NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alam Rahasia Tianyuan 2

Bahtera Kristal Hitam terus mendaki, membelah lautan awan yang semakin menipis. Namun, seiring ketinggian bertambah, hukum alam di Alam Rahasia Tianyuan mulai menunjukkan taringnya yang paling kejam: Gravitasi.

Di ketinggian ini, gravitasi bukan lagi sekadar gaya tarik bumi; itu adalah tangan raksasa tak kasat mata yang meremas setiap atom keberadaan. Lambung kapal yang terbuat dari materi Void dan Api Kristal mulai berderit, mengeluarkan suara gesekan logam yang menyiluukan telinga. Rune anti-gravitasi berkedip-kedip merah, berjuang melawan tekanan yang setara dengan memikul pegunungan Himalaya di pundak.

Di geladak, Liu Yanran dan Lin Yuwen sudah tidak mampu berdiri. Tulang mereka berbunyi krak pelan. Darah segar mulai merembes dari hidung dan telinga mereka. Grandmaster Tahap 9 dan Tahap 4... di ketinggian ini, mereka hanyalah kerupuk yang siap diremukkan.

"Uhuk... Tuan..." Yuwen terbatuk, darah menetes ke lantai geladak yang bergetar. Wajah cantiknya pucat pasi, namun tangannya masih mencoba menggapai ujung jubah Lu Changzu. "Dadaku... rasanya mau meledak... Apa kita... akan mati konyol karena gravitasi?"

Yanran di sebelahnya, meski wajahnya sama pucatnya, mencoba mempertahankan postur meditasi dengan gemetar hebat. "Simpan napasmu, Yuwen! Jangan bicara... fokus lindungi organ dalammu!" desis Yanran, meski sudut matanya juga mulai mengeluarkan darah. "Jangan memalukan Tuan dengan mati sebelum sampai di gerbang!"

Lu Changzu, yang berdiri di haluan dengan tangan terlipat, menoleh. Wajahnya tenang, tidak terpengaruh sedikit pun berkat Dark Universe Body-nya yang memiliki kepadatan massa setara bintang neutron.

"Batas kapal sudah tercapai," analisis Lu Changzu datar, mengabaikan rintihan mereka sejenak untuk fokus pada analisisnya. "Struktur tekanan materi ini tidak dirancang untuk menahan tekanan 5.000 kali lipat gravitasi normal. Jika dipaksakan, mesin intinya akan meledak."

Dia menjentikkan jarinya. Kapal itu berhenti mendadak, melayang di kehampaan.

"Keluar, Nak."

Lu Changzu menepuk dadanya. Cahaya merah darah meledak dari Inner World-nya.

PROOOOT!

Lengkingan purba yang mengguncang langit terdengar. Lu Zhou, Mammoth Pelahap Api setinggi 200 meter, melompat keluar dari dada Lu Changzu.

Begitu kaki-kaki raksasanya memijak udara kosong, ruang di sekitarnya retak seperti kaca yang diinjak. Lu Zhou tidak terbang dengan sayap; dia "berjalan" di atas kepadatan ruang itu sendiri. Gravitasi yang menghancurkan kapal justru menjadi lantai yang kokoh bagi otot-otot Emperor Tahap 9 miliknya.

"Naik," perintah Lu Changzu.

Dia menggendong kedua istrinya yang lemas, lalu melompat ke punggung Lu Zhou yang luas seperti lapangan bola.

"Jalan. Ke istana itu."

Lu Zhou mengangguk, belalainya menyemburkan uap panas. Dia mulai berlari mendaki langit.

DUM! DUM! DUM!

Setiap langkah gajah itu menciptakan gelombang kejut yang menyibakkan awan. Perjalanan yang tadinya menyiksa bagi kapal, kini terasa stabil di punggung monster purba ini.

Lu Changzu mengeluarkan dua butir pil berwarna biru pucat yang dikelilingi kabut dingin.

