Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4# Poison vs Medicine (Prolog)
~ Intuisi Senja ~
Kepalanya masih terlampau cenat-cenut, mata bengkaknya sakit sekali. Ia melirik jam di ponsel, tak disangka sudah hampir 5 jam ia menangisi Rion, yang bisa jadi sekarang justru sedang berbahagia di atas penderitaannya.
Bo doh, to lol, do ngo. Ia jeritkan dalam hatinya. Kenapa ia sampai tak tau jika Rion memang sebreng sek itu. Alasan klasik yang Rion katakan demi menutupi aksi busuknya yang berselingkuh di belakang adalah, kita udah ngga cocok lagi, kamu terlalu cerewet, kamu terlalu kekanakan, kamu memang cocok buat dijadiin pacar--diajak jalan, tapi aku cari cewek buat diseriusin dan kamu ngga cocok untuk itu.
Ia kembali sesenggukan menatap luka bakar di tangan dan lehernya, "huwakkk bad jingan. Udah capek-capek sampe kecipratan minyak, juga!"
Dan disaat hatinya sedang remuk bak rengginang bubuk begini, kelompoknya lebih memperparah kondisinya dengan saling bertengkar. Keadaan tak bisa lebih hancur lagi saat Jovi turut menyalahkannya yang baru saja datang bergabung. Ia yang tak paham dengan apa yang terjadi, ia yang tak tau duduk permasalahan awalnya, tiba-tiba turut disemprot pula dengan masalah lama yang sudah berkali-kali ia meminta maaf bahkan pada setiap orang disini, tak adakah manusia yang bisa menghargai usahanya disini?
Kenapa?! Kenapa semua orang jahat! Nyatanya benar kata mami, jika dunia terlalu kejam untuknya.
Ingin pulang saja rasanya!
Sesorean ia berpikir, termasuk deep talk-nya bersama Mei, Vio, Nalula dan Senja, menghasilkan pemikiran yang lebih positif. Terutama, setelah dirinya lebih membuka mata dengan keadaan orang lain, entah itu anak-anak di Widya Mukti, yang tak seberuntung dirinya. Atau masalah Mei yang lebih mengenaskan ketimbang dirinya...seharusnya ia lebih bersyukur untuk itu.
Disaat ia sedang berusaha memperbaiki mood, mencoba bertahan sampai masa kkn habis dan membuktikan jika ia bisa menjadi pribadi lebih baik dari sebelumnya, perhatian kecil dan kata-kata yang seolah memberinya perhatian serta penyemangat datang menghampirinya dari Maru.
Diantara semua anggota kkn 21 disini, terkhusus anggota lelaki, menurutnya Maru lah yang tidak pernah bermasalah atau membuat masalah dengan siapapun. Jangankan masalah, bicara saja jarang. Tapi malam ini, ia seolah melihat sisi lain dari Maru, seorang yang gently, peduli, sorot mata teduh, dan melindungi.
Terlebih saat perhatian kecil itu, yang semula hanya berupa kata-kata penyemangat, kepedulian, meningkat jadi service act yang membuatnya terkesiap merasa di awang-awang, memberinya hal-hal sederhana yang baginya cukup istimewa. Entah itu boneka, coklat, traktiran jajanan saat voli, dan hal-hal manis lain seperti ia yang bersedia jadi pelampiasan rasa sakit Senja, termasuk mendekap dirinya saat Arlan membenarkan posisi engkel kaki yang sempat dislokasi. Maru bertindak sebagai pelindung, pemberi rasa nyaman seperti, kakak atau----
Kekosongan hati yang diisi kenyamanan tingkat dewa itu membuat Senja turut hanyut dalam pusaran permasalahan baru yang ia ciptakan sendiri, membiarkan perasaannya mengalir begitu saja untuk Maru, sekalipun ia tau....jika ujung dari aliran perasaan itu tak memiliki muara, akan terus mengalir hingga terbuang.
***
Saat ini, Senja hanya ingin menularkan positif vibes yang ia punya pada semua penghuni posko termasuk Maru, itu saja.
Anggaplah mereka satu nasib saat ini, ia sakit akibat Rion, dan Maru sakit sebab Aleena.
Rasa sakit penghianatan Rion itu masih cukup terasa dan menimbulkan lubang yang dalam, dan sepertinya Maru pun begitu kesulitan untuk move on dari cinta sebelumnya, itu terbukti dari masih tersimpannya foto-foto kebersamaannya dan Aleena. Senja cukup angkat jempol, cowok pendiam dan dingin seperti Maru bukan hanya akan sulit jatuh cinta, namun sekalinya jatuh cinta akan sulit melupakan. Tak seperti Rion yang mudah mengumbar rasa sayangnya.
Say hay to Jojo..... Let me hug? Aku hangat loh! Hiburnya pada Maru, berharap jika Maru akan se-childish itu saat ini demi dirinya sendiri. Siapa tau pelukan bisa membuatnya lebih baik, meski hanya pelukan sebuah boneka.
.
.
Senja iseng-iseng saja melihat-lihat set pakaian boneka, yang nyatanya mampu mengalihkan rasa bosan, jengah dan lelahnya di posko akibat proyek kerja. Ia menyukai sesuatu yang indah, lucu dan menggemaskan. Sebab itu, saat ini ia lebih memilih membuka aplikasi belanja online untuk melihat hal yang lucu dan menggemaskan selain dari hal itu merupakan healingnya perempuan, setidaknya ia tidak merugikan orang lain.
