Langit Tanpa Senja
~Jurnal Maru~
Jika persendian yang mengalami dislokasi, banyak cara pengobatan yang bisa menjadi jalan kesembuhan. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan? Namun kalau hati yang sudah cedera? Berapa lama ia akan menganga, menguarkan rasa sakitnya sebadan-badan, meninggalkan kesan trauma tak terlihat oleh mata telan jank?
Seharusnya, dan seharusnya. Sejak dulu ia tau, jika kemungkinan Aleena membalas perasaannya adalah 10 persen, sebab ia tak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan langsung isi hatinya.
Sampai pada---ia mendengar kabar Sigit dan Aleena yang telah menjalin hubungan di saat dirinya baru memantapkan diri untuk bicara.
Sungguh payah!
*****
Maru menatap boneka beruang cream dengan pita merah. Yang di wajahnya itu, benang hitam sengaja dibuat oleh sang penjahit membentuk senyuman.
Tapi untuknya, senyuman boneka itu sangat mengganggu sekarang, begitu meledek, dan palsu.
Ia telah melempar benda favorit para anak gadis itu ke sudut ruangan, dimana price tagnya masih setia menempel diantara pita. Menenangkan hati yang sedang badai itu butuh waktu, tenaga dan pikiran tenang, namun jelas sekarang bukan waktu yang tepat untuknya memikirkan masalah pribadi, sebab proker kkn kelompok lebih membutuhkannya.
Diambilnya satu batang coklat olehnya lalu ia nikmati sendiri, karena kata orang...coklat itu bisa memperbaiki mood yang buruk.
Semua mitos dan fakta yang orang katakan patut ia coba saat ini, termasuk ia yang menyibukan diri kesana kemari mengekori pasangan bucin yang baru kembali bangkit dari kubur, Mei--Jingga. Apakah ia tak tau jika Ketut adalah teman masa SMA nya?
Tak taukah sepasang sejoli merpati itu, disini ia begitu tersiksa melihat keduanya melemparkan senyuman bak orang kurang se-ons dan memamerkan keromantisan, meski seolah ia tak peduli.
Kembali di tatapnya boneka yang teronggok nyungseb di pojokan, ia tak berdosa, mungkin jika hidup...maka beruang cream itu akan langsung mengambil bor milik Jovi dan mengebor kepalanya sampai bolong lalu berkata, "rasain lu!"
Setelah menghabiskan sebatang coklat dan melemparkan sampahnya keluar secara sembarangan, Maru mengambil boneka yang masih bau toko itu dan menatapnya, "sorry." Ucapnya.
Terbersit di pikirannya satu nama yang mungkin akan dengan senang hati menerima si teddy bear untuk ia adopsi.
Ceklek.
Ia membuka pintu, entahlah...padahal ia baru saja memikirkan namanya saja tapi gadis itu secara tiba-tiba sudah ada di hadapannya dengan wajah manisnya.
Cukup lama ia terdiam menatap Maru dengan alis yang terangkat, mungkin terkesan kaget apalagi melihat Maru memegang boneka persis Arika atau dirinya.
"Lah, gue ngga nyangka Ru...lo suka boneka juga? Tidur meluk boneka?" tanya nya seolah menghakimi, yang benar saja!
Maru segera menggeleng, "ini buat hadiah adek gue tadinya. Tapi ternyata dia udah dapet yang begini sama persis, jadi mau gue ganti kadonya, yang ini...buat lo aja. Boneka lo dikasiin ke Arika kan?" Good job! Alasannya itu semoga tak dianggap penuh artian oleh Senja.
Wajahnya berseri ketika teddy bear itu disodorkan Maru, sempat menatap memicing penuh curiga namun sejurus kemudian senyuman yang diumbar Senja begitu murah padanya, "thanks!" sambarnya mendekap dan menciumi aroma boneka itu, masuk ke kamar dan menutup kembali pintu itu.
Ia masih memperhatikan kesibukan anak-anak kkn 21 yang hebohnya bikin apotek tutup itu. Ada trio ubur-ubur ditambah Zaltan, yang selalu bikin rusuh posko dengan proker dan keusilannya. Ada pula pasangan bucin Mei--Jingga, pasangan bedebah Vio-Shaka, atau Mahad yang selalu mengumbar tawa kencangnya melihat adegan lenong bocah. Lalu Syua--Nalula dimana sifat bumi dan langit menjadi karakter kuat kedua mahasiswi ini.
"Woy, ini siapa yang makan ubi ngga dibuang kulitnya di meja makan?! Gue sumpalin sekalian bareng kulit-kulitnya ke mulut biar ikut ditelen!" teriak Syua.
"Ini yang belum kebagian ubi, siapa heyyy, masih sisa, enak loh?! Pulen." tanya Nalula menyusul dengan nada yang lebih lembut.
Nalula memang memiliki spek ibu peri, soft spoken, wajar ia begitu, calon ibu guru anak-anak tk. Terbayang bagaimana jika ibu tk macam Syua? Yang ada semua anak disumpal kotak makan siang jika bekal makannya tak habis.
Kepalanya nyut-nyutan mendengar teriakan demi teriakan itu, tapi sejujurnya, ia adalah tipe manusia yang antipati, tak begitu peduli dan berharap...semoga keramaian ini segera menulari hatinya yang terasa dingin akibat ditinggalkan mentarinya.
Senja melintas dengan boneka yang ia dekap, ah iya! Ia hampir lupa gadis manja satu ini, yang lebih sering memasang tampang prengat-prengut khas *princess* sejak pertama kali bertemu, padahal sejujurnya ia tak kalah cantik dari artis ibukota. Hanya saja jika kenyataan tak sesuai ekspektasinya maka ia akan cepat sekali sewot, merengek dan berujung berurai tangis. Senja begitu ekspresif berbanding terbalik dengannya.