"Pil Pemulih Sumsum Es. Makan. Ini akan mencegah tulang kalian menjadi bubuk."

Yanran menyambar pil itu dengan tangan gemetar, menelannya tanpa air. "Terima kasih, Suamiku... Rasanya dingin... seperti dipeluk es," gumamnya, napasnya mulai teratur.

Yuwen menelan miliknya dengan lebih anggun, meski tangannya masih gemetar. "Energi ini... murni sekali. Terima kasih, Tuan."

"Lihat ke depan," kata Lu Changzu, menunjuk ke arah cakrawala.

Di sana, menembus kabut petir abadi, sebuah struktur megah mulai terlihat.

Istana Utama Sekte Tianyuan.

Ukurannya tidak masuk akal. Itu bukan sekadar istana; itu adalah kota benteng yang dibangun di atas pulau melayang terbesar. Pilar-pilarnya setinggi langit, terbuat dari tulang naga putih yang telah memfosil. Atapnya terbuat dari genteng emas ungu yang masih berkilau meski jutaan tahun telah berlalu.

Namun, kemegahan itu cacat.

Separuh istana itu hancur. Sebuah bekas tebasan raksasa membelah pulau itu menjadi dua bagian, jejak perang kuno yang mengerikan. Puing-puing melayang di sekitarnya dalam stasis gravitasi.

"Indah," gumam Lu Changzu, matanya berbinar. "Reruntuhan kerajaan dewa. Bau sejarah dan kematian di sini... sangat harum."

Tiba-tiba, Lu Zhou berhenti. Gajah raksasa itu menggeram rendah, gading kristal hitamnya bersinar waspada.

"Ayah..." suara Lu Zhou berat dan bergema di pikiran Lu Changzu. "Ada yang menjaga pintu."

Dari balik reruntuhan gerbang utama istana, dua aura mengerikan bangkit. Tekanan spiritual mereka begitu kuat hingga membuat gravitasi di sekitar pulau itu berputar terbalik.

Emperor Tahap 9 Akhir. Dua ekor.

"SIAPA YANG BERANI MENGINJAK TANAH SUCI TIANYUAN?!"

Suara itu meledak seperti bom sonik.

Dari sisi kiri reruntuhan, seekor kera raksasa melompat keluar. Tingginya 150 meter. Bulunya emas menyala seperti logam cair. Ototnya begitu padat hingga setiap gerakannya merobek angin. Di tangannya, dia memegang sebuah pilar batu yang tampaknya dicabut dari fondasi istana.

Kingkong Emas Penghancur Bumi (Golden Earth-Shattering Kingkong). Aura: Kekuatan Fisik Mutlak.

Dari sisi kanan, lengkingan tajam membelah udara. Seekor burung pemangsa menukik turun. Tingginya 100 meter, namun bentang sayapnya menutupi matahari. Bulunya bukan bulu biasa, melainkan api hijau yang membakar jiwa.

W

Falcon Api Neraka Hijau (Green Hellfire Falcon). Aura: Kecepatan dan Pemusnahan Spiritual.

Kedua Beast Suci itu melayang di depan Lu Zhou, menghalangi jalan masuk. Mata mereka memancarkan kecerdasan tua dan arogansi penjaga.

"Seekor gajah mutasi dan... tiga manusia?" Falcon itu berbicara, suaranya tajam dan menghina. "Darah kalian kotor. Kalian tidak layak menjadi pupuk bagi tanaman di sini."

Lu Changzu berdiri di atas kepala Lu Zhou. Dia tidak terlihat takut. Dia justru merapikan lengan bajunya dengan santai.

"Halo, Anjing... ah maaf, Penjaga Monyet dan Burung," sapa Lu Changzu ramah. "Saya datang untuk mengaudit aset. Bisakah kalian minggir? Saya sedang buru-buru."

