NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 13

*

"Ah m-maaf." Ucap Satya terbata, ia merasa sudah lancang menyentuh bibir Elena tanpa persetujuannya "Itu... Itu ada sedikit saus di bibirmu." Ia memperlihatkan bekas saus di jarinya yang digunakan untuk mengusapnya.

Elena berdehem singkat, ia pun segera mengambil tisu untuk mengelap bibirnya takut masih ada sisa sausnya.

Sedangkan Satya melumat bekas saus di jarinya tadi. Hal itu tak luput dari pandangan Elena, dia cukup terkejut saat jari Satya yang baru saja menyentuh bibirnya kini malah Satya lumat dengan santainya. Bukankah itu sama saja dengan.... Ciuman tidak langsung.

Namun Elena berusaha tak mempedulikannya, jika ia mengatakan itu justru akan membuatnya merasa canggung sendiri, mungkin juga akan di anggap geer. Jadi dia segera melanjutkan acara makannya daripada menatap Satya yang kini tengah menatapnya juga.

Waktu terus berjalan, matahari mulai bersembunyi hingga sinarnya tak ada dan kini menjadi gelap. Keyra yang berada di dapur meregangkan kedua tangan serta memutar kepalanya hingga sedikit mengeluarkan suara.

"Arghh... Tubuhku serasa remuk semua." Ujarnya sembari memutar pinggangnya ke kanan dan ke kiri.

Nia yang kini berada disampingnya terkekeh, ia bisa memaklumi betapa lelahnya karena ia juga begitu saat pertama kali bekerja, namun sekarang sudah terbiasa jadi di buat santai saja. "Sepertinya kamu perlu tukang urut."

"Ya Mba benar, aku harus segera di urut sebelum tubuhku benar-benar remuk." Balas Keyra mengiyakan dengan semangat.

"Kamu persis sekali dengan Elena, bahkan jawabanmu sama seperti dia saat ku sarankan itu." Tutur Nia mengingat saat Elena pertama kali masuk kerja disana dua tahun lalu. Sedangkan Nia sendiri sudah satu tahun lebih dulu bekerja daripada Elena.

"Benarkah?" tanya Keyra antusias.

"Iya. Aku tidak pikun." Jawabnya tanpa ragu "Sekarang pulanglah, shiftmu sudah selesai."

"Selesai? Mba yakin? Tapi diluar masih ramai." Beo Keyra, ia belum mengerti sistem kerjanya.

"Apa kamu ingin terus bekerja? Cafe ini buka dua puluh empat jam, dan shift kita selesai buat gantian shift lain." Jelas Nia, dia sangat sabar mengajari juniornya "Besok datangnya seperti tadi jam 2."

Keyra mengangguk mengerti "Yasudah Mba, aku ganti pakaian dulu habis itu pulang." Ucapnya dapat anggukan dari Nia. Lalu mereka berdua bergegas mengganti seragamnya menjadi pakaian biasa saat mereka baru datang.

Setelah berganti pakaian, Keyra menghampiri meja Elena dan Satya yang memang mereka masih disana. "Ayo pulang." Ajaknya.

Elena menoleh menatapnya "Kinerjamu sangat bagus." Pujinya membuat senyuman Keyra mengembang "Mau duduk dulu buat istirahat." Tawarnya.

"Pulang saja. Tubuhku serasa lengket semua." Tolaknya, ia sangat ingin berendam untuk menghilangkan keringatnya.

Elena mengangguk "Oke."

"Aku antar kamu pulang dulu." Ucap Keyra menatap Elena.

"Sebaiknya aku sama Satya, agar kamu bisa cepat pulang ke rumah dan istirahat.

Keyra melirik Satya yang kini tersenyum kemenangan karena akhirnya bisa boncengan sama Elena. "Aku masih bisa mengantarmu pulang."

"Key--..."

"Plisss oke." Kekeh Keyra, ia melihat Satya yang hampir bicara lalu langsung memotongnya cepat "Kamu tidak mungkin kan membiatkan kaki El makin sakit? Jika pakai motor, akan sulit untuk naik dan turun." Ucapnya tersenyum memberi pengertian.

