NovelToon NovelToon
Sumpah Raja Duri

Sumpah Raja Duri

Status: tamat
Genre:Fantasi Isekai / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno / Tamat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Elara, seorang ahli herbal desa dengan sihir kehidupan yang sederhana, tidak pernah menyangka takdirnya akan berakhir di Shadowfall—kerajaan kelabu yang dipimpin oleh raja monster. Sebagai "upeti" terakhir, Elara memiliki satu tugas mustahil: menyembuhkan Raja Kaelen dalam waktu satu bulan, atau mati di tangan sang raja sendiri.
​Kaelen bukan sekadar raja yang dingin; ia adalah tawanan dari kutukan yang perlahan mengubah tubuhnya menjadi batu obsidian dan duri mematikan. Ia telah menutup hatinya, yakin bahwa sentuhannya hanya membawa kematian. Namun, kehadiran Elara yang keras kepala dan penuh cahaya mulai meretakkan dinding pertahanan Kaelen, mengungkap sisi heroik di balik wujud monsternya.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Kebenaran Terungkap

​Perjalanan Raja Kaelen Draven ke luar Shadowfall adalah penyamaran yang suram.

​Berjalan dengan jubah tebal dan tudung yang menutupi wajahnya, Kaelen terlihat seperti pedagang yang sakit atau pengembara yang kelelahan. Vorian berjalan di sampingnya, lebih sigap, matanya terus mengawasi setiap bayangan. Kaelen masih sangat lemah; tubuhnya terus-menerus gemetar karena kelelahan, dan rasa sakit yang ditahan di pesta itu kini kembali menggerogoti.

​Mereka menyusuri jalur rahasia yang biasa digunakan para penyelundup, melacak jejak samar sihir gelap yang ditinggalkan Duke Vane. Mereka tahu Vane tidak akan lari jauh; dia pasti menuju tempat kekuatannya berasal.

​Setelah lima hari perjalanan yang berat, mereka menemukan tujuannya.

​Jauh di dalam rawa yang diselimuti kabut, di perbatasan selatan kerajaan yang hampir tak pernah terjamah, berdiri sebuah kuil yang runtuh. Kuil itu tidak terbuat dari batu biasa, melainkan dari tulang-tulang binatang raksasa purba yang disatukan oleh resin hitam. Di sekelilingnya, rumput telah mati, digantikan oleh lumpur gelap yang menyerap semua cahaya.

​"Kuil Mortis," bisik Vorian, suaranya dipenuhi ketidakpercayaan. "Ritual pemujaan Dewa Kematian yang dilarang. Ayah Anda menghancurkannya dua puluh tahun lalu."

​"Vane pasti membangunnya kembali," kata Kaelen, suaranya serak. Dia merasakan getaran energi gelap yang menjijikkan dari tempat itu—energi yang terasa familiar, identik dengan kutukan yang mengalir di nadinya.

​Mereka menyelinap masuk. Di dalam kuil, kelembapan dan bau karat sangat pekat. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu yang masih berlumuran cairan hitam kering, dan di dinding, terdapat prasasti kuno yang diukir dengan simbol-simbol terlarang.

​Kaelen berjalan ke arah altar, mencengkeram lengannya sendiri untuk menahan rasa sakit. Tepat di samping altar itu, tersembunyi di balik jubah kain beludru hitam, Kaelen menemukan sebuah buku besar. Bukan buku sihir, melainkan jurnal kulit yang menguraikan ritual dan hasil eksperimen.

​"Jurnal Vane," kata Kaelen, mengambil buku itu dengan tangan manusianya.

​Dia mulai membaca. Vorian berdiri di belakangnya, menjaga.

​Wajah Kaelen yang sakit perlahan mengeras menjadi ekspresi kemarahan yang tenang. Jurnal itu mengonfirmasi semua kecurigaan Elara. Kutukan itu disebut Maledictus Obsidianis. Vane telah mempelajarinya selama puluhan tahun, bertujuan untuk menghancurkan seluruh garis keturunan Draven, bukan hanya Kaelen.

​Namun, yang paling mengejutkan adalah cara kutukan itu bekerja.

​Vane tidak menggunakan racun sederhana. Dia menggunakan sihir pengikatan jiwa. Dia mencoba mentransfer kutukan yang dirancang untuk membunuh Kaelen dan mengambil takhtanya. Namun, saat Kaelen terkena kutukan itu di usia muda, jiwa Kaelen yang kuat menolak, memecah kutukan menjadi dua bagian: sihir gelap yang mengonsumsi tubuhnya (Obsidian Thorn) dan energi yang menjaga jiwanya tetap utuh (Life Anchor).

​"Dia gagal membunuhku," gumam Kaelen. "Dia hanya berhasil mengikatku ke dalam proses sekarat yang abadi."

​Kaelen membalik ke halaman terakhir yang ditandai dengan jimat tulang. Itu adalah pasal tentang "Pembalik dan Harga".

​Kaelen mulai menerjemahkan, suaranya berubah serak.

​"Satu-satunya yang dapat memutus ikatan kutukan ini adalah pengaktifan kembali 'Life Anchor'. Prosesnya membutuhkan Mageia Vitae, sihir kehidupan murni, dalam konsentrasi tertinggi."

​Kaelen berhenti. Dia ingat bagaimana Elara menyembuhkannya di medan perang. Sihir Elara adalah Mageia Vitae.

​Kaelen melanjutkan membaca, matanya mulai membelalak karena ngeri.