"Lucu banget, kita beli ya Jo...buat Jojo mami pilihin set pajamas?! Apa Jojo mau rok tutu aja? Ungu ya, biar samaan kaya mami..." kikiknya bermonolog pada boneka beruang di dekapannya sambil men-scroll layar ponsel dimana jenis-jenis pakaian boneka ditampilkan begitu menggemaskan, namun ia cukup terkesiap saat suara berat turut bergabung tanpa permisi.
"Sailor bagus. Jojo cowok...ngga mungkin dikasih rok tutu balet."
Senja menoleh mendongak, dimana lelaki itu duduk di sampingnya membuat Senja mengernyit, "gue mau beliin Jojo baju juga."
***
Sore ini hujan, malam pun semakin membekukan suhu udara. Sehelai kupluk rajut berwarna biru navy diulurkan sebelah tangan kekar di hadapannya, "pake, dingin."
"Punya siapa?" tanya Senja.
"Buat kamu." bahkan Maru sudah memasangkan itu di kepala Senja tanpa repot-repot permisi dan minta ijin, anehnya gadis itu menerima saja diperlakukan sebegitunya oleh Maru.
"Oke. Jadi mirip Jojo..." ucap Maru menatap Senja tak berlebihan, mungkin Maru begitu, tapi Senja? Ia merasa hatinya sedang tak baik-baik saja saat ini, "thanks."
Dan untuk membalas itu, Senja membeli sarung tangan ungu untuk Maru, "buat lo, dipake..."
"Kenapa harus ungu?" tanya Maru.
"Warna favorit gue." Jawabnya tak peduli Maru suka atau tidak, toh saat memberi kupluk pun, lelaki itu tak permisi dulu padanya.
Senja masih menyisakan senyum gemas sekaligus usilnya saat meninggalkan Maru sepaket kernyitan di dahinya, namun tak lama senyum itu pudar oleh pengacau yang belakangan ini selalu membuatnya risih, namun mampu membuat Senja melepaskan beban hati, beban di pundak meski seringnya bikin emosi jiwa.
"Wah belum minum obat, jam segini udah ketawa-ketiwi sendiri." Ia bahkan tak segan mengusapkan telapak tangannya bekas mengusap keringat di hidung dan wajah Senja.
"Aaaaa Arlannnnn! Jorok banget ihhh, ngga suka!" rengeknya menjerit. Arlan sudah berlari demi menghindari Senja, "Jingga!!! Coba lo abisin Arlan deh, Ga...jijik bangettt manusia satu ini!" adunya pada Jingga kesal.
Saking kesalnya ia sampai ingin menangis. Dan saat ia berhasil menangkap Arlan, ia benar-benar melampiaskan amarahnya bersama omelan sampai seluruh rasa kesal, beban berat ikut keluar pula meringankan setiap langkah, meski ujungnya Arlan mengibarkan bendera putih.
"Nja, udah Nja...oke gue nyerah. Ampun, udah puas lo menang..."
"Cowok tuh emang nyebelin banget. Gue kesel pokoknya." jambak Senja yang kemudian menunduk melepaskan nafas ngos-ngosannya sepaket mata berkaca-kacanya menatap Arlan, hingga Arlan harus menyeka itu, "sorry...sorry...ngga ada maksud, kalo emang kesel, keluarin semua biar plong."
Hari itu, ia dihadapkan pada kondisi hanya berdua bersama Maru di dapur, entahlah cukup canggung rasanya kali ini setelah semua yang telah mereka lewati, tentang ia yang beberapa kali digendong Maru, perhatian-perhatian kecil, service act, dan percakapannya bersama Maru tentang segala hal, atau---wajah meronanya yang saling bertatapan dengan Maru dimana lelaki itu begitu sigap menolong dan menggendongnya ketika ia terpeleset. Tapi sebisa mungkin Senja berusaha bersikap normal.
Alih-alih bersikap biasa saja, Senja justru semakin menunjukan kegugupan dan salah tingkahnya di depan Maru, entah itu menjatuhkan barang di depannya tanpa sengaja, atau justru berulang kali lupa dan melakukan kesalahan sehingga Maru sadar akan tingkahnya dan memperhatikan Senja.
Maru mengambil alih barang yang jatuh berulang kali dan menaruhnya di tempat tanpa resiko terjatuh lagi.
"Thanks."
"Kenapa, Nja?"
"Ngga tau, itu dari tadi jatoh terus ngga sengaja kesenggol." garuknya di kepala tak paham dengan dirinya sendiri.
Dan hal yang membuat Senja bungkam adalah ketika sarung tangan pemberiannya dipakai Maru saat akan pulang dari kegiatan kkn, hal itu membuatnya seolah merasa, *dihargai*.
.
.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....
kenapa sich ngk ungkapin aja biar jelas gitu
ini kesan maru msih plin plan gitu
luruh sudah ketemu tambatan hati yg lagi ngemper depan partemen kamu bang... serasa dpt aer di gurun pasir klo dah ketemu nja...ademm ayemm ws poko e 😂