Satya mencebikkan mulutnya kesal, namun dia ada benarnya juga. Bagaimana jika kaki Elena makin sakit karena naik motor "Kamu pulang sama dia aja." Pasrahnya.

Elena merasa tak enak hati, ia tahu Keyra sangat lelah tapi kenapa dia memaksanya untuk mengantarnya pulang? Tapi ia juga harus memikirkan kondisi kakinya, tentunya dia ingin cepat sembuh. "Baiklah, aku sama Key."

"That's good." Seru Keyra tersenyum sumringah.

Akhirnya mereka bertiga segera pulang. Satya langsung pulang ke rumahnya, sedangkan Keyra mengantar Elena pulang ke rumah lebih dulu.

Di dalam mobil Keyra, Elena memperhatikan Keyra yang beberapa kali menggerakkan kepala serta tangannya yang menandakan jika dia sangat kelelahan, bahkan bisa Elena lihat keringat bercucuran di keningnya.

Elena mengambil tisu di dalam tasnya lalu mengelap keringat di kening Keyra. Sontak saja hal itu membuat Keyra terkejut "Kamu sangat bekerja keras." Ucap Elena terus mengelapnya.

"Terimakasih." Keyra ingin mengambil tisu di tangan Elena namun Elena mencegahnya.

"Kamu fokus saja menyetir." Tolak Elena yang terus mengelap keringat Keyra. Jujur saja, hati Keyra merasa hangat mendapat perhatian dari Elena "Jika kamu ingin berhenti tidak apa-apa, aku tidak ingin memaksamu." Lanjutnya.

"Never. Aku akan tetap bertanggungjawab." Kekeh Keyra seakan tak terbantahkan.

"Kamu sangat keras kepala." Elena memutar bola matanya malas "Lagipula ini musibah dan bukan kesalahanmu, kamu tidak perlu tanggung jawab."

Keyra terdiam sejenak, semakin di pikirkannya semakin membuat dia merasa bersalah. Karena yang terjadi bukanlah musibah, melainkan sudah rencanakan. Tapi tak di sangka justru membuat korban lain.

"Pilihan itu akan tetap ada, jika nanti kamu ingin berhenti." Ujar Elena lagi, dia sedikit tak tega melihat wajah lelah Keyra saat ini. Dia berhenti mengelap keringatnya.

"Besok kamu bisa langsung ke cafe saja, jadi kamu tidak perlu menjemput atau mengantarku ke rumah. Itu akan membuatmu makin kelelahan." Sambung Elena.

Keyra mengangguk, yang di katakan Elena ada benarnya. Apalagi rumah mereka berlawanan arah, jadi pasti akan menguras waktu dan tenaga bolak balik. Meski sejujurnya Keyra tak keberatan jika harus antar jemput Elena.

"El, kamu bekerja seperti ini setiap hari pasti sangat melelahkan." Ujar Keyra, dia yang satu hari saja serasa badannya ingin remuk lalu bagaimana Elena melewati kesehariannya.

"Awalnya iya, tapi lama kelamaan aku semakin terbiasa." Jawab Elena menatap lurus ke depan "Jika aku tidak bekerja, bagaimana aku bisa melanjutkan kuliah."

"Kuliah? Kamu kuliah?" Keyra terkejut.

"Ada yang salah? Apa kamu berpikir orang miskin sepertiku tidak bisa kuliah?"

"Bukan itu maksudku, jangan salah paham. Aku hanya terkejut saja, bagaimana kamu kuliah sambil bekerja? Waktumu akan sangat tersita dan itu pasti sangat amat melelahkan." Tutur Keyra, ia tak ingin Elena salah paham menilainya.

"Memang melelahkan. Tapi apa gunanya mengeluh? Aku harus kuat agar aku bisa mencapai kesuksesan dan itu semua demi membahagiakan Bundaku." Ucap Elena tersenyum tegar.

"Kamu sangat menyayangi Bundamu." Keyra merasa terharu dan di balas senyuman tulus dari Elena "Btw, kamu kuliah dimana?"

"Kampus MerahPutih." Jawabnya singkat.

"Really? Oh my God, aku juga kuliah disana." Keyra terkejut, ia tak menyangka ternyata mereka kuliah di tempat yang sama, begitupun Elena yang tak kalah terkejutnya. "Kenapa bisa kebetulan sekali, tapi aku tidak pernah melihatmu."

