NovelToon NovelToon
Setelah 100 Hari

Setelah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."

Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.

"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.

Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.

Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.

Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

[Hari ini kami akan pulang. Kata Kak Aryan, dia sudah nggak sabar untuk cerai dari kamu. Lihat! Dia semalam perkasa banget. Leherku sampai penuh bekas merah kayak gini.]

Dengan sangat bangga, Luna mengirimkan pesan provokasi kepada Anjani. Pesan itu juga disertai dengan foto Anjani yang berbaring manja di lengan kekar seorang pria.

Meski wajahnya tak terlihat, namun Anjani tahu bahwa lengan itu milik Aryan. Pasalnya, tanda lahir berbentuk lingkaran merah yang ada di lengan pria itu terekspos cukup jelas di kamera.

"Fotonya bagus," puji Anjani. Dia men-screenshot pesan itu dengan cepat. Karena, Anjani tahu jika beberapa saat lagi, pesan itu pasti akan ditarik kembali oleh Luna.

"Kamu nggak lebih pintar dariku, Luna," desis Anjani.

Ya, ini bukan pertama kalinya Luna mengirimkan pesan dan foto mesra seperti itu. Jauh sebelum hari ini, sang adik tiri memang sudah sering melakukannya.

Biasanya, hanya foto pelukan dan ciuman mesra. Tapi, kali ini levelnya sudah meningkat pesat. Luna sudah berani mengirimkan foto mereka berdua diatas ranjang kepada Anjani.

Hanya saja, Anjani memilih untuk berpura-pura tuli, buta, dan bisu selama ini. Dia sengaja memendam semuanya. Bersikap seperti orang bodoh padahal diam-diam menyimpan semuanya seperti bom waktu yang bisa diledakkan kapan saja.

Sedikit saja, keluarga kecil sang Ayah berani mengusik Ibunya, maka detik itu juga Anjani akan meledakkan segalanya hingga menjadi abu.

Ayahnya boleh mengancamnya menggunakan keselamatan sang Ibu. Namun, Anjani juga punya senjata jika Ibunya benar-benar dilukai. Tentunya, senjata ini tak hanya akan menghancurkan keluarga sang Ayah saja. Aryan pun akan ikut terseret didalamnya.

"Hari ini, Aryan pulang dari luar kota, kan?" tanya Anushka setengah berbisik.

Dia sudah berjuang dengan keras, memindahkan kursinya dengan perlahan ke dekat Anjani hanya demi bisa mengobrol dengan sang sahabat selama jam kerja.

"Iya," angguk Anjani. Dia fokus menggambar sketsa bangunan di notebook miliknya.

"Kamu nggak mau pulang buat sambut dia?" tanya Anushka lagi.

"Buat apa? Toh, dia nggak akan langsung pulang, kok. Dia pasti mengantar Luna ke kediaman keluarga Permana terlebih dulu."

"Mengantar Luna pasti nggak butuh waktu lama, Anjani."

Anjani menoleh kemudian tersenyum. "Jangan sok tahu!" balasnya. "Biasanya, Aryan akan tinggal di sana sampai malam. Luna dan Ibunya mana rela kalau Aryan pulang cepat."

"Masa'?"

"Ehm," angguk Anjani.

"Kalian mau kerja atau mau mengobrol?"

Degh!

Bolehkah Anushka meminta agar tubuhnya dijadikan transparan untuk sementara waktu? Dia berharap, tak akan dilihat oleh sang Paman kali ini saja.

"Ma-maaf, Pak Enzo!" ucap Anjani yang sontak berdiri dengan gugup sambil membungkukkan badan, meminta maaf.

Enzo langsung merasa tak enak. Melihat wajah Anjani yang sangat tegang, dia jadi merasa kasihan. Padahal, maksudnya bukan untuk benar-benar marah. Dia hanya ingin memperlihatkan pada karyawan lain jika dirinya tak akan pilih kasih.

Anushka boleh jadi adalah keponakannya. Tapi, di kantor, posisi sang keponakan tetap setara dengan karyawan lainnya. Tak ada pembeda diantara mereka kecuali perihal gaji dan jabatan.

"Kamu... Anushka!"

Tatapan tajam Enzo langsung tertuju pada Anushka yang baru setengah badan memasuki kolong meja Anjani. Niatnya sih ingin sembunyi tapi malah ketahuan.

"Hehehehe... kenapa, Om?" tanya Anushka.

"Keluar!" titah Enzo sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

Pelan, Anushka kembali merangkak keluar kemudian berdiri dibelakang Anjani.

"Meja-mu nggak di sini, kan? Tapi, kenapa kursimu bisa sampai di sini?"

Lagi, Anushka nyengir. "Maaf, Om. Lain kali, aku nggak gitu lagi," ringisnya.

"Kamu, Anjani!" Nada suara Enzo terdengar turun beberapa oktaf. "Lain kali, jika makhluk astral ini berani mengganggu kamu saat bekerja lagi, langsung laporkan padaku! Mengerti?"

"Me-mengerti," angguk Anjani yang merasa jika dirinya diperlakukan sedikit lebih istimewa dibanding Anushka.

"Sekarang, kembali ke mejamu, Anushka! Jika dalam satu jam, kamu nggak kasih rancangan baru untuk pembangunan mall baru keluarga kita, maka kamu akan dipecat!"

Anushka langsung membeku di tempat. Bagaimana ini? Enzo tak pernah main-main dengan ancamannya.

"Aduh! Aku benar-benar bisa tamat kalau begini," keluh Anushka. "Kalau aku dipecat, nanti Mama pasti akan memukulku sampai babak belur."

"Makanya, segera kerjakan tugasmu, Anushka!"

"Iya. Baiklah!" angguk Anushka lemas.

