NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:33.8k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1

17 tahun kemudian.

Isabella Elina Zamira, kini tumbuh menjadi gadis yang cantik, usia Bella saat ini sudah dua puluh dua tahun. Saat Bella duduk di bangku sekolah menengah pertama, Arumi kembali hamil.

Alvaro dan Arumi melakukan program bayi tabung demi mendapatkan bayi laki-laki, setelah Naka hasil buah cintanya dengan istri pertamanya, Alvaro ingin penerus berikutnya terlahir dari perut Arumi.

Namun, sayangnya kejadian naas yang menimpa Arumi membuat kandungannya keguguran, rahim Arumi pun terpaksa di angkat karena adanya kerusakan akibat kecelakaan yang dia alami.

*Flashback On*

Di sebuah taman terlihat Bella sedang duduk di trotoar yang berada di pinggir jalan bersama adiknya, Maureen. Mereka berdua sedang menunggu sang mama yang sedang membeli soto di warung tenda yang tak jauh dari mereka duduk.

Panas yang lumayan terik membuat tenggorokan Bella kering, dia butuh air minum untuk membasahi tenggorokannya. Bella menoleh kesana kemari mencari warung minum, setelah melihatnya dia berpesan pada sang adik.

"Maureen tunggu di sini dulu ya, jangan kemana-mana, kak Bella mau ke sebrang dulu beli minum" ucap Bella.

Maureen yang berusia 7th pun mengangguk patuh. Usai itu Bella menyebrang jalan menuju warung yang berada di sebrang jalan. Setibanya di warung, Bella membeli dua botol minuman untuk dia dan sang adik.

Maureen yang tidak hati-hati tiba-tiba menyebrang jalan, mamanya yang melihat itu segera mengejar Maureen. Tapi naasnya sebuah mobil dari arah kanan melaju kencang hingga.....

Brak…

“MAMA!” jerit Bella histeris, suaranya pecah ketika melihat tubuh mamanya, yang sedang hamil besar, terpental setelah ditabrak mobil.

Bella menjatuhkan botol air minum yang dia beli, dia berlari menghampiri mamanya yang tergeletak di jalan.

“Mama… bertahan Ma… tolong! tolong mama saya!” tangisnya meraung, memecah kepanikan di jalan raya.

Beberapa orang bergegas menghampiri Bella, berusaha membantu gadis itu. Tak lama mobil ambulan yang di hubungi oleh salah satu warga tiba di lokasi, tenaga medis segera mengangkat Arumi dan membawanya masuk kedalam ambulan. Bella dan sang adik pun ikut masuk kedalam mobil ambulan, dan duduk sambil menggenggam tangan ibunya.

Setibanya di rumah sakit, Bella langsung memanggil dokter.

“Dokter… tolong selamatkan mama saya, selamatkan juga adik bayi yang dikandungnya… saya mohon…” Bella memohon dengan wajah penuh air mata, suaranya parau.

Dokter dan perawat segera membawa Arumi ke ruang unit gawat darurat.

Tak lama kemudian, suara langkah tergesa terdengar. Alvaro dan yang lain tiba di rumah sakit.

“Bella!” suara Alvaro keras, penuh emosi. “Apa yang terjadi? Kenapa mama mu bisa tertabrak mobil?”

Bella berdiri kaku. Tatapan tajam ayah sambungnya terasa seperti belati menusuk dadanya. Tubuh mungilnya bergetar, kedua tangannya saling menggenggam erat.

“Ma… maaf Pa…” suaranya lirih, hampir tak terdengar. “Mama tertabrak karena ingin menyelamatkan Maureen…” jawab Bella.

Alvaro terperanjat. Ia menoleh ke arah Maureen yang duduk di samping Bella, putrinya itu terlihat ketakutan.

Bella menunduk, air matanya mengalir deras. “Mama tadi memintaku menjaga Maureen… tapi aku haus… aku izin beli minum sebentar. Aku tidak tahu… ternyata Maureen malah berlari ke tengah jalan, ingin menyusulku…” suara Bella pecah, tubuhnya gemetar hebat.

“Maaf, Pa… aku tidak tahu semua ini akan terjadi…” ucap Bella menyesal.

Alvaro mengepalkan tangannya begitu kencang hingga urat di tangannya menegang. Rahangnya mengeras, sorot matanya penuh amarah bercampur kepedihan.