"LANCANG!" raung Kingkong itu. Dia mengayunkan pilar batunya. "MATI!"

"Lu Zhou," perintah Lu Changzu dingin. "Ambil si Monyet. Dia tipe fisik, cocok untuk samsak tinju gadingmu. Jangan bunuh dulu, aku butuh intinya utuh."

"Baik, Ayah!"

Lu Zhou meraung, menerjang maju menyambut hantaman pilar itu dengan gadingnya.

BLARRRRRR!

Bentrokan dua raksasa fisik itu menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan pulau-pulau kecil di sekitarnya menjadi debu.

Sementara itu, Falcon Api Hijau menatap Lu Changzu dengan mata menyipit.

"Kau memilih lawan yang salah, Manusia. Aku adalah kematian dari langit."

Falcon itu mengepakkan sayapnya. Ribuan bulu api hijau melesat seperti hujan meteor ke arah Lu Changzu dan kedua istrinya.

Lu Changzu tidak bergerak.

"Teknik Pembelahan Sel Mutlak: Penta Clone."

SPLAT. SPLAT. SPLAT. SPLAT. SPLAT.

Lima gumpalan materi hitam keluar dari punggungnya.

Satu gumpalan tidak memadat menjadi manusia. Gumpalan itu melebar, mencair, dan menyelimuti Yanran serta Yuwen sepenuhnya, membentuk Kubah Cairan Hitam (Black Fluid Dome) yang berputar cepat.

"Diam di dalam. Jangan keluar," suara Lu Changzu bergema dari kubah itu.

Di dalam kubah hitam yang gelap dan sempit, Yanran memeluk lututnya, tubuhnya gemetar merasakan dentuman energi dari luar.

"Dia bertarung sendirian lagi..." bisik Yanran, menggigit bibirnya hingga berdarah. "Kita hanya bersembunyi seperti tikus. Aku benci ini! Aku benci menjadi lemah!"

Yuwen menyentuh dinding cairan hitam itu, merasakan getaran pertarungan. "Diamlah, Yanran. Analisis situasinya. Musuh itu Emperor Tahap 9. Keluar berarti mati. Mati berarti menyusahkan Tuan. Menjadi beban hidup lebih baik daripada menjadi mayat yang merepotkan."

"Kau dingin sekali!" sentak Yanran. "Apa kau tidak khawatir padanya?!"

"Aku khawatir!" balas Yuwen tajam, matanya berkilat di kegelapan. "Tapi aku percaya padanya. Dia monster. Dia tidak akan kalah oleh burung dan monyet."

Empat sosok Lu Changzu (1 Asli + 3 Klon Tempur) kini berdiri di udara, menghadapi hujan api hijau.

"Makan ini."

Keempat Lu Changzu mengangkat tangan serentak.

"Dark Universe Art: Void Mouth!"

Empat lubang hitam kecil terbuka di telapak tangan mereka. Hujan api hijau itu tidak meledak; itu dihisap habis tanpa sisa.

"Apa?!" Falcon itu terkejut. "Kau memakan Api Neraka Hijau-ku?!"

"Rasanya agak pahit. Kurang garam," komentar Lu Changzu Asli.

WOOSH!

Keempat Lu Changzu menghilang. Mereka menggunakan kecepatan Dark Universe yang melipat ruang jarak pendek.

Mereka muncul di empat sisi Falcon itu—atas, bawah, kiri, kanan.

"Sebelum tinju, mari beri sedikit akupuntur."

Ketiga Klon Lu Changzu merentangkan jari-jari mereka serentak. Darah hitam cair keluar dari pori-pori ujung jari mereka, memadat menjadi ribuan jarum hitam mikroskopis yang berputar dengan kecepatan hipersonik.

"Teknik Jarum Semesta: Hujan Seribu Jarum Void!"

SWISH! SWISH! SWISH!

