Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh Belas
Aslan hanya menatap wajah anak itu tanpa berani mengeluarkan satu kata pun, karena ia tahu pertanyaan anaknya itu merupakan jebakan sendiri untuk dirinya.
"Sayang, memangnya kau sangat rindu dengan ayahmu?" tanya Aslan mencoba untuk memberanikan diri.
"Sangat rindu Om ... Bahkan banyak yang ingin aku sampaikan sama ayah," sahut Arjun.
"Apa itu," ucap Aslan.
Sejenak Arjun mulai terdiam, tatapannya penuh arti seolah tahu dunia sedang mempermainkannya.
"Aku ingin bilang sama Ayah, kalau kami bertiga sangat merindukan ayah, kami bertiga ingin sekali di peluk ayah dan ajak main pasir di pantai seperti teman-temanku yang lain," ucap Arjun yang mampu membuat hati Aslan tersentuh.
Meskipun keinginan anak itu terdengar cukup sederhana akan tetapi mampu membuat air mata pria dihadapannya itu menetes.
"Arjun, jika boleh, Om Aslan ingin sekali memelukmu Nak," pinta Aslan.
"Boleh," sahut Arjun.
Aslan pun langsung merentangkan kedua tangannya, dan anak kecil itupun langsung menyambut pelukan pria dewasa itu, pelukan itu terasa begitu hangat akan tetapi terlihat asing, Aslan seperti memeluk dunianya yang dulu sempat ia buang dan di sia-siakan.
Air mata menjadi saksi bahwa perkataan tidak bisa mewakili apapun yang sangat ini ia rasakan.
'Kau ... Anakku Nak ... Kau anakku,' batinnya menangis tanpa suara.
"Om, makasih ya, sudah mau memelukku, jujur saja aku belum pernah merasakan pelukan dari ayah, jangankan pelukan bahkan wajahnya saja aku belum pernah melihatnya sama sekali."
Deg!!!
Entah hukuman apa yang sudah Tuhan berikan, sampai-sampai Aslan harus menyaksikan sendiri penderitaan sang anak dihadapannya, ini benar-benar rasa sakit yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata, mendengar kepolosan anak itu berbicara, rasa-rasanya ia menjadi manusia paling buruk dan paling jahat sedunia.
'Ya Allah hukuman apa ini ... Rasanya aku tidak sanggup ... Sakit rasanya hati ini melihat, darah dagingku harus menderita mendapatkan sangsi sosial dari masyarakat, padahal dia tidak tahu apa-apa mengenai kesalahan orang tuanya,' batin Aslan menjerit.
"Om, kenapa diam?" tanya Arjun yang membuat Aslan terkejut.
"Enggak apa-apa Nak, oh ya Om mau tanya, sekarang kau minta apa?" tanya Aslan.
"Gak minta apa-apa Om, karena kemarin kita sudah dapat banyak mainan dan baju-baju dari Om Marvin," sahut anak kecil itu.
Aslan hanya tersenyum getir, ternyata anaknya tidak pernah banyak tuntutan, mungkin karena kesederhanaan yang selama ini diajarkan ibunya, membuat anak itu mensyukuri apa yang ia punya saat ini.
"Baiklah kalau begitu, tapi jika sewaktu-waktu kalian menginginkan sesuatu bilang saja ya sama Om Edwin," ucap Aslan yang diangguki oleh anak itu.
"Terima kasih ya Om sebelumnya, baiklah kalau begitu ijin pulang dulu takutnya kedua saudaraku mencari keberadaanku," pamit bocah kecil itu yang diangguki oleh Aslan.
"Hati-hati di jalan ya.
Aslan hanya bisa mengawasi anaknya itu dari kejauhan, ia sadar maafnya tidak akan bisa menyembuhkan luka mereka dan sesalnya tidak akan merubah apapun.
"Aku tahu Nak ... Semua begitu berat, tapi akan ayah usahakan untuk kebahagiaan kalian kedepannya," ucap Aslan.
