini kok rasanya jadi lebih adem ya kalau ada yang perhatian begini," goda Bunga pelan, membuat pipi Melina merona merah karena tidak enak hati.

Miss Yolan memperhatikan beberapa kelompok. Ia membantu mahasiswa yang kesusahan dan menjelaskan secara lebih rinci.

"Kelompok Devano bagaimana? Ada kendala?" tanya Miss Yolan sambil menghampiri kelompok mereka.

"Tidak ada, Miss." balas Devano.

Melina merasa sangat tidak nyaman. Bukan karena ia membenci Devano, tapi karena ia tahu setiap jengkal gerak-geriknya di laboratorium ini mungkin saja tertangkap oleh mata tajam Erick.

Meskipun Erick jarang masuk kelas teori, ia hampir selalu ada di ruang dosen pembimbing yang pintunya berlapis kaca gelap, menghadap langsung ke area praktikum.

Erick melihat perkembangan akademik Melina meningkat dan yang tak bisa Ia terima ialah kecerdasan Melina setara dengan Devano.

"Pengerjaan kalian sudah sampai mana?" tanya Erick dingin pada kelompok Devano

"Sudah selesai pak, kami sudah membuat Media Agar dan menaruh bahan tumbuhan yang terserang jamur pak." Devano menunjukkan cawan petri yang berisikan Media PDA dan daun tumbuhan yang terkontaminasi jamur.

Erick memperhatikan cawan petri itu lalu ia memujinya.

"Sangat bagus." ucapnya secara paksa.

"Siapa yang membuat Media Agar?" tanya Erick

"Saya pak." ujar Melina

"Yang mencari tanaman terkontaminasi jamur siapa?" tanya Erick lagi

"Bunga dan Raka, pak." jawab Melina lagi.

Erick mengangguk. Ia salut dengan kekompakan kelompok ini.

"Sekarang ambil sedikit saja potongan jamur pada daun tanaman lalu amati di mikroskop. Jangan lupa untuk memotretnya untuk laporan kalian." ujar Erick

Melina langsung menyiapkan mikroskop dan Devano mengambil sampel jamur dari tanaman yang terserang lalu menempelkan jamur itu di kaca preparat dan menutupnya memakai cover glass.

"Mel, coba amati." ujar Devano

Melina mengamati jamur itu dimikroskop lalu menyuruh Bunga untuk memotretnya.

"Raka, kamu bawa Media itu pulang ya, yang dicawan petri dan amati tiap hari selama seminggu." ujar Devano

Raka lalu mengangguk.

Erick kembali ke meja dosen dan dengan terpaksa memberikan nilai A pada Devano dikertas absen. Ia sangat aktif hari ini begitu juga dengan Melina.

"Devano dan Melina sama-sama cerdas." ujar Miss Yolan sambil menyusun absen diatas meja dosen

"Ya, nilai ini cocok untuk mereka." jawab Erick terpaksa.

Meski di kampus mereka harus berakting layaknya orang asing, hubungan Melina dan Erick justru tetap kuat di balik layar.

Setiap malam, setelah Bunga terlelap di kamar, Melina akan bersembunyi di balik selimutnya, menatap layar ponsel yang menjadi satu-satunya hubungan antara dirinya dan sang dosen.

@Erickfrag: "Tadi saya lihat Devano memberikanmu minuman di Lab. Apa kamu tidak bisa membawa botol minum sendiri?"

Melina menggigit bibir bawahnya. Benar dugaan hatinya, Erick memperhatikan.

@Melinaa_: "Dia hanya sopan, Erick. Aku juga kaget dia tiba-tiba kasih itu. Jangan marah, ya?"

@Erickfrag: "Saya tidak marah, Melina. Saya hanya tidak suka miliki saya disentuh atau diperhatikan secara berlebihan oleh pria lain. Semester ini jadwal praktikum sangat padat. Saya akan pastikan kelompokmu lebih banyak menghabiskan waktu dengan asisten lab, supaya pria itu tidak punya celah."

Melina menghela napas. Sifat posesif Erick tidak berkurang sedikit pun, meski ia sudah mencoba melunak selama liburan. Namun, di sisi lain, Melina merasa aman. Ia merasa dimiliki dengan cara yang begitu intens.

@Melinaa_: "Iya Erick. Maaf ya" balasnya

Melina lalu mematikan ponselnya.

"Capek banget semester 3 ini. Baru aja masuk udah dipertemukan dengan praktikum. Kapan ya bisa bebas dari laprak." ujarnya sendiri

Melina bangun dari ranjangnya dan melihat bahwa Bunga sudah tidur. Ia menatap lama sahabatnya itu. Ia merasa bersalah karena telah menyembunyikan sesuatu dari Bunga.

Harusnya apapun yang Melina dan Bunga lakukan, mereka harus sama-sama tahu. Bagaimana jika Bunga tahu kalau Melina yang polos berpacaran dengan dosennya sendiri. Pasti Bunga akan shock berat.

Melina meminum satu gelas air untuk menenangkan dirinya lalu kembali tidur.

Paginya, Ia bangun lebih awal. Ia lalu menyiapkan diri dan memakai kemejanya.

"Bunga, bangun." ujarnya

Mereka lalu bersiap-siap dan pergi ke kampus berjalan kaki. Hari ini yang mengajar adalah Profesor George dan profesor itu mengajar bersama asistennya, Erick Frag.

"Selamat pagi..." ucap sang Profesor dan betapa terkejutnya semua mahasiswa ketika Pak Erick juga ikut masuk.

1
Tina
Jangan macam² ya erick, gw sentil ginjal lo nanti 🙄
Tina
paham rasanya jadi melina, energi terkuras karena frekuensi mereka tak sama 😌
Tina
ckckck erick, bisaan milih gaun kyak gitu.. apa maksudmu??🙄
Greta Ela🦋🌺: Author juga ga tau kak🤭
total 1 replies
Tina
so sweet banget kamu pak 😄
Tina
aku penggemar cowok gepeng, dan ini asli guanteng 😊
Atelier
jangan Erick!
Alexander BoniSamudra
jadi penasaran perbandingan harga makanan kantin SMA sama kantin Kampus 🤔
Greta Ela🦋🌺: Namanya juga anak kuliahan🤭
total 3 replies
Alexander BoniSamudra
Dosen : diluar perkiraan BMKG 😑
Alexander BoniSamudra
jadi keingat pas ujian praktek SMA😭😭😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
keknya pak Erick bentar lagi khilap deh😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
saingan baru ahay 😂😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kasian aaaaa seneng kali ya🤣🤣🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh beneran pak Erick lebih ganteng dari devano😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤: balik lagi dukung pak Erick ah🤣
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
panas gak tuuhh😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
iyess satu kelompok 🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kira kira pilih devano atau lak Erick nihh pemirsa wkwkwk
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh siapa ya... penisirin
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
otaknya mulai traveling niih🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
Jan galak galak ah pak ntar cepet tua😭🤣
'*·舞~ł₲₦₳₴₮Ɽ₳ ~舞*
Giliran di tanya melina jawab tidak ada, takut aja tiba - tiba giliran pak erick melemparkan pertanyaan di luar nalar 😭.. biasanya guru suka kyk gitu.
Greta Ela🦋🌺: Hehe engga kok ka😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!