Badai jarum hitam itu melesat dari tiga arah berbeda, menargetkan titik-titik vital di sayap, mata, dan persendian Falcon. Jarum-jarum itu bukan sekadar fisik; mereka membawa muatan serangan mental yang melumpuhkan saraf.

Falcon itu memekik, mencoba menghindar, tetapi jarum-jarum itu terlalu banyak dan terlalu cepat. Beberapa jarum berhasil menembus celah bulu api hijaunya.

"ARGH! Jarum terkutuk!" teriak Falcon, merasakan sengatan mental yang mengganggu aliran Qi-nya.

Melihat celah itu, Lu Changzu Asli melesat maju untuk pukulan terakhir.

"SERANGAN GABUNGAN: PUKULAN 4 ARAH!"

tangan ke 4 lu changzu dilapisi oleh api logam kristal hitam yang memadat, membentuk tangan kristal sebesar 2 meter.

Keempatnya meninju serentak ke arah tubuh burung raksasa itu. Tinju mereka melesat membuat retakan ruang di sekitar tinju tersebut.

Falcon itu terpojok. Namun, di detik terakhir, matanya berkilat licik.

"Kalian pikir aku hanya burung bodoh?!"

Dari dadanya, sebuah artefak kuno melayang keluar. Sebuah Piringan Giok Delapan Trigram yang berputar.

"Refleksi Cermin Langit!"

ZING!

Sebuah perisai cahaya prisma membungkus Falcon itu.

Doooommb!!

Tinju Lu Changzu menghantam perisai itu.

Namun, tidak ada dampak pada burung itu. Sebaliknya, Lu Changzu merasakan gaya tolak balik yang mengerikan. Energinya sendiri, ditambah energi piringan itu, dikembalikan 200% kepadanya.

Dan lebih parah lagi, pantulan itu tidak murni fisik. Di dalamnya terkandung Hukum Penghancur Keberadaan (Law of Existence Destruction). Serangan balik itu tidak hanya memukul tubuhnya, tapi mencoba menghapus konsep 'Lu Changzu' dari semesta.

DUAGH!

Krakk!!

Tangan kristal hancur.

Lu Changzu mencoba menahan tekanan hukum penghancur dengan hukum kekosongannya yang belum sempurna.

Tangan ke 4 Lu Changzu hancur seperti air yang di ledakan, ia tidak dapat menahan hukum dari konsep yang lebih tinggi.

Lu Changzu Asli dan ketiga klonnya terhempas mundur seperti peluru yang memantul. Rasa sakit yang tajam menusuk hingga ke inti jiwanya—rasa sakit yang seharusnya tidak bisa dirasakan oleh tubuh Dark Universe-nya yang kebal fisik. Tapi hukum penghancuran ini mengabaikan kekebalan itu.

"PUAH!"

Lu Changzu memuntahkan seteguk cairan hitam kental—darahnya. Dadanya terasa sesak. Tulang materi gelapnya retak, dan aura keberadaannya berkedip sesaat.

Di dalam kubah, Yanran menjerit saat merasakan koneksi jiwanya dengan Lu Changzu bergetar hebat. "Tuan terluka! Dia muntah darah hitam! Yuwen, dia terluka parah!"

"Aku merasakannya!" Yuwen memegang dadanya yang sesak. "Energi itu... itu energi penghancuran. Tuan sedang melawan hukum alam!"

"Hahahaha! Rasakan itu!" tawa Falcon itu. "Ini adalah Artefak Kuno Tingkat Golden Core Puncak! Meskipun kekuatannya telah menurun hingga Core Formation Tahap Awal karena erosi waktu, segala serangan energi akan dikembalikan dengan Hukum Penghancuran! Kau membunuh dirimu sendiri!"

Tangan ke 4 Lu Changzu kembali utuh dan menjadi lebih padat dan keras.Ke 4 Lu Changzu menyeka darah hitam di bibirnya. Matanya menyipit tajam, Crystal Universe Eye-nya berputar cepat menganalisis struktur piringan itu.