******
Keesokan harinya, mentari pagi mulai menyambut keceriaan mereka yang saat ini sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Ya ketiga kembar itu saat ini tengah asyik berjalan kaki bersama dengan ibunya untuk bersekolah.
Di sepanjang jalan, anak-anak asyik berjalan sambil bersenandung, wajah-wajah polosnya selalu menampilkan keceriaan setiap harinya, Anika sangat bersyukur, mempunyai anak yang selalu ceria dalam keadaan apapun.
"Pagiku ... Cerahku ... Matahari bersinar ku gendong tas merahku di pundak ...," ucap anak-anak itu dalam nyanyiannya.
Mereka terus saja berjalan hingga tanpa terasa langkah kecilnya sudah sampai ke pintu gerbang sekolah mereka.
"Bunda ... Kita pamit dulu ya," ucap Aruna mewakili kedua adiknya.
"Baiklah, semoga hari kalian baik-baik saja," ucap sang ibu sambil menciumi pipi anaknya satu persatu.
******
Bel sekolah sudah berbunyi saatnya anak-anak itu mulai baris berbaris di halaman sekolah, setelah itu mereka melakukan senam pagi bersama, dengan keceriaan anak-anak pada umumnya.
Selesai melakukan senam bersama, saatnya anak-anak mulai masuk ke kelasnya masing-masing, suara langkah guru mulai terdengar masuk ke kelas.
"Selamat pagi anak-anak," sapa guru itu dengan penuh semangat.
"Selamat pagi juga Bu," sahut anak-anak dengan antusias.
"Apa kabar hari ini?"
"Alhamdulillah kabar baik," jawab anak-anak itu dengan ceria.
"Sudah siap dengan pelajaran berhitung hari ini?"
"Sudah Bu," jawabnya dengan serempak.
Guru mulai menulis di papan tulis, sebagian dari mereka ada yang masih menguap sebagian juga ada yang ikut menulis apa yang sedang di tulis oleh guru, bahkan sebagian lagi ada yang saling berbicara.
"Ayo anak-anak di kerjakan tugasnya, jangan ngobrol terus nanti giliran temannya selesai belum selesai," ucap guru tersebut kepada murid yang suka berbicara ketika pelajaran sudah di mulai.
Anak-anak mulai menulis dan mengerjakan tugas-tugasnya satu persatu hingga selesai.
*****
Sedangkan saat ini Anika begitu tertekan, di sepanjang dirinya mengajar pikirannya tidak bisa fokus, di karena ia takut kalau Aslan akan mendatangi kembali anak-anaknya apalagi posisi rumah mereka dan vila sangat berdekatan.
"Astaga! Ini gimana, anda saja aku punya banyak tabungan, pasti akan ku bawa pergi anak-anakku dari kejaran ayahnya," guma Anika, sambil mengawasi murid-muridnya yang sedang mewarnai.
"Bu guru pencil warnaku habis," ucap seorang murid.
"Pencil warnaku habis Nak, ya sudah pake punya Ibu dulu ya," ucap Anika.
"Makasih Bu guru, kata Ibu masih belum ada uang untuk beli pencil warna," adu anak itu.
"Iya gak apa-apa kamu pakai saja punya Ibu," ucap Anika yang memang tidak tega'an meskipun saat ini keadaannya masih pas-pasan.
*******
Waktu cepat bergulir tanpa terasa bel pulang sudah berbunyi, saatnya anak-anak kelas satu pulang, semua siswa dan siswi mulai berhamburan keluar, begitu juga dengan ketiga kembar itu, semenjak kejadian kemarin si kembar sudah tidak ada lagi yang mengganggu dan kedua anak yang selalu mengganggu si kembar sudah pindah dari sekolah ini.
"Kakak, ayo cepat pulang, aku ingin bertemu dengan seseorang," ajak Arjun.