“Tidak bisakah kamu diam di tempat, Bella?!” suara Alvaro meninggi, membuat beberapa orang menoleh. “Setidaknya tunggu sampai mama mu kembali, setelah itu kamu bisa membeli minuman. Tanpa harus meninggalkan adikmu seorang diri"

Bella terisak keras, tubuhnya lunglai.

Alvaro mendekat, menunduk dengan tatapan tajam menusuk. “Kalau sampai terjadi sesuatu pada istri dan calon anakku… kamu harus bertanggung jawab Bella” peringatnya kepada Bella.

Bella terdiam, tenggelam dalam rasa bersalah. Air matanya tak terbendung lagi. Hatinya remuk, seolah dunia runtuh menimpa bahunya yang masih terlalu kecil untuk menanggung semua itu.

Detik demi detik berlalu dengan menyiksa. Suara detak jam di lorong rumah sakit terdengar begitu nyaring, seakan mengukur setiap helaan napas Bella yang tersengal. Tangannya tak berhenti meremas ujung bajunya, matanya terus menatap pintu ruang tindakan yang masih tertutup rapat.

Alvaro mondar-mandir di depan ruangan, wajahnya tegang. Jason dan Julia ikut larut dalam kecemasan.

Tiba-tiba, pintu ruang tindakan terbuka. Seorang dokter keluar.

“Dokter…” Alvaro langsung menghampiri dengan langkah besar. “Bagaimana keadaan istri saya dan bayinya dok?” tanyanya, suaranya bergetar meski berusaha tegar.

Dokter menghela napas panjang, sorot matanya merunduk, seolah enggan menyampaikan kabar yang paling ditakuti.

"Kami harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa istri anda" ucap dokter.

“Apa maksud Anda, Dok?!” tanya Alvaro.

"Nyonya Arumi mengalami pendarahan tuan, bayi yang berada di dalam kandungannya sudah meninggal, dan sepertinya rahimnya juga rusak akibat benturan yang di alami nyonya Arumi" terang dokter.

"Maksud dokter?" tanya Alvaro.

"Kami harus melakukan operasi pembedahan, untuk mengeluarkan bayinya dan juga pengangkatan rahim nyonya Arumi. Jika tidak segera di lakukan, nyawa nyonya Arumi akan jadi taruhannya." terang dokter.

Bugh! Alvaro langsung meninju dinding di sampingnya, membuat semua orang terperanjat.

“Tidak!!!” jeritnya, matanya merah penuh amarah sekaligus kesedihan. Anak yang mereka nanti-nantikan kini telah tiada, padahal dia dan Arumi sengaja melakukan program untuk mendapatkan anak laki-laki. Tapi, kini harapannya telah sirna.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya dok, selamatkan nyawanya" ucap Alvaro dengan penuh harap.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin tuan" jawab dokter.

Setelah mendapatkan izin dari Alvaro, dokter segera melakukan tindakan pembedahan.

Setelah ruang ruang operasi tertutup, Alvaro berbalik menatap Bella dengan tatapan penuh amarah. “Lihat apa yang sudah kamu lakukan, Bella! Karena kecerobohanmu, calon anakku pergi untuk selamanya! Mama mu juga harus kehilangan rahimnya.” sentak Alvaro.

"Pa… aku” Bella mencoba bicara, namun suaranya tersendat di tenggorokan.

“Mulai sekarang… jangan pernah panggil aku papa, karena aku bukan papamu” suara Alvaro bergetar, penuh kebencian yang menusuk.

Bella terdiam, tubuh kecilnya semakin gemetar. Rasa bersalah, kesedihan, dan penolakan itu menenggelamkannya, membuatnya tak tahu lagi ke mana harus berpijak.

*Flashback Off*

Semenjak peristiwa itu kehidupan Bella berubah. Keluarga Danendra yang dulu sangat menyayanginya kini semua berubah menjadi membencinya. Mereka semua mengucilkannya dan menganggapnya sebagai angin lalu.

Mamanya satu-satunya orang yang dia harapkan pun sama saja. Mamanya ikut marah dengannya, ikut mengucilkannya.

Shaka dan Naka yang dulu selalu bersama-sama juga ikut membencinya. Maureen yang menjadi penyebab tragedi berdarah itupun ikut membencinya juga.

Kaireen adalah satu-satunya orang yang masih baik dengannya, terkadang dia juga membela dirinya di hadapan keluarga besarnya.

1
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
La Rue
tetap semangat ya Author
Nancy Nurwezia
bagus gitu novelnya kok ditolak sih..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!