"Refleksi Energi Kinetik dan Hukum Penghancur Keberadaan..." analisisnya dingin. "Mekanisme cermin yang jahat. Menarik."

Di sisi lain, Lu Zhou sedang bergulat dengan Kingkong. Pertarungan mereka brutal. Lu Zhou ditampar hingga terseret, tapi dia membalas dengan tusukan gading yang mengarah ke bahu Kingkong. Namun, kulit emas Kingkong itu terlalu keras.

Lu Changzu melihat situasi.

"Strategi Ganti Pemain."

"Lu Zhou! Tukar!" teriak Lu Changzu. "Burung ini curang pakai artefuuckkk! Dia butuh hantaman fisik murni yang tidak mengandung Qi untuk menghancurkan piringannya! Berat badanmu adalah kuncinya!"

"Monyet ini milikku! Kulitnya keras, tapi jiwanya terbuka lebar!"

"Siap, Ayah!"

Empat Lu Changzu dan Lu Zhou melakukan manuver silang di udara.

Lu Changzu melesat ke arah Kingkong Emas.

Lu Zhou melompat ke arah Falcon, mengubah tubuhnya menjadi bola meriam daging seberat jutaan ton.

Falcon itu panik. "Kau mau menabrakku?!"

Dia mengaktifkan Piringan Giok lagi. "Refleksi!"

Tapi Lu Zhou tidak menyerang dengan Qi. Dia menyerang dengan Massa. Piringan itu bisa memantulkan energi, tapi memantulkan gunung daging yang jatuh dengan kecepatan gravitasi 100x? Itu soal lain.

KRAK!

Lu Zhou menghantam perisai itu dengan pantatnya.

Piringan Giok itu berbunyi retak. Hukum penghancuran keberadaan tidak bisa bekerja pada massa fisik murni tanpa niat membunuh yang mengandung Qi.

"TIDAK! ARTEFAKKU!"

Sementara itu, Lu Changzu tiba di depan Kingkong.

Monyet emas itu meraung, memukul dengan pilarnya. "MATI KAU KUTU!"

Lu Changzu tidak menghindar. Dia malah merentangkan tangannya, membuka Cincin Naga Void di jarinya.

"Hai, Monyet. Kau suka benda keras? Aku punya hadiah."

Dari dalam cincinnya, ribuan bola hitam kecil melesat keluar seperti kawanan lebah yang marah.

Itu bukan bola biasa. Itu adalah 1.000 Inti Boneka Iblis Tahap King yang tidak stabil—sisa dari eksperimen gagal dan jarahan perang yang sengaja dia simpan untuk momen bunuh diri massal.

"Teknik Peledakan Berantai: akar Raja!"

Lu Changzu menjentikkan jari.

Ribuan inti itu menempel di tubuh raksasa Kingkong, lalu meledak serentak dalam satu titik fokus.

KABOOOOOOOOOOOOOOOOOM!

Ledakan itu menciptakan matahari hitam kecil di udara. Gelombang kejutnya merobek atmosfer pulau itu.

Kingkong Emas setinggi 150 meter itu tidak hancur karena kulit emasnya yang luar biasa, tetapi hukum fisika tetap berlaku. Ledakan sebesar itu menghasilkan dorongan kinetik yang tak tertahankan.

"GWAAARRRGHHH!"

Kingkong itu terangkat dari tanah. Tubuh raksasanya terpental mundur, terseret di udara sejauh lima ratus meter, menabrak menara reruntuhan hingga runtuh menimpanya.

"Fisikmu kuat," Lu Changzu muncul dari balik asap ledakan, menempel di wajah Kingkong yang masih linglung akibat ledakan itu. "Tapi otakmu kosong."

Mata Kiri Lu Changzu (Dark Universe Eye) terbuka lebar tepat di depan mata Kingkong.