"Ketemu sama siapa?" tanya Aruna.
"Sama Om, yang kemarin itu," sahut Arjun.
"Abang, bukannya Bunda melarang ya kalau kita bertemu dengan Om itu," ucap Arash.
"Memangnya kenapa? Om itu baik kok," sahut Arjun.
"Ya sudah deh terserah Abang saja," ucap Arash sedangkan Aruna hanya menjadi pendengar saja.
Anak-anak mulai menyusuri jalanan pulang, di tengah jalan tiba-tiba saja Aslan muncul di hadapan mereka.
"Halo anak-anak," sapa Aslan.
"Halo Om," sahut keduanya.
"Baru pulang sekolah?" tanya Aslan.
"Iya Om," sahut ketiganya.
Aslan pun mulai menatap ketiga anak itu dengan penuh kehangatan, bahkan tangannya terulur untuk mengelus kepala mereka satu persatu.
"Eeeeemb ... Gimana kalau kita mampir dulu di warung makan, ya sekedar jajan," ajak Aslan.
Ketiganya langsung saking tatap, dan memberi kode, melihat ekspresi lucu mereka Aslan pun jadi terkikik sendiri.
'Ya Tuhan mereka sangat lucu,' ucapnya dalam hati.
"Baiklah Om, tapi jangan lama-lama ya," ucap Aruna yang diangguki oleh Aslan.
Tanpa lama-lama akhirnya Aslan dan ketiga anak itu mulai mencari warung makan yang terletak di pinggir jalan letaknya hampir dekat dengan rumah mereka.
*******
Sedangkan saat ini Anika sudah selesai mengerjakan tugas administratif nya, kepada kepala sekolah, setelah itu barulah dia pulang dengan berjalan kaki, sedari tadi wanita muda selalu kepikiran dengan ketiga anaknya, dia benar-benar takut jika ayah mereka akan berusaha sekuat mungkin mengambil mereka.
"Ayo Nik, percepat langkahmu biar nyampek rumah," ucap Anika sendiri.
Anika masih terus berjalan, di perjalanan tiba-tiba saja Anika berpapasan dengan tetangganya, dan tetangganya itu bercerita kalau anak-anaknya sedang makan di warung nasi yang cukup terkenal di desa ini.
"Buk Nika, barusan aku lihat si kembar sedang makan di warung Mak Rom, bersama seorang pria tampan, apa jangan-jangan dia bapaknya si kembar soalnya wajahnya mirip banget," adu tetangga itu yang membuat hati Anika benar-benar tertegun.
"Apa! Ibu benar melihat itu?" tanya Anika.
"Iya," sahut ibu itu.
Tanpa buang waktu Anika langsung berlari agar cepat sampai ke arah tujuan, dan ketika Anika mulai berada di ambang pintu tersebut dia benar-benar tersayat melihat ketiga anaknya yang sedang bersenda gurau dengan pria yang tak lain ayah biologis mereka.
"Kakak, Abang, Adik ...," panggil Anika yang terkesan kurang ramah.
Seketika keceriaan itu berhenti sejenak ketika melihat ibunya sedang berada diambang pintu sana dengan raut wajah yang penuh amarah.
"Bunda ... maaf," ucap Arash sedangkan kedua kakaknya hanya menunduk.
"Pulang," satu kata sederhana tetapi terdengar cukup tegas.
"Iya Bun," sahut ketiganya sambil menoleh ke arah Aslan dengan tatapan rindu yang harus terpisahkan.
Anak-anak sudah pergi pulang saat ini tatapan tajam Anika tertuju kepada Aslan, karena merasa tidak terima Aslan mengusik ketenangannya.
"Saya peringatkan satu kali lagi, jangan pernah ganggu mereka, dan jangan pernah lagi anda mengusik ketenangan ku," cetus Anika lalu mulai meninggalkan Aslan yang menundukkan wajahnya.
Bersambung ....
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