​"Jika konsentrasi Mageia Vitae yang dimasukkan tidak cukup kuat, kutukan akan memakannya dan merusak inang (Kaelen) selamanya. Jika konsentrasi cukup kuat, kutukan akan hancur dan inang akan pulih."

​"Namun... Mageia Vitae harus bersumber dari jiwa yang murni, belum tercemar sihir gelap. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan kutukan purba ini akan menguras habis sumber Mageia Vitae, menyebabkan... kematian sang pendonor."

​Kaelen menjatuhkan jurnal itu. Kulit batunya yang keras tidak bisa menyembunyikan rasa horor yang menguasai dirinya.

​Dia menatap buku di lumpur.

​Kebenaran terungkap. Kutukan itu bisa disembuhkan. Tapi harganya adalah nyawa Elara.

​"Tidak," Kaelen menggelengkan kepalanya keras-keras, seolah mencoba mengusir kata-kata itu. "Tidak mungkin. Pasti ada cara lain."

​Vorian, yang telah membaca dengan cepat di atas bahu Kaelen, terdiam. Dia mengambil buku itu, membaca kembali pasal itu tiga kali untuk memastikan.

​"Yang Mulia," kata Vorian, suaranya perlahan dipenuhi keputusasaan. "Nona Elara adalah satu-satunya penyihir kehidupan murni yang pernah kita temui. Sihir para herbalis di desanya mungkin berasal dari garis keturunan kuno Vitae yang hampir punah."

​Vorian menatap wajah Kaelen yang hancur. "Dia adalah penawarnya. Dan dia adalah harga yang harus dibayar."

​Kaelen bangkit berdiri. Dia tidak merasakan rasa sakit fisik; dia hanya merasakan kehampaan yang dingin.

​"Aku akan membakar kuil ini," kata Kaelen, suaranya datar, memancarkan aura membunuh. "Aku akan membakar setiap halaman buku ini. Dan aku akan membunuh pamanku sendiri."

​"Anda tidak bisa menyembunyikan ini dari Nona Elara selamanya," kata Vorian pelan. "Dia pintar. Dia akan mencari tahu sendiri. Kita harus—"

​"TIDAK ADA YANG PERLU DIKETAHUI!" bentak Kaelen. Aura Void-nya meledak ke luar, menghancurkan beberapa ornamen tulang di dinding kuil.

​"Dia pergi untuk menjadi lebih kuat," lanjut Kaelen, mencengkeram tinjunya. "Dia pergi untuk mencari cara menyembuhkanku. Dia percaya bahwa dengan latihan, dia bisa memberiku dosis kecil dari sihirnya, tanpa bahaya."

​"Dia tidak tahu bahwa dosis kecil akan membunuh dia dan Anda secara perlahan, dan hanya dosis penuh yang akan berhasil," Vorian mengingatkan.

​Kaelen menatap Vorian dengan tatapan yang sangat menakutkan, bahkan Vorian mundur selangkah.

​"Kau akan kembali ke Shadowfall," perintah Kaelen. "Katakan pada mereka bahwa aku pergi mencari sekutu di Utara. Kau akan mengelola istana. Dan kau tidak akan pernah, pernah, menyebutkan isi jurnal ini pada siapa pun. Terutama pada Elara. Kau mengerti?"

​Vorian ragu sejenak, lalu membungkuk hormat. "Saya mengerti, Yang Mulia. Tapi... apa rencana Anda?"

​"Rencanaku?" Kaelen berjalan ke tengah kuil. Dia melihat altar tempat Vane melakukan ritual pengkhianatannya.

​Kaelen tersenyum, senyum yang dingin dan mematikan.

​"Aku akan mencari jalan lain. Aku akan mencari penawar yang tidak meminta nyawanya. Aku akan mencari artefak kuno, sihir yang dilarang, atau dewa lain yang bisa dibeli. Aku akan membakar dunia ini jika itu berarti dia bisa hidup."

​Kaelen berlutut, mengumpulkan bubuk hitam dari altar Vane. Itu adalah bubuk yang digunakan Vane untuk memperkuat sihirnya.

​"Aku akan menggunakan sihir Vane sendiri untuk melawannya. Aku tidak akan lagi mencoba melawan monster di dalam diriku. Aku akan menjadi monster itu."

​Kaelen bangkit. Separuh wajah batunya kini terlihat lebih tajam, lebih mengancam, seolah hatinya telah membeku.

​"Aku berjanji padanya aku akan datang. Dan aku akan datang. Tapi aku tidak akan datang sebagai Raja yang dicintai. Aku akan datang sebagai Raja yang ditakuti. Aku akan datang sebagai Raja yang tidak membutuhkan pengorbanan siapa pun."

​Kaelen memerintahkan Vorian untuk membakar kuil itu hingga rata dengan tanah. Dia mengambil kuda dan perbekalan.

​Sementara Elara menuju cahaya untuk mencari kekuatan, Kaelen berbalik ke arah sebaliknya. Dia menuju kegelapan.

​Dia harus menyelamatkan gadis yang dia cintai, bahkan jika itu berarti dia harus kehilangan jiwanya sendiri.

BERSAMBUNG.....

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
Alona Luna
wahhh akhirnya happy ending ☺️
Alona Luna: wahhhh ok. baik
total 2 replies
Alona Luna
semangat next kak☺️
Alona Luna: sama-sama kak.☺️
total 2 replies
Alona Luna
next kak.. makin seru ceritanya
Ara putri
semangat kak, jgn lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
tanty rahayu: semangat juga ya ka.... wah kayanya seru tuh 😍nanti aku mampir baca ya
total 1 replies
Alona Luna
ceritanya bagus kak. next
Alona Luna: aku tunggu kak☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!