"Teknik Mental: Penjara Mimpi Buruk Abadi."

ZIIING.

Kingkong itu membeku. Matanya kosong. Di dalam pikirannya, dia sedang disiksa oleh ribuan Lu Changzu.

Di sisi lain, Lu Zhou mengamuk. Dia menggunakan belalainya untuk melilit leher Falcon, lalu membantingnya ke sebuah pulau melayang di dekatnya.

BOOOOM!

Pulau seukuran kabupatan kecil itu hancur berkeping-keping menjadi hujan meteor batu. Piringan Giok Falcon itu akhirnya hancur berkeping-keping karena tidak kuat menahan siksaan fisik murni.

"Sekarang!" teriak Lu Changzu.

Dia melompat mundur dari wajah Kingkong. Keempat klonnya menyatu kembali ke tubuhnya.

Lu Changzu melayang di titik tengah antara Kingkong yang lumpuh mental dan Falcon yang remuk fisik.

Dia menutup mata fisiknya.

Di belakang punggungnya, ruang hampa robek.

Overlord Sword Eye (Mata Void Merah) terbuka lebar.

Sepuluh bayangan pedang raksasa di pupil mata itu berputar, lalu menyatu menjadi satu Pedang Void Raksasa yang panjangnya 500 meter, berwarna merah darah yang transparan.

Lu Changzu menghunus Pedang Malam Abadi di tangannya. Pedang fisik itu menjadi penuntun bagi Pedang Void di belakangnya.

"Seni Pedang Kekosongan: Eksekusi Ganda - Garis Horizon."

Dia menebas secara horizontal. Pelan. Indah.

Di dunia nyata, tebasan itu terjadi dalam Planck Time (satuan waktu terkecil).

SLASHHHHHHHHHHH!

Sebuah garis hitam tipis memanjang memotong langit, melewati leher Kingkong dan leher Falcon sekaligus.

Hening sejenak.

Lalu...

Kepala Kingkong Emas meluncur jatuh dari bahunya.

Kepala Falcon Api Hijau terpisah dari badannya.

Darah emas dan darah hijau menyembur seperti air terjun, membanjiri reruntuhan di bawah.

Dua Beast Emperor Tahap 9 Akhir... Tewas.

Lu Changzu menghembuskan napas panjang, uap hitam keluar dari mulutnya. Wajahnya sedikit pucat. Teknik Overlord Sword Eye menguras 40% cadangan energinya sekali pakai.

"Panen," perintahnya.

Lu Zhou, yang masih bersemangat, segera berlari memungut mayat-mayat itu. Air liur menetes dari paruhnya yang panas, siap melahap daging Emperor yang lezat itu.

"Berhenti!" perintah Lu Changzu tajam.

Lu Zhou mengerem mendadak, menatap ayahnya dengan bingung. "Ayah? Lapar..."

Lu Changzu melayang turun, mendarat di samping mayat Kingkong Emas yang sebesar bukit. Dia menepuk otot lengan kera itu yang sekeras baja ilahi.

"Jangan dimakan, Anak bodoh. Daging ini terlalu berharga untuk jadi kotoran," Lu Changzu tersenyum miring, matanya berkilat dengan rencana jahat. "Tulang Kingkong Emas... Sayap Api Hijau... dan dua Inti Emperor Tahap 9 Akhir."

Dia merentangkan tangannya. Cincin Naga Void di jarinya bersinar.

"Ini adalah bahan dasar yang sempurna untuk penelitian. Bayangkan, Lu Zhou... dua penjaga abadi yang tidak kenal rasa sakit dan takut, yang akan membuka jalan untuk kita."

Lu Changzu menggunakan telekinesis untuk menarik keluar jiwa dan Inti Binatang (Beast Core) dari dada kedua monster itu. Dua bola cahaya—satu emas, satu hijau—melayang ke tangannya. Energinya begitu padat hingga ruang di sekitarnya bergetar.