Ingat, pertama kali mereka melakukan pertemuan, udara panas saja sudah ia keluhkan, ia ajak gelut, hah! Ribet! Belum lagi sederet keluhan receh yang ia besar-besarkan seperti tata letak ember yang menghalangi jalan masuk ke dalam kamar mandi, kapasitas air yang sedikit, kecoa, kasur yang keras, suhu udara, dan yang paling parah adalah ketika ia mencoba ikut memasak, shitt! Ikannya ia goreng bersama empedu-empedunya, bukankah empedu itu kantung racun? Apakah gadis ini tak tau? Pantas saja pahit. Beban--beban! Semua yang ada disini pasti setuju dengan itu, Senja akan menjadi beban.
Oh ayolah! Tak bisakah hidupnya lebih menderita lagi?!
Maru menyunggingkan senyumnya tanpa ia sadari ketika Senja dengan wajah manisnya itu mengeluarkan kata-kata bar-bar, lebih dari seminggu berada disini, rupanya virus anak teknik menulari jiwa polos si princess satu ini.
Entahlah, jatuhnya lucu saja saat Senja mengoceh sepaket kata-kata jiplakannya dari Arlan, Jovi, Zaltan, Arshaka maupun Alby dan Mahad.
Seperti sekarang....
"Arlanjinggg!" Ia sampai harus mengulurkan tangannya menahan Senja yang brutal mengoyak baju Arlan geram karena usil.
"Nja...udah ah berisik."
"Dia Ru, si mo nyetnya nih!" adu Senja persis bocah, aneh sekali, wajah merengut Senja itu begitu menggemaskan ditambah bando dan masker yang sering ia pasang di wajah yang Arlan dan Alby bilang ta i keebo. Patut Maru acungi dua jengkol...wajah Senja memang terawat. Anak mami, wajar!
"Ini lagi rapat, bisa pada diem ngga?! Lan, elah!" keluhnya mengingat fokusnya, Mei, Jingga dan Arshaka harus terganggu olrh duo tom and jerry-nya posko kkn 21 ini.
.
.
Beberapa kali selalu ditempatkan dalam satu kesempatan dan ruang nafas bersama, ia dengan julukan--*si paling diam dan menganalisa*, akhirnya tau beberapa hal yang luput dari pengamatan anggota lain.
Arlan, ada tatapan tak biasa saat menatap Senja. Begitu pun dengan sikapnya yang selalu memancing atensi Senja untuk selalu membalas tindakannya. Ia juga laki-laki, pernah dan sering melakukan hal yang sama dengan yang Arlan lakukan pada....huft, Aleena.
\*\*\*
"Gue ngga mau ikut motor Arlan." keluhnya siap mengeluarkan rengekannya. Diantara wajah yang telah memerah bak kepiting rebus.
Dan sasarannya adalah ia menatap motor Maru.
"Tapi gue mau ke balai desa dulu?"
Senja mengangguk diantara rasa lelah, tumben sekali! Mau diajak susah dan menderita. Tak berkutik lagi seperti biasanya, Senja langsung naik ke boncengannya. Disaat yang lain sudah pergi, Maru dan Senja membelokan arah motor ke arah balai desa, "sebenernya gue juga mau ambil paket di balai desa, makanya tadi liat lo, soalnya kata bang Jing...lo gantiin dia ke balai desa."
"Oh iya! Ru, thanks buat bonekanya. Gue suka banget, eh...tapi gue ganti aja gimana? Itu masih baru loh! Ngga apa-apa, itung-itung gue beli ke lo. Biar nanti lo bisa beli barang baru buat adek lo...lumayan biar ngga terlalu boncos..." kalimat permission dan terimakasih yang cukup sopan dari Senja.
"Ngga usah, Nja. Gue udah bayar barang yang udah gue pesen buat adek."
Namun sedetik kemudian, ponselnya bergetar membuatnya harus menghentikan sejenak laju sepeda motor.
*Aleena calling*....
"Angkat aja, ngga apa-apa Ru..." ucapnya jelas bohong, karena Senja sudah mengernyit mengipasi wajahnya yang kepanasan dan banjir peluh. Bahkan Senja sampai kelimpungan mencari tempat berteduh, salahnya yang menghentikan sepeda motor tepat di tengah jalan tanpa tedeng aling-aling begini.
Namun sekali lagi, ia takjub pada Senja yang tak se sewot biasanya, tak lagi banyak mengeluh seperti awal-awal berada disini, "hallo Al?"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Niken Dwi Handayani
yeeeiiii...novel baru anak KKN 21🥳🥳 Ka Shin...selipin ceritanya Mahad + syua yaaaaa....kepo juga dong sama mereka 😁😁
2025-08-06
15
Tamia Akhildadanwidyan
yeee,,, terimakasih kak sin.....langsung cuz cinta senja maruuu....kepo bgt ma hbungan mereka pas di posko,,,maru diam² menghanyutkan....bikin salfok jg coz senja Deket jg ma si gesrek Arlan,,,cocok jg sih senja ma Arlan,,,bikin suasana jadi berwarna🤣🤣🤣
2025-08-07
0
Teti Hayati
Apa ini ahh.. teh sin.. makasih udh mengabulkan keinginan kita...
pokonya aku padamu lah... 🤗🤗🤗
Asli girang banget aku dpet notif ini, kayak lagi asik mimpi pegang uang, tiba-tiba dibangunin dan ternyata pegang uang beneran... 😂😂
2025-08-06
1