"Kamu pikir kampus itu hanya ada sepuluh Mahasiswa?!" Cibir Elena dengan pernyataan Keyra yang sedikit tak masuk akal.

Keyra terkekeh, benar juga yang di katakan Elena. Kampus itu sangat besar, memiliki beberapa fakultas yang mahasiswanya tidak sedikit "Jadi kamu fakultas apa?"

"Seni Budaya dan Desain." Balasnya jujur.

"Kamu suka menggambar?"

"Yeah. Sejak kecil aku suka menggambar, aku menuangkan apa yang ada di pikiranku dalam gambar. Jadi ku pikir Desainer sangat cocok untuk diriku." Elena kembali terngiang masa kecilnya.

"Aku juga suka itu." Ucap Keyra membuat Elena terkejut "Bahkan sampai detik ini aku terkadang melukis untuk menuangkan perasaanku."

"Jadi kita punya hobi yang sama." Seru Elena menetralkan keterkejutannya.

"Hobi sama namun nasib berbeda." Ucap Keyra tersenyum kecut, bibirnya berdecak kesal mengingat apa yang terjadi. "Pasti menyenangkan jika bisa memilih fakultas sesuai keinginan sendiri."

"Kamu bukan dari fakultas Seni?" Elena tak mengerti, dia justru di buat penasaran.

Keyra menggeleng "Aku dari Manajemen Bisnis."

"Itu juga bagus, cocok untukmu yang akan menjalankan bisnis keluarga." Ucap Elena dengan santainya.

Mendengar hal itu membuat Keyra melempar tatapan bombastic side eyes "Jadi menurutmu itu cocok untukku?"

"Iya cocok saja." Jawabnya tanpa terbebani sedikitpun "Kamu anak pengusaha, ibumu model terkenal, sudah jelas kamu akan berbisnis. Masa depanmu sangat cerah."

Keyra diam mencoba mengendalikan diri, entah kenapa dia hampir emosi mendengar jawaban Elena. Dia merasa Elena tidak mengerti tentang apa yang di inginkan dirinya.

Kedua alisnya menukik, sorot matanya yang tajam menatap lurus ke depan, bibir sesekali maju kedepan dengan bergerak seperti mengapalkan mantra. Itulah Ekspresi Keyra saat ini yang di lihat Elena. Bukannya tidak mengerti perasaan Keyra, namun Elena hanya ingin mengerjainya saja. Ada kesenangan sendiri saat melihat ekspresi mirip angrybird di wajah Keyra.

"Anak tunggal pasti akan menjadi andalan keluarganya, dia akan jadi pewaris utama." Ucap Elena tanpa menatap Keyra "Kamu kesal sekarang juga tidak ada gunanya, sudah terlambat untuk berganti fakultas. Apa kamu ingin mengulang semester dari awal?" Lanjutnya menatap Keyra, namun yang di tatap tak menatapnya balik.

"Aku mengerti perasaanmu." Tutur Elena dengan begitu lembut.

Spontan garis bibir Keyra terbentuk, dia tersenyum tipis seolah mengatakan hatinya menghangat saat ada yang mengerti dirinya.

"Jika kamu ingin melihat orangtuamu bahagia, maka kamu turuti keinginan mereka. Tapi jika kamu ingin melihat orangtuamu bahagia dan bangga, maka kamu harus buktikan jika kamu bisa sukses dengan pilihanmu sendiri." Lanjut Elena mencoba memberi pengertian.

Keyra terdiam mencerna ucapan Elena, otaknya berputar mempertimbangkan semuanya, ia tidak ingin mengecewakan orangtuanya namun apa salahnya jika dia ingin menuangkan keinginannya?! Bukan hanya sekedar jadi robot yang di setir orangtuanya harus ini, harus itu. Dia ingin berdiri dengan kakinya sendiri sesuai keinginannya.

Melihat Keyra hanya diam, Elena mengalihkan pandangan melirik keluar jendela mobil. Sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, matanya beberapa detik menyorot tajam tanpa berkedip.

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT dan VOTE Yaa Gengss....

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!