"Simpan," Lu Changzu memasukkan kedua inti dan kedua mayat raksasa itu ke dalam ruang penyimpanan khusus di dalam Cincin Naga Void, sementara jiwanya dia serap masuk ke dalam inner world miliknya , membekukan waktu mereka agar kesegarannya terjaga untuk proses pemurnian nanti.

"Sebagai gantinya, ini..." Lu Changzu melemparkan sepuluh butir pil pemulihan khusus beast dan artefak kuno (pecahan Piringan Giok dan Pilar Batu Kingkong) ke arah Lu Zhou.

"Makan pilnya. Dan artefaknya. Itu mainanmu sekarang."

Lu Zhou bersorak gembira, memasukkan harta itu ke dalam kantong penyimpanan di kulit lehernya dan menelan pil-pil itu sekaligus.

"Sekarang, masuk kembali. Pulihkan tenagamu di lautan energiku. Tantangan di dalam istana akan lebih gila."

Lu Zhou mengangguk, lalu berubah menjadi cahaya merah dan tersedot masuk ke dada Lu Changzu.

Suasana kembali sunyi. Hanya ada suara angin menderu di reruntuhan megah itu.

Lu Changzu berbalik.

Dia melihat ke arah Kubah Cairan Hitam yang melindungi istri-istrinya. Dia menjentikkan jari, dan kubah itu mencair, kembali masuk ke dalam tubuhnya.

Yanran dan Yuwen tergeletak di sana, masih gemetar ketakutan menyaksikan pertarungan tingkat atas barusan. Mereka melihat bagaimana pulau-pulau hancur, bagaimana langit terbelah. Mereka menyadari betapa kecilnya mereka.

Lu Changzu tidak tersenyum. Wajahnya datar, dingin, dan sangat serius.

Dia berjalan mendekati mereka. Langkah kakinya terdengar berat di lantai batu giok yang retak.

"Yanran. Yuwen."

Kedua wanita itu mendongak, mencoba berdiri meski kaki mereka goyah.

"Tuan..." suara Yanran serak, matanya basah oleh air mata dan keringat. "Tuan menang... Tuan selalu menang..."

Lu Changzu berhenti dua meter di depan mereka. Dia menatap mereka bukan sebagai kekasih, tapi sebagai beban logistik.

"Kalian melihat pertarungan tadi?" tanyanya.

"Ya... Tuan hebat sekali..." jawab Yanran gugup, mencoba tersenyum meski bibirnya pucat.

"Bukan itu poinnya," potong Lu Changzu tajam. "Poinnya adalah... aku harus mengurangi kekuatanku hanya untuk melindungi kalian. Aku harus membagi konsentrasiku untuk memastikan kubah pelindung itu tidak retak."

Kata-kata itu menusuk hati mereka lebih tajam dari pedang. Yuwen menunduk, tangannya mencengkeram batu giok hingga memutih.

"Di dalam istana ini..." Lu Changzu menunjuk gerbang gelap di depan. "...Bahayanya akan sepuluh kali lipat. Gravitasinya akan meremukkan Emperor. Jebakannya akan membakar jiwa."

"Membawa kalian masuk dengan cara digendong atau dilindungi seperti bayi... itu sangat merugikanku. Itu berbahaya bagiku. Dan itu memalukan bagi kalian."

Lu Changzu menatap mata mereka dalam-dalam.

"Jadi, aku beri kalian pilihan sekarang. Pilihan terakhir."

"Satu: Masuk ke dalam Void-ku. Aku akan menidurkan kalian dengan paksa. Kalian akan aman, nyaman, dan bangun saat semuanya selesai. Tapi kalian tidak akan mendapatkan apa-apa. Kalian hanya akan menjadi barang bawaan."

"Dua: Kalian tetap di sini. Di pintu gerbang ini."