Saat Anushka sudah pergi, Anjani kembali melanjutkan pekerjaannya dengan fokus. Tugasnya adalah merancang sebuah bangunan rumah untuk pasangan pengantin baru.

[Satu jam lagi aku sampai di rumah. Tolong buatkan lasagna untukku. Aku lapar.]

Pesan itu lagi-lagi hanya dibaca Anjani dengan ekspresi datar Kemudian, dia memutuskan untuk mematikan ponselnya agar tak menganggu lagi.

****

"Kak Aryan, kenapa nggak turun dulu? Papa dan Mama pasti ingin sekali menyapa Kakak," ucap Luna yang sudah diantar dengan selamat hingga ke depan pintu rumah keluarga Permana.

"Lain kali saja. Aku masih ada urusan," tolak Aryan.

Supir yang mengantar terlihat cukup heran dengan penolakan Aryan. Ini pertama kalinya, dia melihat Aryan menoleh permintaan dari Luna.

"Kenapa diam saja? Ayo, jalan!" titah Aryan kepada supir yang tampak melamun itu.

"Ba-baik, Tuan!"

Aryan menatap bunga matahari yang ada di tangannya dengan senyuman lebar. Bunga matahari itu adalah bunga favorit Anjani. Didalam bagasi, dia juga sudah membeli cokelat dan aneka cupcake warna-warni untuk Anjani. Semua itu sudah ia siapkan tanpa sepengetahuan Luna sedikit pun.

Didalam saku jasnya bahkan terdapat satu set perhiasan berlian asli. Sengaja Aryan persiapkan sebagai kado untuk sang istri.

Akan tetapi, kecewa harus Aryan telan saat tiba di rumah. Tak ada Anjani di dalam sana. Rumah itu terasa sepi dan kosong. Seolah-olah, tak ada nyawanya.

"Kenapa aku merasa jika ruangan ini sangat kosong?" tanya Aryan bermonolog.

Matanya tiba-tiba tertuju pada tempat dimana foto pengantinnya bersama Ayunda biasa dipajang. Dan, Aryan langsung mematung ditempat. Kemana foto pengantin mereka? Siapa yang berani menurunkannya?

"Siapa yang sudah lancang mengutak-atik rumahku seperti ini?" teriak Aryan murka.

Kebetulan, dua orang tukang bersih-bersih masih berada di rumah. Dua wanita paruh baya itu pun langsung mendekat ketakutan.

"Maaf, Tuan! Saat kami tiba, kondisinya memang sudah seperti ini. Banyak barang dan perabotan yang menghilang."

Salah satu diantaranya berusaha menjelaskan meski ketakutan.

"Apa jangan-jangan ada perampok?" tebak Aryan. "Anjani..."

Tiba-tiba dia teringat akan sang istri yang selama ini nyaris tak pernah dia anggap keberadaannya. Dia berlari dengan cepat naik ke atas, menuju ke kamar Anjani.

Takut, jika telah terjadi sesuatu yang buruk kepada Anjani. Apalagi, akhir-akhir ini, Anjani memang tak pernah memberi kabar sedikit pun.

"Anjani!!"

Kosong.

Kamar itu tak berpenghuni. Hanya kesunyian yang menjadi teman Aryan didalam sana. Saat tak sengaja membuka lemari pakaian Anjani, dia seketika terpaku dengan tenggorokan tercekat.

"Kemana semua pakaian-pakaian Anjani?" gumamnya lirih.

1
Reni Anjarwani
kok bisa yaa, arayan pisah dg anjani mau menikah sama luna tau luna orangnya jahat
Ma Em
Bagus Anjani lbh baik cepatlah keluar dari rumah yg Anjani dan Aryan tinggal , semua ga Anjani dapat jodoh lelaki yg baik yg mencintai Anjani , semoga saja Anjani berjodoh dgn Enzo
Adinda
semoga luna bukan anak kandungmu biar mampus kau Anton
Maemanah
yesek thor/Sob//Sob//Sob//Sob/
partini
nanti kalau dah cerai jangan balikan lagi Thor boleh lah,biar beda ma cerita rumah tangga yg kandas
Kustri
emg g ada nama yg laun apa thor, geli baca nama'a anushka🤣
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Malik Maulana
Ibuk nya Anjani ni bikin geram
Erna Wati
sakitnya jadi anjani
kucing kawai
semangat apdet nya thor bikin penasaran aja cerita nya huhuhu /Sob//Sob/
Malik Maulana
jangan lama-lama donk Kak Anjani cerai sama Aryan
Malik Maulana
keren banget
Maemanah
lanjut....
😄👍👍👍
Erna Wati
bagus anjani👍👍
kucing kawai
masyaallah thor apdet lagi dong capek aku nungu author yg gk pasti kapan mengasih kepastian
Ma Em
Bagus Anjani aku suka sikap tegas mu dan tdk mundur lagi jgn mau menuruti kemauan Aryan biarkan dia bersama Luna , pasti Aryan akan menyesal setelah berpisah dgn Anjani .
Ma Em
Thor Anjani jgn mengundurkan diri dari perusahaan Enzo biar Anjani kerja dikantor Enzo .
Ma Em
Anjani jgn mundur lagi dgn keputusanmu untuk berpisah dgn Aryan lbh cepat lbh baik jgn mau dirayu Aryan untuk kembali bersama biarkan Aryan dgn perempuan tercintanya si Luna , ku doakan Anjani berjodoh dgn Enzo .
kucing kawai
apdet lagi dong thor minim itu 1 hari 1 gitu loh thor
Ma Em
Pokoknya untuk Anjani jgn mundur lagi untuk berpisah dgn Aryan , semoga Anjani dapat pengganti Aryan lelaki yg lbh baik dan semoga Anjani sukses dan selalu bahagia 🤲🤲💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!