Pengkhianatan yang di lakukan oleh adiknya sendiri, dan calon suaminya, membuat Jelita patah hati. Wanita itu menangis di bawah derasnya air hujan hingga dia pingsan.
Siapa sangka di saat dia pingsan, Jelita di selamatkan oleh seorang CEO muda yang tampan ,dan kaya raya. Laki-laki itu membawa Jelita ke rumahnya , dan mengizinkan Jelita tinggal di rumahnya untuk beberapa minggu. Namun laki-laki itu berhati dingin ,dan seorang gila kebersihan. Kuatkah Jelita tinggal di rumah laki-laki itu ?
Yuk kita ikuti kisah cinta Jelita ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta pulang cepat
" Oh iya Ma ? Kenapa Papa menyuruh Mama membeli buah ? Tumben sekali Papa minta di belikan buah, padahal biasanya tidak pernah," ucap Mila seraya menatap Mamanya.
" Katanya nanti malam akan ada tamu, tapi Mama tidak tahu siapa tamunya,"
" Apa jangan-jangan yang akan datang nanti malam adalah pria yang akan di nikahkan dengan Kakak ?"
" Sepertinya tebakanmu memang benar. Soalnya Mama juga sempat dengar sedikit saat Papa sedang menghubungi seseorang,"
Mendengar semua itu, Mila langsung tersenyum dengan licik. Dia senang jika kakaknya menikah, setidaknya Dion tidak akan kembali dengan Jelita. Meski dia sudah menikahi pria itu, tetapi hatinya masih merasa khawatir jika sang suami kembali ke pelukan mantannya. Namun , Mila juga penasaran, seperti apa pria yang akan di jodohkan dengan kakaknya itu ? Apakah orang kaya ? Atau kebalikannya.
**************
Jelita yang saat ini berada di kantor sedang membereskan semua berkas-berkas yang ada di mejanya. Dua hari yang lalu gadis itu di pindahkan ke kantor pusat. Dia sendiri masih tidak percaya karena tiba-tiba saja di pindahkan ke kantor pusat. Dia mengambil tasnya dan berjalan keluar dari kantornya.
Dari jauh ada seorang pria yang selalu memperhatikan gadis itu.
" Lili ? Kenapa kamu bisa ada di sini ? " tanya Jelita seraya menaikkan sebelah alisnya.
" Aku ke sini karena menunggumu," sahut Lili seraya menatap Jelita
" Menungguku ? " ujar Jelita dengan wajah yang bingung.
" Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kita jalan-jalan ,yuk ! " ajak Lili
" Sorry ,Li. Hari ini aku harus pulang ke rumah. Papa sudah wanti-wanti agar aku pulang cepat hari ini."
" Yah...padahal aku ingin sekali jalan-jalan. Tapi tumben sekali Papamu menyuruh pulang cepat. Memangnya ada acara apa ?"
" Nggak tahu , soalnya tadi pagi Papa nggak bilang apa-apa padaku. Tadi saat makan siang,Papa kirim pesan,"sahut Jelita seraya berjalan menuju ke arah motornya.
" Kamu menyembunyikan sesuatu dariku,kan ?"
" Menyembunyikan apa ? Nggak ada kok!"
" Kamu nggak bisa bohong sama aku,Ta."
Jelita menghembuskan nafas dengan pelan dan menjawab," Aku sendiri juga tidak tahu rencana Papa,tapi sepertinya ini ada kaitannya mengenai calon suami untukku."
" Calon suami ? Apa maksudmu ? Kamu jangan bercanda,Ta."
" Memangnya aku terlihat sedang bercanda ? " tanya Jelita sembari duduk di atas motor dan menatap sahabatnya.
Lili menggeleng tanpa suara. Dia hanya terkejut mendengar ucapan sahabatnya.
" Apa kamu akan menerima perjodohan itu ? " tanya Lili seraya menatap dengan intens sahabatnya itu.
Jelita mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. Dia tidak mengenal siapa pria yang akan di jodohkan dengannya. Sebenarnya gadis itu belum ingin membuka hati, tetapi Jelita tidak tega melihat Papanya yang selalu di gunjing orang. Di rumah juga Pak Andi selalu berdebat dengan sang istri mengenai dirinya.
Sudah cukup bagi gadis itu menjadi beban Papanya. Dia juga bisa pergi dari rumah itu dengan tenang jika menikah nanti. Mila sudah menikah. Dia juga sudah lulus kuliah meski belum bekerja jadi, beban Papanya sudah berkurang.
" Sudah ya,Li. Aku balik dulu, sampai bertemu besok," pamit Jelita yang segera menghidupkan motornya dan segera melaju meninggalkan tempat kerjanya.
Selama di perjalanan , Jelita memikirkan siapa kira-kira yang akan di jodohkan Pak Andi dengannya. Seingatnya tidak ada seorang pun yang melamarnya. Dulu memang pernah ada seorang pria datang ke rumah, tapi dia datang ingin melamar Mila, dan saat itu Mila dan Mamanya sedang keluar rumah.
Bagi Jelita pernikahan adalah menyempurnakan imam. Dia ingin memiliki suami yang baik dalam ibadah dan kesehariannya. Mampu membimbing dirinya dan anak-anaknya kelak ke jalan yang benar.
Terlalu larut dalam lamunannya, tidak terasa dia akhirnya sampai di rumah. Bertepatan juga dengan Dion yang baru pulang kerja. Mila yang sedang menunggu di depan rumah segera memeluk sang suami dengan mesra , seolah menunjukkan pada Kakaknya jika tidak ada yang bisa merebut pria itu.
" Assalamualaikum," ucap Jelita yang memasuki rumah terlebih dahulu, di ikuti oleh Dion dan Mila di belakangnya.
" Di rumah tidak ada orang , jadi tidak usah mengucapkan salam segala," sahut Mila dengan sangat ketus.
Jelita tidak menyahut. Dia meneruskan langkahnya menuju ke kamarnya. Dia tidak ingin berdebat dengan adiknya , karena menurutnya percuma saja. Karena adiknya itu pasti tidak akan mau mengalah.