Yanran dan Yuwen saling pandang. Ketakutan ada di mata mereka, tapi ada juga api lain. Api yang dinyalakan oleh Lu Changzu selama bertahun-tahun. Ambisi.

"Aku tidak mau masuk ke cincin," suara Yanran bergetar tapi tegas. Dia menatap Lu Changzu dengan mata berapi-api. "Jika aku masuk ke sana, aku mengakui bahwa aku hanyalah mainan kultivasi ganda yang berguna saat aman. Aku Grandmaster tahap 9! Aku istrimu! Aku ingin berjuang!"

Yuwen mengangguk pelan, aura es-nya membekukan keringat di wajahnya. "Tuan... Anda bilang Anda menyukai senjata. Jika saya masuk ke cincin itu, saya akan berkarat. Saya ingin di sisi Anda, bukan di saku Anda."

Lu Changzu menatap mereka lama. Lalu, senyum tipis—senyum kejam namun bangga—muncul di bibirnya.

"Jawaban yang bagus. Tapi kata-kata itu murah."

"Kalau begitu... Berjuanglah."

Lu Changzu mengangkat tangannya.

Dan dia mematikan Rune Anti-Gravitasi yang dia pasang di tubuh mereka.

KRAK! KRAK!

"AAAAARGGHH!"

Yanran dan Yuwen menjerit. Tubuh mereka seketika dibanting ke lantai oleh gravitasi super Alam Tianyuan.

Darah menyembur dari pori-pori kulit mereka. Tulang rusuk mereka retak. Pembuluh darah di mata mereka pecah. Rasanya seperti ditaruh di bawah mesin press hidrolik.

Mereka merangkak, muntah darah, mencoba bernapas. Paru-paru mereka serasa dipompa beton.

Lu Changzu tidak menolong. Dia hanya berdiri melihat mereka menderita.

"Sakit? Bagus. Itu artinya kalian masih hidup."

Dia melemparkan dua butir pil hitam pekat ke depan wajah mereka yang menempel di lantai.

"Itu adalah Pil Iblis Penempa Tulang Void. Rasanya seperti menelan paku panas. Tapi itu akan mengubah struktur tulang kalian agar bisa menahan tekanan ini."

"Makan itu. Adaptasi. Atau mati di sini sebagai sampah."

Lalu dia melemparkan dua cincin hitam polos.

"Jika kalian menyerah... jika rasa sakitnya membuat kalian gila... hancurkan cincin itu. Itu akan membungkus kalian dalam masuk kedalam Void dengan aman."

Lu Changzu berbalik. Jubah hitamnya berkibar.

"Aku akan masuk ke dalam. Aku akan mengambil warisan tertinggi."

"Jika kalian berhasil berdiri dan menyusulku... kalian pantas menjadi Ratuku."

"Jika tidak... anggap saja kita tidak pernah bertemu."

Tanpa menoleh lagi, Lu Changzu melangkah masuk ke dalam kegelapan lorong istana yang hancur. Bayangannya ditelan oleh kegelapan, meninggalkan kedua istrinya yang sedang merangkak dalam genangan darah mereka sendiri, berjuang antara hidup dan mati, antara cinta dan ambisi.

"Tuan... TUNGGU! JANGAN TINGGALKAN KAMI!" teriak Yanran parau, tangannya menggapai bayangan itu dengan putus asa.

"Yanran! Telan pilnya!" teriak Yuwen di sebelahnya, mulutnya penuh darah. "Telan atau kita mati sia-sia! Buktikan kita pantas!"

Tapi Lu Changzu tidak berhenti. Langkah kakinya mantap, dingin, dan menjauh.

Di dunia ini, cinta sejati diuji bukan dengan bunga, tapi dengan darah dan ditinggalkan di neraka untuk melihat apakah kau bisa merangkak keluar.

Sang Iblis telah masuk ke sarangnya. Sendirian.

Bersambung...

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!